Inilah sosok Yuna yang sekarang.Tangan Wano yang bergantung di sisinya tak bisa menahan untuk terkepal erat.Jakunnya meluncur naik turun beberapa kali, sebelum akhirnya berkata, "Yuna, aku akan membuatmu mengerti hanya aku yang mencintaimu dengan tulus di dunia ini."Setelah mengatakannya, Wano terus menatap wajah Yuna cukup lama sebelum beranjak pergi.Setelah pintu ditutup, Yuna merasa tubuhnya seolah-olah lemas tak berdaya.Tubuhnya pun meluruh ke lantai.Entah sejak kapan, air matanya telah mengalir di wajahnya.Akhirnya, dia telah menutup babak hubungan lamanya dan bersiap untuk memulai hubungan yang baru.Dia tak tahu apakah dirinya akan bahagia ke depannya, atau sejauh mana hubungannya dengan Xena akan berkembang. Namun, satu hal yang pasti. Begitu selesai membuat keputusan, dia tidak akan pernah terlibat dengan Wano kembali.Dia tak akan menjadi wanita yang bermain dua hati sekaligus.Wano tak sadar bagaimana bisa dia sampai ke rumahnya.Benaknya dipenuhi dengan sikap dingin
Yuna terbangun oleh dering telepon yang keras.Dengan setengah sadar, dia pun menjawab panggilan telepon tersebut.Suara Xena yang lembut dan menyenangkan terdengar dari telepon, "Yuna, pergilah ke balkon sebentar."Yuna yang tak mengerti apa-apa langsung lari ke balkon dengan kaki telanjang.Setelah membuka jendela balkon, Yuna melihat sosok Xena yang tinggi dan gagah tengah berdiri di bawah.Pria itu mengenakan kemeja putih dan celana panjang abu-abu. Sebuah senyuman lembut terukir pada wajah tampannya.Dia bersandar pada mobil dan menatap Yuna.Sinar matahari yang menerpanya membuatnya semakin tampan.Melihat Xena yang seperti ini, mau tak mau mengingatkan Yuna pada hari pendaftaran mahasiswa baru. Saat itu, Xena tersenyum padanya dengan cara yang sama dan terlihat begitu tampan.Kehadirannya yang ceria selalu menerangi kegelapan dunia Yuna.Andai saat itu dia tak bertemu Wano, mungkin saja dia akan menyukai Xena.Yuna melambaikan tangan ke arahnya dan berkata ke arah telepon, "Hari
Zakri melirik gaya cemburu dan arogan sang presdir, lalu berkata dengan tak tahan, "Pak Wano, zaman sekarang cuma ada segelintir gadis yang nggak suka romantis. Aku saja terharu dengan pernyataan cinta yang seromantis ini, apalagi Pengacara Yuna yang belum pernah diperlakukan begini."Wano menyanggahnya dengan sinis, "Yuna lebih suka sesuatu yang praktis. Setiap kali aku memberinya hadiah, dia sangat senang. Dia nggak suka sama hal-hal yang indah tapi nggak berguna."Zakri memandang presdirnya yang seolah-olah tidak mengerti, "Pak Wano, apa Anda nggak lihat betapa senangnya wajah Pengacara Yuna tadi? Dia kelihatan sangat menyukai pendekatan ini. Kalau dia memang wanita yang materialistis, buat apa dia bertahan selama tiga tahun tanpa pernah menggunakan kartu hitam anda?"Pernyataan itu benar-benar melukai hati Wano.Yuna bukan hanya tak pernah menggunakan kartu hitamnya, dia bahkan tak ingin membawa pulang hadiah-hadiah yang Wano berikan.Namun, dia selalu berpikir bahwa Yuna adalah wa
Panggilannya membuat siomai Xena terhenti sebelum masuk ke mulutnya.Sebelum keduanya sempat bereaksi, Wano sudah berada di samping mereka.Wano buru-buru menarik Yuna ke dalam dekapannya.Dia berkata dengan begitu kesal dan kecewa, "Yuna, kamu nggak boleh menyuapinya. Kamu cuma boleh menyuapiku saja."Setelah mengatakannya, dia menunduk dan menggigit siomai yang ada di tangan Yuna.Dia bahkan sengaja menjilati jari Yuna yang berminyak dengan lidahnya.Lalu, dia tersenyum memandang Yuna, "Siomainya enak banget. Aku membelikanmu kue. Ini kue kesukaanmu."Mata Yuna memerah karena amarah, semua kebahagiaannya tadi hancur karena Wano.Yuna segera mengambil tisu basah dari dalam tasnya, kemudian dengan teliti membersihkan jari-jari yang baru saja Wano jilati.Setelah itu, Yuna berkata dengan tegas, "Wano, sebenarnya aku sama sekali nggak suka durian, apalagi kue durian. Dulu aku cuma menuruti keinginanmu saja. Berhentilah membuatku kesal!"Setelah mengatakannya, Yuna menarik Xena naik ke mo
"Bonbon, jangan nakal!"Setelah mendengar suara Wano, barulah Bonbon menghentikan gonggongannya.Namun, dia tetap berada di antara Xena dan Yuna.Wano berjalan mendekati Bonbon, lalu membungkuk dan memijat leher Bonbon pelan. Wano kemudian berkata dengan penyesalan, "Maaf, Bonbon memang nggak suka kalau ada pria selain aku mendekati ibunya."Bagaimana mungkin Yuna tak mengerti dengan apa yang terjadi.Yuna menatap Wano dengan tajam dan penuh amarah, "Wano, kamu sebenarnya mau apa, sih?"Wano membelalakkan matanya dengan santai, terpancar sebuah perasaan yang mendalam dari mata menawannya itu."Memang kamu nggak lihat kalau aku lagi membantu Bonbon mengejar ibunya kembali?"Yuna menggigit bibirnya dengan kesal, "Kalau begitu, biar kuberitahu, kamu nggak akan bisa mengejarnya, karena aku nggak akan memberimu kesempatan."Setelah mengatakannya, dia mendekati Xena dan bertanya dengan penuh perhatian, "Kak, kamu nggak apa-apa, 'kan?""Nggak apa-apa, kamu naik dulu saja. Hari ini sangat mele
Setelah mendengar perkataan itu, semua orang pun terkejut.Semua orang serempak menatap Wano.Semuanya memasang ekspresi yang sama pada wajah mereka, seolah-olah bertanya, 'Adakah yang lebih nggak tahu diri daripada kamu?'Yuna sengaja membawa kekasih barunya datang karena ingin membuat batasan yang jelas antara kalian.'Kenapa kamu masih menempel padanya begitu?' semua orang bergumam pada hatinya masing-masing.Selain menjadi ayah dan ibu angkat, sekarang mau punya anak laki-laki juga?'Memangnya siapa yang bilang kalau mereka ingin punya anak laki-laki?'Hanya Wano yang tetap tenang dengan raut datarnya, matanya sedikit menunduk, sementara bibirnya menyunggingkan senyuman yang tampak alami.Dia mengulurkan tangannya yang panjang dan ramping, lalu membelai pipi gemas Tisa dengan lembut.Wano kemudian berkata sambil tersenyum lebar, "Yuna, bukankah menurutmu anak kita nanti akan lebih menawan dibanding Tisa? Bagaimanapun juga, tingkat penampilan kita jauh lebih baik daripada Malik dan
Setelah mengatakannya, dia menyerahkan anak itu kepada Shinta dan mencari alasan untuk pergi.Sesampainya di rumah, dia mengambil sebuah kantong berisi obat tradisional dari lemari.Tanpa berniat berhenti, dia segera pergi menemui seorang kenalan untuk melakukan pengujian.Ketika melihat hasil dalam laporan pengujian, Yuna merasa benar-benar hancur.Anak mereka rupanya tak meninggal karena dirinya melakukan sesuatu yang berlebihan, melainkan karena pengaruh obat ini.Terlebih lagi, ini adalah obat yang Wano bawakan secara khusus untuknya.Barulah sekarang dia menyadari. Dulu, dokter itu mengatakan bahwa mengonsumsi pil pencegah kehamilan yang berlebihan telah menyebabkan ovariumnya bermasalah. Dia bahkan divonis akan kesulitan hamil.Sebelumnya, Yuna menganggap mengonsumsi pil pencegah kehamilan satu atau dua kali sebulan terlalu berlebihan untuknya.Akan tetapi, sekarang dia sadar bahwa mengonsumsi pil pencegah kehamilan satu atau sua kali tak berdampak serius.Penyebab utama dia suli
Seluruh ruangan dihiasi dengan rangkaian bunga yang indah.Di dalamnya sudah penuh dengan banyak orang, termasuk keluarga Xena, teman-teman, dan rekan kerja.Semua orang terkejut ketika melihat Yuna berdiri di ambang pintu dengan gaun pengantin.Semuanya serentak mengatakan, "Wah!"Sebelum dia sempat bereaksi, seorang rekan kerja mendekatinya dan menyelipkan rangkaian bunga di tangannya.Dia tersenyum sambil berkata, "Selamat atas kebahagiaanmu, Bu Yuna!"Yuna yang kebingungan menoleh ke arah Xena yang tak jauh darinya.Pria itu berpakaian sangat formal hari ini, dengan setelan jas abu-abu muda yang rapi dan dasi berwarna gelap.Xena menatapnya dengan mata penuh kasih sayang.Sebodoh apa pun Yuna, dia tetap mengerti dengan apa yang terjadi.Sejak dia setuju untuk menerima Xena, dia belum pernah bertemu dengan Xena lagi.Xena terus beralasan bahwa dirinya sibuk.Ternyata, dia sebenarnya sedang mempersiapkan kejutan ini untuknya.Melihat usaha keras pria ini, Yuna tidak bisa mengatakan b
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper