Menghadapi pertanyaan kakeknya dan cemoohan dari orang-orang membuat Zanny mengutuk Qirana dalam hati.Zanny tahu Qirana sengaja mencari masalah, namun dirinya tidak menyangka wanita ini begitu licik dengan mengungkapkan kehamilan Zanny di hadapan banyak orang.Devan selalu menjunjung tinggi reputasi wanita, dan masalah seperti ini jelas akan membuatnya marah.Keluarga Hanafi adalah keluarga kaya serta berkelas, dan Zanny adalah satu-satunya cucu perempuan Devan.Pernikahan Zanny merupakan prioritas utama di Keluarga Hanafi.Zanny tidak pernah menyangka dirinya akan diketahui hamil sebelum menikah.Tanpa ragu Zanny mengangkat wajah kecilnya dan berkata, "Ini semua karena kakek memaksaku menikah, bagaimana bisa aku bicara jujur padamu? Jangankan punya anak, bahkan pacaran-pun harus aku rahasiakan."Devan mengernyitkan alis, "Nggak peduli siapa pria itu, bawa ke hadapanku, aku nggak akan menyetujuinya kalau dia bukan pria baik-baik meskipun sudah ada anak."Zanny tidak marah melihat kake
Qirana tersenyum licik melihat bayangan dirinya di cermin yang sedikit mirip dengan Yuna.Kalau Qirana memakai gaun ini dan sedikit melakukan riasan agar mirip Yuna, dia tidak percaya Wano tidak akan salah mengira dirinya sebagai Yuna karena minum terlalu banyak.Ketika Qirana sudah memiliki Wano di kasurnya, dia akan melihat bagaimana pria itu masih akan mengejar Yuna.Qirana tersenyum angkuh memikirkan skema di otaknya.Perlahan Qirana melepaskan gaun kotornya dan akan memakai gaun barunya, ketika itu lampu di ruangan tiba-tiba padam.Jantung Qirana berdetak kencang karena takut.Qirana pernah ditakuti hantu ketika dia menjaga makan leluhur di kampung halamannya.Sampai sekarang Qirana tidak bisa tidur tanpa lampu menyala.Lampu di atas kepala Qirana kembali menyala di saat dirinya akan meminta bantuan.Tidak lama ketika Qirana baru saja memakai dalaman seksinya, lampu kembali mati.Tiba-tiba terdengar tangisan aneh di kamar rias itu.Tangisan yang sama seperti malam di kuburan.Qira
Yudi berbalutkan jas abu melangkahkan kaki jenjangnya masuk ke dalam.Yudi selalu terlihat lembut dan sopan dengan wajah yang membawa aura tegas dan dingin.Yudi berjalan menghampiri Qirana lalu menariknya dari lantai.Dengan suara dingin Yudi berkata, "Kamu sudah membuat malu Keluarga Saradan, berani sekali menyebut ibu, pulang dan renungkan baik-baik dirimu!"Tanpa kasihan Yudi menarik Qirana keluar.Leni merasa ada sesuatu yang salah.Yudi cucunya itu selalu bersikap baik dan lembut, khususnya pada Qirana yang selalu dia manjakan sejak kecil.Kenapa hari ini Yudi jadi begitu dingin dan kejam.Apa maksud perkataan Yudi tadi.Leni segera meraih tangan Mahen dan berkata, "Ikutlah pulang denganku Mahen, ibu rasa Yudi menyembunyikan sesuatu dari kita."Mahen menganggukkan kepalanya, "Aku akan menyapa seseorang terlebih dahulu baru pergi."Leni dan Mahen bergegas keluar dari aula, tepat ketika mereka melihat Yudi yang melempar Qirana masuk ke dalam mobil.Dengan suara keras Yudi menanyaka
Tepat di saat Yudi sedang ragu, dia mendengar suara Leni dari belakang."Apa itu benar Yudi?"Mendengar suara Leni seketika membuat Yudi dan Qirana menolehkan kepalanya, dan melihat neneknya itu sedang berjalan menghampiri mereka dengan air mata menetes di wajahnya.Leni berjalan dan meraih tangan Yudi, suaranya bergetar."Kalau Qirana bukan putri Maya, jadi di mana putrinya, Yudi?"Leni menangis tanpa terkendali.Mengetahui Maya dibunuh dan cucunya ditukar membuat hati Leni sakit.Yudi segera menenangkan Leni dengan suara tenang, "Nenek jangan gelisah, aku sedang menyelidikinya dan sudah ada petunjuk yang kemudian diputus Qirana. Sekarang aku sedang mencari cara lain untuk menemukannya."Leni segera berhenti menangis ketika mendengar ucapan Yudi.Wajah Leni perlahan berubah dingin."Mahen, panggil Juna kesini, aku mau tanya dengannya apa salah Maya, bisa-bisanya dia punya anak dengan wanita lain, dan menukar cucuku!"Mahen segera meyakinkan Leni, "Ibu jangan khawatir, aku akan membuat
Suara Yuna terdengar rendah dan serak, "Apa kamu pikir kalau aku memberitahu Wano, dia akan membiarkanku pergi?""Bahkan kalaupun Wano membiarkanmu pergi, dia pasti akan datang menemuimu. Apa kamu masih bisa menyembunyikannya kalau perutmu sudah besar?""Aku akan menyembunyikan jejakku dengan bantuan seseorang, nggak ada yang bisa menemukanku dan aku nggak akan menghubungimu sampai anak ini lahir."Zanny terkejut ketika mendengar ucapan Yuna.Zanny melihat Yuna dengan mata yang mulai memerah, lalu berkata, "Maksudmu, aku nggak akan bisa menghubungimu setelah kamu pergi? Jangan jahat Yuna, bagaimana kalau aku merindukanmu?"Mata Yuna juga mulai berkaca-kaca, dia menggigit bibirnya lalu berkata, "Hanya ini cara untuk memastikan keselamatan anak ini, kalau Wano bisa menemukanku, maka Qirana dan Vina juga bisa. Mereka bisa mengikuti kalian dan mencari petunjuk tentangku, aku nggak punya pilihan lain."Alasan ini juga yang membuat Yuna harus membawa Yudha pergi.Kesehatan Yudha dalam kondis
Tepat di saat Yuna akan berbalik dan pergi, tubuhnya ditarik ke dalam pelukan Wano.Tatapan Wano begitu dalam dengan suara berat dan seraknya, "Kamu mau makan apa? Aku akan bantu ambilkan, kepiting disini enak bagaimana kalau aku bantu kupaskan 2 ekor untukmu?"Suara Wano terdengar begitu lembut dan sangat nyaman didengar.Wano takut dirinya terdengar terlalu kasar hingga Yuna akan mendorongnya menjauh.Yuna selalu tidak tahan menghadapi Wano yang seperti itu.Yuna menutup matanya lemah dan berkata dengan lembut, "Nggak perlu.""Bagaimana dengan udang? Rasa disini sangat autentik dan ada juga beberapa makanan pedas yang kamu suka, kita bisa mencobanya malam ini."Yuna segera menggelengkan kepalanya, "Aku nggak mau makan itu."Yuna sedang berada dalam tahap awal kehamilan dan dirinya tidak bisa makan makanan itu.Itu akan menimbulkan kecurigaan jika Wano sampai tahu.Wano melihat Yuna dengan sedikit bingung, "Kenapa bisa seleramu berubah setelah beberapa hari kita berpisah? Bukannya kam
di saat ini Wano seperti melepaskan seluruh ketajamannya dan terlihat seperti anak anjing penurut, yang menatap iba pada Yuna.Hati Yuna seperti tertusuk meninggalkan gelombang rasa sakit.Perlahan Yuna berjongkok dan mengusap lembut kepala Wano, lalu berkata dengan pelan, "Aku antarkan kamu pulang Wano."Wano menatap Yuna dengan matanya yang merah, "Kalau kamu janji nggak pergi, aku mau pulang sama kamu.""Oke, aku janji."Mendengar ucapan Yuna, Wano segera berdiri lalu dituntun pergi dengan tubuhnya yang terombang-ambing.Tapi Wano tidak pernah melepaskan tangan Yuna.Seperti Yuna akan menghilang ketika Wano melepaskannya.Sesampainya di rumah Keluarga Santoso, Yuna membantu Wano membersihkan diri dan menidurkannya di atas ranjang.Yuna memperhatikan Wano tertidur dengan alis yang mengernyit.Yuna mengulurkan tangan mencoba melembutkan kernyitan itu dengan sedikit rasa tak relanya.Yuna tidak bisa menahan tangannya mengusap lembut jejak ketampanan wajah Wano.Mulai dari alis turun ke
Axel kembali berbisik di telinga Yudi, "Aku belum mengucapkan selamat tahun baru, semoga paman semakin sukses."Suara kekanak-kanakan Axel masuk ke telinga Yudi.Membuat Yudi tertawa terbahak-bahak.Yudi segera mengeluarkan amplop merah dari kantongnya dan memberikannya pada Axel sambil berkata, "Paman juga mendoakan kesehatan dan kebahagiaanmu."Axel tertawa paham, "Terima kasih paman."Axel membalikkan wajahnya dan melihat gambar bunga mawar di atas meja.Mata Axel seketika membelalak, "Kenapa paman punya foto tante? Apa kalian saling kenal?"Mendengar perkataan Axel, hati Yudi tiba-tiba tercekat.Yudi menatap kosong pada Axel dan bertanya, "Kamu bilang apa?""Aku bilang itu gambar yang ada di punggung tante Yuna, dia juga punya bunga mawar di punggungnya, aku melihatnya di album foto ayahku. Ayah bilang foto itu diambil ketika tante masih kuliah, dia mengenakan kostum dansa yang sangat cantik."Yudi merasa napasnya seperti berhenti.Yudi menggenggam erat tangan Axel.Yuna memiliki p
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper