Wano terkejut ketika mendengar pertanyaan Marisa, "Nenek kenal orang di foto?"Marisa menatap wanita di foto lalu berkata dengan pelan, "Namanya Esther, dia adalah cinta pertama kakekmu tapi mereka nggak bisa bersama karena permusuhan keluarga. Kudengar mereka punya anak yang umurnya 1 tahun lebih tua dari ayahmu. Apa mungkin dia adalah anak di foto ini?"Perkataan Marisa seketika membuka pikiran Wano."Lalu apa yang terjadi dengan wanita itu?""Kudengar dia dan anaknya saat ingin pergi ke luar negeri mengalami kecelakaan di perjalanan menuju bandara."Wano mengernyitkan kening lalu melihat Marisa, "Apa kakek yang membunuhnya?""Sembarangan!" Marisa menatap Wano nyalang, "Apa kakekmu orang yang seperti itu? Hal itu dilakukan oleh adik kakekmu, yang ingin mengarahkan semua kesalahan padanya dan membuat Keluarga Mardigan menyalahkan kakekmu. Itu juga yang membuat Keluarga Mardigan melihat Keluarga Lasegaf sebagai musuh.""Tapi seharusnya wanita itu dan anaknya meninggal dalam kecelakaan
Yuna melihat Xena dan keluarganya setelah mengantar Marisa.Kain kasa menempel di kening Axel.Sepertinya Axel baru saja terluka.Yuna bergegas menghampiri dan bertanya dengan khawatir, "Kenapa kamu bisa terluka Axel? Sakit nggak?"Axel yang sudah menahan air matanya saat luka itu diobati, ketika melihat Yuna seketika menangis kencang.Axel mengulurkan tangan kecilnya ke arah Yuna dan berkata dengan suara sendunya, "Sakit, gendonglah aku, Tante."Maggie menghentikan Yuna di saat dia akan beranjak untuk menggendong Axel."Perut tantemu ada bayi, jangan minta tante mengendongmu."Dengan sedikit tidak rela Axel berkata, "Kalau begitu aku mau di cium, tante."Yuna memeluk leher Axel dan mengecup wajahnya, lalu berkata dengan sedih, "Kamu harus lebih berhati-hati, nggak boleh terluka lagi. Kalau kamu terluka nanti banyak mengeluarkan darah, dan itu nggak bagus untuk kondisimu, mengerti?"Axel mengangguk patuh, "Aku tahu, setelah ibu melahirkan adik, aku bisa di operasi."Yuna yang mendengar
Melihat mobil itu hampir menabrak ke dua orang itu, Maggie mendorong Yuna menjauh tanpa mempedulikan keselamatannya sendiri.Maggie terjatuh ke jalan disertai dengan suara dentuman yang keras. Jarak dia terpental cukup jauh dari mobil.Hal yang pertama kali dilakukannya adalah melindungi anak yang ada di dalam kandungannya.Saat dia terjauh ke jalan, dia terus melindungi perut dengan kedua tangannya.Sampai-sampai lengan Maggie berbenturan dengan kerasnya aspal di jalan yang menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.Pada saat yang sama, terdengar suara Xena yang tampak panik, "Maggie!"Dia bergegas menghampiri Maggie dan saat dia hendak memeluknya, terdengar suara dia yang tampak menahan rasa sakit, "Axel ada di mobil itu, cepat tolong dia."Xena menolehkan kepalanya dan kebetulan melihat mobil itu hendak mengarah keluar pintu gerbang.Dia segera berdiri dan tanpa mempedulikan apa pun mengejar mobil itu.Dia menggenggam setir erat-erat dan memulai pertarungan sengit dengan pria bertopeng
Melihat Maggie yang begitu tegar dan berani, hati Xena terasa tertusuk.Dalam ingatannya, Maggie hanyalah seorang gadis yang manja.Dulu, setiap kali jarinya tergores sedikit saja, dia pasti sudah langsung menangis.Namun saat ini, dia tampak begitu tenang menghadapi lukanya yang terbilang cukup serius.Sebenarnya apa yang sudah dilalui oleh Maggie? Selama tiga tahun terakhir ini dia sudah merawat Axel sendirian.Xena mengulurkan tangannya dan meletakkan tangannya di atas bibir Maggie. Dia berkata dengan suara serak."Kalau kamu nggak tahan dengan rasa sakit itu, kamu bisa menggigit punggung tanganku."Maggie menggelengkan kepalanya dengan lemah, "Aku baik-baik saja, kamu nggak perlu khawatir."Dia memang berkata seperti itu, tapi saat dokter membantunya untuk menyambung ulang lengannya, seluruh tubuhnya berkeringat deras akibat menahan sakit.Maggie menggertakkan giginya dengan keras.Dia meraih lengan Xena dengan kedua tangannya dan menusukkan kuku jari-jarinya di atas lengan itu.Na
Harsa menunjukkan rasa puas di wajah saat mendengar Xena mengatakan hal itu.Dia menepuk-nepuk pelan bahu Xena dan berkata dengan suara yang dalam, "Bawa Maggie kembali ke rumah agar dia bisa lekas pulih. Di rumah ada dokter keluarga yang akan menjaganya. Dia pasti baik-baik saja."Maggie segera menghentikannya, "Nggak perlu. Sebentar lagi Ayah akan datang menjemputku. Kalian bisa membawa Axel, itu saja sudah cukup.""Maggie, semua masalah ini terjadi karena aku, jadi ... aku harus bertanggung jawab penuh padamu. Kalau nggak, itu artinya aku mengabaikan tanggung jawabku. Aku harap, kamu dapat memberiku kesempatan untuk menebusnya."Kata-kata yang dilontarkan oleh Harsa begitu tulus dan dalam, hingga membuat Maggie tak dapat menolak begitu saja.Pada saat yang sama, Mahen bergegas datang dengan membawa seseorang.Wajah dia tampak serius, "Keluarga kami mampu merawat Maggie. Mana berani kamu menyusahkan Bapak Bupati."Dia berjalan ke samping Maggie. Matanya penuh dengan rasa sakit dan ke
Yuna segera menarik tangannya sambil menggelengkan kepalanya dan berkata, "Pak Mahen, aku nggak bisa menerimanya.""Nak, ini adalah pemberian Paman untuk Wano. Dia terluka, sudah seharusnya aku juga turut bersimpati padanya. Kalau aku nggak memberikan ini padanya, bocah berengsek itu pasti akan mencari perhitungan denganku."Mendengar hal itu, Yuna mau tak mau menerima amplop merah itu. Dia menganggukkan kepala sambil tersenyum, kemudian berkata dengan suara lembut, "Terima kasih, Paman."Melihat paras wajahnya yang begitu cantik, mengingatkan Mahen pada Maya kala itu.Mahen membelai kepala Yuna dengan penuh kasih sayang, "Bawa Paman pergi ke sana. Setelah melihatnya, kami akan langsung pergi."Melihat mereka berdua yang telah pergi menjauh, Harsa pun menatap Xena dengan tajam, "Kamu memang benar-benar nggak berguna. Sampai sekarang, kamu belum berhasil mendapatkan Maggie. Sebenarnya, apa yang kamu pikirkan?"Wajah Xena terlihat kesal, "Aku sudah mengejarnya. Dia tetap nggak mau, aku j
Saat Mahen tampak tidak memahami maksud Wano, terdengar pintu kamar pasien itu diketuk.Kemudian, masuklah dua pria berseragam biru itu ke dalam kamar rawat.Mereka menyapa Wano penuh hormat, "Pak Wano, barang sudah kami bawa kemari. Terakhir kali Anda foto bersama dengan Nyonya Lasegaf itu sudah bagus, hanya kurang tanda tangan saja. Baru setelah itu, kami bisa mengeluarkan akta nikah untuk kalian."Wano menundukkan kepalanya. Dia menatap Yuna yang tampak terkejut di dalam pelukannya. Dia mencubit pipi Yuna dengan lembut, kemudian tersenyum sambil berkata, "Aku merasa bahwa apa yang dikatakan oleh Nenek itu benar. Anak itu keburu lahir duluan sedangkan aku sama sekali belum memberikan status yang jelas padamu. Jadi, lebih baik memang dilakukan sesegera mungkin. Aku sudah memanggil orang untuk datang kemari. Lagi pula, yang kurang hanya satu dokumen saja. Bagaimana pun juga, kamu adalah wanitaku. Nyonya Lasegaf, apa kamu sudah siap?"Insiden Maggie yang baru saja terjadi masih belum se
Satu kalimat itu sudah bisa membuat Mahen terdiam.Dia tahu betul bahwa bocah busuk itu akan sulit untuk dihadapi.Namun, ketika melihat mereka berdua akhirnya benar-benar menikah, dia pun juga sangat bahagia.Meskipun dia belum bisa mengakui Yuna sebagai keponakannya, tapi dia tetap akan memberikan sebanyak apa yang memang pantas Yuna dapatkan.Mahen mengeluarkan sebuah kartu dari dalam sakunya dan memberikannya pada Yuna. Sorot matanya begitu rumit."Yuna, ini adalah pemberian Paman untukmu. Ambil dan gunakan untuk membeli perlengkapan nikah kalian. Saat resepsi pernikahan kalian nanti, aku dan Nenekmu juga akan memberimu hadiah nikah."Yuna segera menggelengkan kepalanya, "Ini terlalu banyak, aku nggak dapat menerimanya. Aku sudah mengerti akan niat baik Paman padaku."Namun, begitu Yuna selesai bicara, Wano justru mengambil kartu itu dari tangan Mahen dan memasukkan kartu itu ke dalam saku Yuna."Istriku, kamu nggak boleh menolak uang yang diberikan oleh orang lain padamu, karena d
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper