Yuna tidak mau mempertaruhkan nyawa orang yang dia sayangi.Yuna sangat ingin memeluk Wano, tapi dia memilih mengepalkan kedua tangannya yang terkulai lemah di sisi tubuhnya.Yuna berkata dengan suara serak dan lemahnya, "Kita tenang dulu Wano, aku harus pulang dan memeriksa ayahku karena kondisinya nggak baik-baik saja."Wano mencium kepala Yuna, dengan suara rendah dia berkata, "Aku antar."Wano akan segera pergi bersama Yuna, namun tatapannya jatuh pada Vina.Tatapan sayang Wano barusan, berganti dengan tatapan dingin."Dalam kehidupan ini, aku nggak akan terpisahkan dengan Yuna, sekali lagi kamu coba memisahkan kami, maka aku akan memutuskan hubungan ibu dan anak."Marisa mendesah tidak berdaya melihat punggung Wano dan Yuna yang berjalan pergi."Kabar baik berubah jadi kabar duka, dosa apa yang Keluarga Lasegaf perbuat?"Yogi segera maju untuk menenangkan Marisa, "Tenang saja bu, aku nggak akan biarin mereka berpisah, masalah Vina, aku akan minta seseorang memantaunya sehingga ngg
Wano mengikuti Yuna dengan khawatir, lalu membantu menepuk-nepuk punggungnya, "Ada apa? Apa kamu kelelahan dan nggak makan dengan baik? Kita pergi ke rumah sakit ya?"Yuna berjongkok di samping toilet sambil muntah-muntah tanpa mengeluarkan apa pun.Mata Yuna memerah.Yuna menggelengkan kepalanya pelan dan berkata, "Nggak apa, aku akan baik-baik saja setelah minum obat lambung."Wano masih melihat Yuna dengan khawatir, tangan besarnya menyentuh kening Yuna."Aku akan panggil dokter ke sini, aku khawatir melihatmu seperti ini.""Nggak apa, bukannya perutku sering bermasalah? Setelah minum sup aku akan baik-baik saja."Yudha yang mendengar keributan itu segera berlari ke kamar mandi."Kenapa bisa muntah Yuna? Apa mungkin ...."Baru saja Yudha ingin melanjutkan berkata 'mungkin hamil', namun dia kembali menelan kata-katanya.Yudha tahu betul kondisi tubuh Yuna, jangankan 3 bulan bersama Wano, bahkan 1-2 tahun pun belum tentu Yuna hamil.Yudha tidak mau mengatakan hal yang membuat Yuna sed
Yuna segera membalikkan kalender ke bulan kemarin.Ada tanda lingkaran merah di tanggal 13 November.Jadwal bulanan Yuna selalu tidak normal dan dia selalu lupa kapan waktunya.Jadi Yuna membiasakan diri untuk menandai kalender dan dia sudah melakukannya selama bertahun-tahun.Sebuah pikiran menyerbu masuk ke otak Yuna.Jadwal bulanan Yuna sudah terlambat 20 hari.Ini belum pernah terjadi sebelumnya.Jadwal bulanan Yuna selalu datang lebih awal, tidak pernah terlambat.Yuna memikirkan dirinya yang muntah-muntah barusan.Kaki Yuna lemas dan dia jatuh ke sofa.Tepat di saat itu Zanny meneleponnya.Dengan panik Yuna mengangkat telepon itu.Suara Yuna terdengar bergetar, "Zanny."Mendengar suara Yuna yang aneh, Zanny segera menenangkannya, "Jangan sedih Yuna, kakek nggak bakal tenang kalau kamu sedih."Telepon itu hening selama beberapa saat hingga akhirnya terdengar lagi suara Yuna."Zanny tolong ke rumah ayahku dan belikan aku alat tes kehamilan dari apotek rumah sakit."Yuna mencoba men
Mendengar pertanyaan Yanuar membuat Zanny marah hingga ingin menendang pria itu.Zanny masih perawan tapi Yanuar memfitnahnya seperti itu.Baru saja Zanny akan memaki Yanuar, dia teringat pada ucapan Yuna.Agar Zanny tidak membuat keributan.Zanny menelan kekesalannya dan menatap Yanuar, "Apa urusannya denganmu? Untuk apa kamu peduli aku hamil karena siapa?"Amarah Yanuar semakin memuncak mendengarnya.Yanuar meraih dagu Zanny.Ada tatapan dingin di mata Yanuar yang belum pernah terlihat sebelumnya."Kamu belajar hal buruk begitu cepat Zanny, kamu belajar tidur dengan siapa saja dan sekarang kamu juga rela punya anak haram?"Zanny benar-benar murka mendengar ucapan Yanuar.Zanny menendang Yanuar tepat di selangkangan pria itu dengan kakinya, menggertakkan gigi lalu berkata, "Aku tidur dan punya anak dengan siapa nggak ada hubungannya denganmu, kalau kamu pikir aku memalukan, mulai sekarang berpura-puralah kita nggak saling kenal."Setelah itu Zanny segera turun dari mobil Yanuar dan pe
"Vina nggak mau aku bersama dengan Wano, wanita itu nggak akan menggangguku selama aku putus dengan Wano."Zanny memaki kesal setelah mendengar itu."Kenapa wanita itu nggak mati saja saat kecelakaan! Bahkan ibu tiri yang jahat di sinetron juga nggak sejahat dia. Kamu masih punya aku meskipun putus dengan Wano. Aku akan membantumu merawat anakmu, kita cuma bisa mengandalkan diri sendiri karena pria zaman sekarang nggak bisa di andalkan."Yuna tidak bisa menjelaskan perasaannya saat ini.Pasti Wano akan sangat senang jika tahu Yuna sedang mengandung anaknya.Tapi Yuna tahu betul jika Vina mengetahui kehamilan dirinya, maka dia dan anaknya tidak akan selamat.Yuna menenangkan perasaannya dan berkata, "Zanny kamu nggak bisa bilang siapa-siapa soal ini, mengerti?"Zanny langsung mengerti maksud ucapan Yuna, "Meskipun aku nggak bilang siapa-siapa soal ini, bagaimana ketika perutmu semakin besar? Kamu nggak mungkin bisa menyembunyikannya.""Barusan aku sudah memikirkannya, kalau aku benar-be
Yuna berbalik dan menemukan Qirana yang sedang menatap perutnya.Terlihat kelicikan dari tatapan mata Qirana.Ekspresi Yuna tetap terlihat dingin dan biasa saja tanpa menunjukkan sedikitpun kepanikan.Yuna mengangkat alisnya dan tersenyum tipis, "Tenang saja, kalaupun aku hamil, kamu adalah orang pertama yang akan kuberitahu karena itu adalah satu cara terbaik untuk memukulmu."Qirana menggertakkan giginya kesal, "Untuk apa sombong Yuna? Jangan lupa kalau kamu sudah putus dengan Kak Wano, aku harap kamu memegang janjimu dan nggak menjilat ludahmu sendiri.""Kamu membuat Tante Vina mendapat 100 cambukan, dia nggak akan memaafkanmu kalau kamu kembali."Yuna mendengus pelan, "Meskipun aku nggak kembali apa kamu pikir Wano masih menginginkan dirimu? Dia bahkan nggak mau pakai pakaian yang sudah di sentuh orang lain, kamu pikir dia mau wanita yang sudah ditiduri orang?"Perkataan Yuna menusuk dalam hati Qirana.Qirana mengepalkan erat tangannya, "Kalau aku nggak bisa memilikinya, kamu juga
Membahas hal itu membuat Shinta melihat perut Yuna, dengan suara pelan dia berkata, "Kamu jarang sekali berpakaian santai, apa terjadi sesuatu?"Mata Yuna berkaca-kaca dengan senyuman tipis di wajahnya, lalu dia mengangguk pelan.Shinta membuka mulutnya karena terkejut, "Benarkah? Apa Pak Wano sudah tahu?""Aku belum memberitahunya.""Belum memberitahunya, atau kamu nggak mau? Apa kamu memang mau putus dengannya? Apa kamu tahu Malik bahkan nggak pulang di hari kalian putus? Dia bilang nggak pernah lihat Wano semabuk itu karena marah."Mata Yuna memerah ketika mendengar ucapan Shinta, hatinya merasa tersentil.Mana mungkin Qirana tidak tahu betapa sedihnya Wano?Wano pergi mengunjungi rumah Yuna setiap malam sepulang kerja.Terkadang Wano bahkan masuk ke rumah untuk berbincang-bincang dengan Yudha dan memeriksa keadaan Yuna, atau bahkan dirinya hanya akan diam menunggu di luar sambil merokok jika sudah terlalu larut malam.Beberapa kali Yuna bahkan ingin berlari keluar dan melempar diri
"Kenapa kamu perlu buku panduan kehamilan?"Wano merasa jantungnya sekan-akan berhenti berdetak pada saat itu.Dia bahkan memegang tangan Tisa begitu erat.Sebuah sinyal yang kuat terus-menerus mengguncang kesadarannya.Dia langsung menarik Yuna dan menatapnya penuh selidik. "Yuna, apa kamu membunyikan sesuatu dariku? Kenapa kamu butuh buku-buku itu? Apa kamu sedang hamil?"Dia melemparkan bertubi-tubi pertanyaan kepada Yuna.Yuna pun sampai kewalahan dibuatnya.Dia menghindar sedikit ke belakang dengan agak kesal, "Wano, apa sih yang kamu pikirkan? Bagaimana mungkin aku hamil?""Kalau begitu, ngapain kamu butuh buku-buku tentang kehamilan?"Wano memperhatikan setiap ekspresi di wajah Yuna dengan saksama, khawatir melewatkan informasi sepenting apa pun.Pada saat itu, tiba-tiba telepon Yuna berdering.Yuna segera menjawabnya.Terdengar suara rendah dan serak Yanuar dari seberang."Yuna, Zanny hamil anak siapa?"Yuna sedikit mengerutkan keningnya, lalu berkata, "Dokter Yanuar, karir Zan
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper