Tidak mungkin ada orang yang memilih untuk pergi di puncak karir seperti itu.Namun, Wano sedikit pun tidak percaya.Wano meraih dagu Yuna dan suaranya berubah menjadi dingin."Yuna, kamu sangat kejam. Kamu rela meninggalkan aku seorang diri di sini dan pergi begitu saja? Apakah kamu pernah berpikir, aku harus bagaimana setelah kamu pergi meninggalkanku? Apakah kamu juga nggak ingat janji yang kamu ucapkan padaku dulu? Kelak apa pun yang terjadi kita akan selalu bersama."Semakin dia bicara, dia semakin sedih dan matanya memerah.Sepasang mata itu mulai terasa basah.Dia perlahan menundukkan kepala dan berkata dengan lembut."Yuna, jangan tinggalkan aku, ya?"Tanpa menunggu reaksi Yuna, Wano sudah mencium bibir Yuna yang indah.Ciuman itu begitu mendominasi dan penuh dendam.Ciuman bertubi-tubi itu membuat Yuna sesak napas dan hampir saja terhanyut dalam ciuman itu.Wano memberikan waktu sedikit bagi Yuna untuk mengambil napas, tapi kemudian dengan cepat mencium bibir Yuna kembali.Yun
Hati Wano seketika membeku mendengar hal itu."Bukankah aku memerintahkan kalian untuk mengawasi mereka?""Pak Yudha sepertinya tahu akan keberadaan kami. Dia meminta kami untuk masuk dan meminum jahe merah. Bahkan hingga mengucapkan terima kasih karena sudah bekerja keras selama ini. Setelah kami meminumnya, kami semua merasa pusing dan akhirnya pingsan. Saat kami sadar, Nona Yuna dan Pak Yudha sudah menghilang."Wano menggertakkan giginya dengan kuat.Dia segera memerintahkan, "Blokir semua jalan dan cari mereka di seluruh kota."Dia pun segera berkendara menuju rumah Keluarga Qalif sendirian.Dia tidak percaya kalau Yuna pergi begitu saja tanpa meninggalkan suatu jejak.Saat dia membuka pintu kamar Yuna, dia justru melihat ada amplop merah yang diletakkannya di atas meja samping tempat tidur.Tulisan tangan Yuna yang indah itu membuat Wano merasa sedih."Untuk Wano."Wano merasa simpul di hatinya makin kencang dan terasa sesak di dada.Membuat dia bisa berhenti bernapas.Dia perlaha
Jika bukan Zanny yang mengambil mobil itu, Yuna pasti terluka sekarang.Wano tampak geram saat membayangkan hal tersebut.Mengepalkan kedua tangannya dengan erat.Yanuar meletakkan Zanny di atas tandu lalu menampar wajahnya dengan keras."Zanny, jangan tidur, sadarlah."Zanny tampak kesakitan, perlahan membuka matanya dan memaki Yanuar, "Aku bisa mati karena tamparanmu."Begitu mendengar suara Zanny, Yanuar tampak lega.Segera bertanya, "Gimana perasaanmu, apa bayinya baik-baik saja?"Sebelum Zanny menjawab, Wano bergegas ke sisinya, "Bukan kamu yang hamil, tapi Yuna, 'kan?"Zanny mengangkat kedua kelopak matanya dan menatap Wano yang panik.Hal yang ingin dia rahasiakan malah terungkap.Melihat Zanny terdiam, Wano menganggap bahwa tebakannya benar.Wano tampak muram.Jadi, orang yang ingin Yuna lindungi dalam suratnya itu adalah anak mereka.Untuk melindungi anaknya dari mara bahaya, Yuna memilih untuk pergi.Memikirkan hal ini, Wano langsung mengumpat."Kurang ajar!"Wano tidak perna
Hans sudah tahu hal ini akan terjadi.Dahinya sedikit terangkat, "Kamu nggak takut menghadapi bahaya yang lebih besar saat kamu kembali?"Yuna menggelengkan kepalanya, "Aku nggak akan membiarkan Zanny menanggung ini sendirian, aku ingin balas dendam."Hans sudah mengetahui sifat Yuna sejak kecil.Yuna biasanya lemah lembut, tapi tak ada yang bisa menghentikannya di kala dia mengamuk.Hans menghela napas, "Ayo, kuantar ke rumah sakit."Dua jam kemudian, Yuna mendorong pintu kamar pasien Zanny.Yang menarik perhatiannya bukan Zanny, melainkan sosok Wano.Wajah pria itu pucat dan rongga matanya tampak cekung.Ekspresinya terlihat cemas.Wano berjalan ke arah Yuna lalu memeluknya.Suaranya terdengar begitu hangat."Jangan khawatir, Zanny hanya patah tulang, dia sudah lewat masa kritis."Yuna agak terkejut, "Bukannya dia koma dan belum pasti selamat?"Wano mencium kening Yuna sambil berkata, "Maaf Yuna, aku nggak bisa membiarkanmu pergi sendiri. Bayi itu adalah buah cinta kita, kamu nggak b
Yanuar mengerutkan dahinya sambil memandang Wano, "Seseorang pasti membesar-besarkan kecelakaanmu untuk membujuk Yuna kembali."Yuna berjalan ke samping ranjang Zanny, meraih tangannya dan melihat lukanya dengan mata berkaca-kaca.Suaranya terdengar khawatir, "Zanny, pasti sakit sekali ya?"Zanny menyeringai, "Nggak kok, tadi aku dibius, kebetulan aku bisa menggunakan kesempatan ini untuk beristirahat, jangan khawatir."Yanuar terkekeh, "Siapa tadi yang menangis karena kesakitan.""Yanuar, kamu rewel banget ya!"Zanny memarahinya.Yanuar yang tampak terkejut pun segera diam.Wano menatap Yanuar sambil bertanya, "Gimana urusan yang kusuruh itu?""Sudah beres. Di catatan medis tertulis Zanny melakukan operasi. Dia akan memberitahu publik bayinya meninggal karena tabrakan. Aku juga sudah menyuruh dokter di sini untuk merahasiakannya. Seharusnya nggak ada masalah.""Menurutmu siapa pelakunya, kamu bahkan nggak tahu kalau Yuna hamil, dari mana orang itu bisa tahu?"Pupil mata Wano menyipit,
Qirana terbangun karena adanya suara gaduh. Dia bangkit dari ranjang, mengusap kepalanya yang pusing dan turun ke bawah.Dia mendengar suara ayahnya Juna saat menuruni tangga."Kalian pasti salah orang. Putriku selalu berada di rumah, nggak mungkin melukai orang lain. Lagi pula, dia anak penakut. Dia nggak mungkin melakukan hal sekeji itu, pasti Yuna yang menjebaknya. Akan kutuntut dia."Polisi, "Pak Juna, buktinya sudah ada. Nona Qirana menyuruh orang lain untuk mencelakai dan membuat Yuna terluka parah. Kalau Anda nggak bisa kooperatif, kami akan melakukan penggeledahan sesuai dengan hukum."Usai mendengar kalimat itu, Qirana ketakutan hingga terjatuh.Dia melakukannya secara diam-diam, dari mana dia bisa ketahuan.Bahkan dia telah menggunakan nomor baru, dari mana mereka bisa mempunyai bukti.Gerak-gerik Qirana membuat para polisi menyadari keberadaannya.Salah satu polisi pun bergerak cepat dan bergegas meraih pergelangan tangan Qirana lalu memborgolnya.Qirana tercengang.Dia pun
Polisi itu langsung membantah ucapan Qirana, "Maaf, pihak lawan menolak mediasi, mereka ingin Anda di hukum. Lagi pula, kalau Anda ingin mengajukan banding, Pengacara Yuna yang akan menangani kasus ini. Anda pikir bisa menang?"Usai mendengar perkataan itu, Qirana menatap polisi dengan heran lalu bertanya, "Yuna terluka, mana mungkin dia ke pengadilan untuk mengurus kasus ini?""Maaf, membuatmu kecewa, bukan Nona Yuna yang terluka."Kalimat itu membuat Qirana sangat terguncang.Yuna wanita sialan itu lolos dari rencana jahatnya.Lantas, Qirana harus menerima sanksi hukum padahal tidak terjadi sesuatu dengan Yuna.Kali Qirana dikalahkan, tidak seperti sebelumnya.Qirana meraung seperti orang gila, "Aku ingin bertemu ayahku, dia pasti akan mengeluarkanku dari sini."Namun, polisi itu mengabaikan Qirana dan memerintah orang untuk menjebloskannya ke dalam penjara.Yuna sedang mengupas apel untuk Zanny ketika mendengar berita tersebut.Dia berhenti sesaat, lalu memandang ke arah Wano."Oran
Menghadapi Wano yang seperti ini, mustahil jika Yuna tak merasa tersentuh.Dia begitu ingin menerima tawarannya, juga sangat berharap anaknya tumbuh dengan kehadiran seorang ayah.Namun, dia sadar bahwa tindakan ini sangat membahayakan anaknya.Andai Zanny tak membantunya mengambil mobil kali ini, anak itu mungkin saja telah tiada.Yuna memandang Wano dengan mata agak memerah, "Maaf, aku nggak bisa menerima permintaanmu."Wano menunduk dan menggigit ujung telinga Yuna dengan lembut.Napas hangatnya menyapu daun telinga Yuna, membuat tenggorokan Yuna tercekat dan terasa panas."Yuna, apa kamu lupa bagaimana anak ini bisa ada? Itu karena seorang ayah yang sudah bekerja keras siang dan malam. Bagaimana bisa kamu memisahkan seorang ayah dan anak seperti kami?"Wano mengatakannya sambil menggigit lembut daun telinga Yuna dengan giginya, membuat Yuna berdebar-debar hingga sekujur tubuhnya gemetaran.Suaranya bahkan bergetar ketika berbicara, "Wano, justru kami akan semakin dalam bahaya kalau
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper