William tersenyum dengan bangga sambil berkata, "Kamu tahu Rapi Film? Itu adalah perusahaan film terbesar di negara ini dan aku sutradara di perusahaan mereka. Aku bisa membuat 18 orang menjadi terkenal dalam semalam. Kamu siapa, mau bersaing denganku? Kamu bisa memberinya popularitas? Memiliki wajah tampan saja nggak cukup, kamu harus mempunyai kekuasaan seperti diriku."Yanuar menyeringai, "Suaranya begitu keras hingga membuatku ketakutan.""Kalau kamu tahu diri, serahkan wanita itu dan aku nggak berdebat denganmu lagi. Kalau tidak, aku nggak akan sungkan denganmu."Yanuar mengerutkan dahinya, "Kalau aku nggak mau gimana?""Kamu sendiri yang cari perkara!" William mengedipkan mata ke pengawal di belakangnya, lalu pengawal itu segera bergegas menuju Yanuar.Sebelum pengawal itu mendekat, Yanuar menendang selangkangannya.Pengawal itu menjerit kesakitan.William sangat marah ketika melihat adegan tersebut, "Tunggu saja. Aku akan menghabisimu hari ini."Usai berbicara, dia mengeluarkan
Zanny sangat terkejut.Butuh beberapa detik hingga dia tersadar bahwa pria sialan itu menciumnya.Terlebih lagi itu adalah ciuman basah.Ini merupakan ciuman pertama Zanny.Zanny tampak geram lalu menggigit bibir Yanuar. Hal itu membuat Yanuar meringis kesakitan."Zanny, kamu kasar sekali.""Kutanya ya, kenapa kamu menciumku, apa bedanya kamu dengan bajingan tadi?"Yanuar mengusap darah di bibirnya sambil tersenyum, "Aku sudah menolongmu, apa aku nggak boleh dapat imbalan?""Imbalan apanya! Jangan kira kamu putra pemilik Rapi Film lantas aku takut. Aku bisa menuntutmu atas pelecehan seksual!""Kamu wanita yang nggak berperasaan. Nggak tahu balas budi, malah memukuliku. Sini pulang denganku."Usai mengatakan hal itu, Yanuar meraih pergelangan tangan Zanny lalu berjalan keluar.Tepat saat mereka baru berjalan beberapa langkah, Aliando menghampiri mereka."Zanny, kenapa kamu lama sekali ke toilet, kukira sesuatu terjadi denganmu."Aliando menoleh ke Yanuar, lalu menunjuk ke arahnya sambil
Yogi mencengkeram kerah baju Vina dengan erat.Tak terlihat rasa belas kasihan dari tatapannya selain amarah."Vina, kuberitahu, sebaiknya kamu berdoa agar Wano segera sadar. Kalau dia mati, kamu juga nggak akan hidup!"Vina menggelengkan kepalanya sambil menangis, "Yogi, ini salahku. Aku hanya ingin menakutimu. Nggak kusangka apinya semakin besar dan Wano terluka karena menolongku. Maafkan aku, biarkan aku melihatnya. Bagaimana pun, dia adalah darah dagingku sendiri. Hatiku juga terasa sakit saat tahu dia koma."Yogi mencekik lehernya sambil berkata, "Kamu sedih? Kamu menyalahkan dirimu sendiri? Putraku terluka parah, sekarang di ambang hidup mati. Satu hari Wano koma, maka siksaanmu juga bertambah sehari. Aku nggak akan membiarkanmu mati semudah itu."Wajah Vina berubah keunguan karena kehabisan napas.Tenggorokannya hampir patah.Dia belum pernah melihat Yogi semarah itu.Tampaknya kondisi Wano itu benar apa adanya.Hatinya pun terasa lega.Namun, air mata mengalir di sudut matanya.
Wano berkata dengan tenang, "Taruh saja umpannya dan tunggu sampai dalangnya muncul."Dia ingin melihat, siapa memangnya yang akan mampu mengendalikan empat keluarga besar untuk melawan Grup Lasegaf.Setelah menutup teleponnya, barulah dia menyadari bahwa Yuna hendak membuka pintu untuk keluar.Wano seketika bertanya, "Kamu mau ke mana?"Yuna menoleh dan tersenyum padanya, "Aku mau ketemu Bibi Shelvi, kamu ngobrol saja sama Paman Yogi."Dia memandang Yuna dalam-dalam, kemudian berkata dengan kecewa."Nyonya Lasegaf, suamimu sekarang lagi dalam kondisi lumpuh dan butuh perawatanmu. Apa kamu yakin mau meninggalkanku sendirian dan menemui pria lain?"Yuna tersenyum tipis, "Kamu bisa ngobrol sama Paman Yogi tentang masalah perusahaan. Aku nggak mau mengganggu. Aku akan segera kembali."Tanpa menunggu jawaban dari Wano, Yuna segera berbalik dan pergi.Yogi pun langsung berdiri tanpa belas kasihan, "Kamu nggak perlu membahas apa pun, istirahatlah. Aku mau pergi dengan Yuna menjenguk Shelvi."
Hans terkekeh kecil tidak setuju, "Bagaimanapun juga, aku ingat kalau kamu dan Yuna belum punya akta nikah. Dia masih lajang secara hukum.""Apa maumu? Mau merebutnya dariku? Kamu lupa, ya? Orang yang dia sukai itu aku. Dalam hatinya, kamu cuma teman masa kecilnya saja.""Perasaan bisa berubah kapan saja. Asal aku mau, Yuna bisa kembali padaku kapan saja.""Hans, beraninya kamu!""Berani atau nggak itu bergantung padamu. Kalau kamu sampai memperlakukannya dengan buruk, aku bisa membawanya pergi darimu kapan saja. Kalau nggak percaya, tunggu dan lihat saja!"Hans menjawab panggilan itu di balkon sehingga tak ada seorang pun di sana yang akan tahu.Dia kemudian menutup panggilannya dan berdiri di tepi balkon, sambil memandang ke arah jendela dengan santai.Yuna adalah sosok yang telah dia lindungi sejak kecil. Dia sangat mengharapkan kebahagiaan Yuna.Namun, Wano telah begitu menyakitinya sekarang.Qirana dan Vina bisa saja bertindak sewaktu-waktu.Dia tak mampu membayangkan bagaimana Yu
Hans segera berlari mendekat, lalu memeluk sang ibu untuk menenangkannya."Bu, jangan takut. Aku nggak akan membiarkan siapa pun menyakitimu."Shelvi menggelengkan kepalanya dengan putus asa dan mulai menggila. Dia terus-menerus bergumam, "Dia mau membunuh anakku. Cepat selamatkan anakku! Jangan sampai dia membunuhnya, anakku masih sangat kecil."Melihat kondisi Shelvi yang seperti ini, hati Yogi terasa pedih tanpa alasan yang jelas.Yogi kemudian menendang lutut Vina seraya menghardik, "Kamu cari mati, ya?"Vina pun terhuyung mundur beberapa langkah dan terjatuh dalam kursi roda.Vina tengah fokus menatap wajah Shelvi. Mengingat apa yang baru saja Shelvi katakan, membuatnya menggertakkan gigi dengan keras."Yogi, kamu tega memukulku demi wanita lain. Apa kamu masih punya hati? Meskipun salah, aku sudah melahirkan anakmu, 'kan? Kamu nggak boleh sekejam ini padaku."Yogi begitu marah sehingga urat di dahinya sangat menonjol.Setibanya di lantai kamar pasien VIP, dia menemani Shelvi dan
Rasanya begitu menyakitkan hingga membuatnya lupa untuk bernapas.Dia mengernyit seraya menatap Shelvi, kemudian berkata dengan lembut, "Jangan khawatir, aku nggak akan membiarkan siapa pun menyakitinya."Setelah merasa yakin, Shelvi akhirnya melepaskan tangan Yogi.Suasana hatinya pun perlahan-lahan membaik.Hans kemudian memeluknya dengan sorot misterius dalam matanya.Melihat hal ini, kedua tangan Wano meremas selimut dengan erat.Dia bahkan bisa membayangkan bahwa Hans dan sang ibu pasti telah diburu berkali-kali.Selain itu, dia mampu menebak bahwa Vina adalah dalang dibalik semuanya.Karena itulah, Shelvi langsung bereaksi panik ketika melihatnya.Jantung Wano berdebar kencang sekali.Yogi menatap Hans dan berkata lirih, "Apa aku perlu memanggil psikolog?"Hans menggeleng, "Nggak perlu, emosinya mulai mereda. Setiap kali mendapat serangan, tubuhnya akan kelelahan dan butuh waktu yang lama untuk kembali pulih."Yuna segera membujuk Shelvi seraya berkata, "Tante, ayo berbaringlah s
Wano bukanlah sedang bertanya, melainkan mengungkapkan pernyataan dengan jelas.Tatapan dalamnya itu terfokus sepenuhnya pada Hans.Suasana di ruangan itu menjadi sangat hening. Mereka bahkan mampu mendengar suara napas satu sama lain.Beberapa saat kemudian, barulah terdengar kekehan Hans, "Sejak kapan kamu menyadarinya?"Kalimat itu terasa menghantam dada Wano.Tiba-tiba saja muncul seorang saudara laki-laki yang sedarah dengannya di dunia ini. Entah bagaimana dia harus menggambarkan perasaannya saat ini.Dia tetap merasa curiga pada Hans, sebagian karena misteri di balik asal-usulnya, lalu sebagian lagi karena perasaannya terhadap Yuna.Dia telah memikirkan banyak kemungkinan, tetapi tidak pernah terpikirkan bahwa Hans adalah saudara tiri dari ibu yang berbeda.Wano terdiam beberapa saat sebelum akhirnya angkat bicara."Kapan aku menyadarinya itu nggak penting. Yang jelas, kamu sudah tahu fakta ini sejak dulu. Kamu juga curiga kalau Vina adalah orang yang mencoba membunuh ibumu, jad
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper