Wano berkata, "Aku juga merindukan ibumu, tapi dia nggak memperdulikanku, apa yang harus aku lakukan, Bonbon? Ibumu nggak menginginkan kita lagi, kita harus bagaimana?"Suara Wano terdengar berat membawa rasa lelah.Mata Wano memancarkan rasa sakit.Bonbon tampaknya mengerti kalimat Wano, kemudian dia menggigit celana Wano dan menariknya keluar."Kamu mau apa, Bonbon?"Bonbon menggonggong ke arah Wano.Lalu kembali menarik Wano ke luar.Wano baru menyadari maksud dari Bonbon.Bonbon ingin bertemu Yuna.Beberapa saat Wano ragu kemudian berjongkok dan mencubit-cubit leher Bonbon, lalu berkata dengan suara beratnya, "Kamu temani ibumu, akhir-akhir ini suasana hatinya sedang kurang baik, jaga dia baik-baik untukku, ya?"Bonbon mendengar itu lalu berlari mengelilingi Wano dengan semangat.Wano membawa Bonbon menuju gedung Yuna.Lampu kuning di balkon Yuna masih menyala.Wano menduga Yuna sedang duduk di sofa yang ada di balkon merenung sendirian tentang kejadian hari ini.Wano seperti melih
Hati Wano terasa dihantam oleh benda keras saat melihat Yuna.Begitu menyakitkan hingga dia tidak dapat bernapas.Cahaya lampu yang terpantul dari kedua bola matanya menunjukkan kepahitan yang luar biasa.Wano bahkan tidak merasakan apa pun saat puntung rokok itu mengenai jarinya.Dia hanya terus memandang Yuna.Dia takut kehilangan Yuna.Dia ingin bertanya apakah Yuna mengalami mimpi buruk lagi.Dia ingin memeluk dan menghibur wanita itu.Hati Wano terasa pedih ketika membayangkannya.Dia menggenggam erat puntung rokok itu.Rasa nyeri itu membuat dia perlahan tersadar.Wano segera meraih ponsel dan hendak mengirim pesan untuk menanyakan kabar Yuna.Namun, dia baru mengetahui Yuna telah memblokir nomornya.Tepat saat Wano bereaksi, dia melihat sosok Yuna sudah menghilang.Punggungnya membentur mobil dengan keras, menyebabkan sirene mobil berbunyi.Yuna sedang duduk di balkon rumah.Tanpa disadari, air mata membasahi pipinya.Yuna pernah berimajinasi hidup bahagia bersama Wano, tapi sek
"Tapi jangan khawatir. Kalau kamu memaafkanku dan menjelaskan semuanya ke Kak Wano, ayahku akan memberimu semua kasus Keluarga Saradan. Gimana menurutmu?"Qirana datang untuk meminta maaf, namun ekspresinya seperti menghina Yuna.Yuna tertawa.Dia berkata dengan tegas, "Aku tidak butuh permintaan maafmu, apalagi kasus Keluarga Saradan. Perlakuan Wano ke kamu itu urusannya dan nggak ada hubungannya denganku. Jangan datang lagi ke sini. Pulanglah."Seusai berbicara, Yuna beranjak meninggalkan ruangan itu.Tiba-tiba Qirana mencemoohnya."Pengacara Yuna, aku tahu ayahmu berkelahi dengan Keluarga Qalif dan sebagian besar asetnya diambil oleh nenekmu. Dia sedang butuh bantuan. Kalau kamu setuju untuk menjelaskan semuanya ke Kak Wano, aku bisa meminta ayahku untuk menolong ayahmu.""Pengacara Yuna pasti paham maksudku. Aku bisa membantumu dan ayahmu. Kenapa kamu menolaknya?"Tatapan Qirana terus tertuju pada Yuna.Qirana yakin Yuna pasti akan menyetujui persyaratan itu demi ayahnya.Yuna berb
Rencana Qirana tidak berhasil dan besok dia akan diasingkan.Dia pergi minum dengan teman-temannya karena suasana hatinya sedang buruk, lalu menyewa supir untuk mengantarnya pulang.Dia masuk ke dalam mobil, memberikan alamat rumahnya kemudian tertidur.Mobil itu melaju selama beberapa saat sebelum berhenti.Qirana mengira dia sudah sampai di rumah, jadi dia lekas bangun.Namun, yang dia lihat adalah hutan belantara.Qirana langsung sadar bahwa dia sudah dijebak.Ketika dia hendak melarikan diri, sebuah tudung hitam menyelubungi kepalanya.Dilanjutkan dengan pukulan bertubi-tubi.Qirana merasakan kesakitan yang luar biasa seakan-akan seluruh organ tubuhnya remuk.Dia berteriak, namun mulutnya tersumbat.Beberapa waktu telah berlalu, Qirana tampak meringis kesakitan.Tergeletak tak berdaya seperti seekor anjing yang sekarat.Dia mengira mimpi buruknya sudah berakhir, tapi siapa sangka dia malah diseret ke dalam kolam.Walaupun kolam itu dangkal, ada bau tak sedap yang menusuk hidungnya.
"Kamu harus mendengarkan perkataan ayah dan menjaga ibu dengan baik, oke?" ujarnya dengan serak.Bonbon menggonggong dua kali.Pria itu mengikatkan tas yang ada di tangannya ke leher Bonbon sambil tersenyum, "Ini hadiah untukmu dan ibu. Bisakah kamu membantu Ayah untuk memberikan kepadanya?"Bonbon kembali menggonggong dengan patuh.Lalu, dia berlari menuju Yuna.Yuna sudah berlari sejauh lima kilometer dan merasa sangat kelelahan sehingga berkeringat banyak. Saat melihat Bonbon berlari mendekatinya, dia memutuskan untuk duduk di atas rumput.Dia mengelus lembut kepala Bonbon, "Ibu sudah bilang padamu, jangan ambil barang dari orang lain sembarangan, 'kan? Kenapa nggak mendengarkan?"Yuna tersenyum sambil melepaskan tas dari leher Bonbon. Ketika dia hendak membukanya, suara rendah dan akrab itu terdengar di telinganya."Ini dariku, bukan orang lain."Senyum di wajah Yuna membeku seketika.Dia perlahan mendongak dan melihat sosok tinggi tegap yang berdiri di depannya.Laki-laki itu meng
Wano bergegas kembali ke rumah dengan mengendarai mobilnya.Hatinya merasakan adanya firasat buruk.Aborsi yang dilakukan Yuna memang bukan atas kemauannya sendiri.Dia merasa jantungnya berdegup begitu kencang.Mobilnya langsung berhenti di teras vila.Saat melihat Wano telah kembali, sang pelayan segera mendekat, "Tuan, saat membersihkan lemari, saya nggak sengaja menemukan obat tradisional yang pernah diminum Nona Yuna. Di dalamnya ada satu jenis obat yang bisa menyebabkan keguguran kalau diminum oleh wanita hamil."Mendengar ini, mata tajam Wano seketika memerah penuh amarah.Yuna sering mengalami nyeri menstruasi, jadi dia meminta seorang ahli pengobatan tradisional untuk mengobatinya.Setelah dihitung, Yuna telah minum obat ini selama tiga bulan.Dia menatap obat tradisional yang dipegang pelayan itu dengan tajam, lalu bertanya dengan suara berat, "Kenapa kamu bisa seyakin itu?""Kakek saya adalah seorang ahli pengobatan tradisional, jadi saya belajar banyak teori medis darinya s
Hari itu tepat sehari sebelum ulang tahun Yuna.Yuna meminum obatnya pada hari itu, tepat pada hari ulang tahunnya. Ketika Wano pergi menyelamatkan Qirana, Yuna mengalami keguguran.Dengan kata lain, jika Wano tidak membawa Yuna untuk mengambil obat, mungkin saja bayi mereka tidak akan keguguran.Tidak heran jika Yuna mengatakan bahwa orang yang membunuh bayi mereka adalah Wano.Semua kenangan kembali terbuka, membuat Wano terlihat menggila dan penuh putus asa.Dia teringat ketika Yuna bertanya kepadanya apa yang akan Wano lakukan jika dia hamil.Saat itu, Wano memperingatkan agar tidak membicarakan tentang anak. Semua itu karena Wano telah melakukan perlindungan dengan baik dan pada dasarnya memang tidak ada seorang anak.Dia masih ingat dengan ekspresi kekecewaan dan kesedihan di mata Yuna saat itu.Ternyata pada saat itu, Yuna telah merasakan rasa sakit kehilangan seorang anak.Bukan hanya itu, Wano tidak memberinya sedikit pun penghiburan dan malah mengucapkan kata-kata yang begitu
Vina melihat Wano menunjuk ke arahnya, dadanya seketika berdebar kencang karena terkejut.Namun, ekspresinya tetap terlihat kebingungan.Dia tertawa getir beberapa kali, "Wano, bayi itu juga cucuku. Bagaimana bisa aku tega mencelakainya? Apa Yuna yang bilang begitu padamu? Dia memang membenciku, jadi dia pasti melemparkan tuduhan ini kepadaku. Jangan percaya padanya."Wano menatapnya dingin.Dia tidak tahu ke mana perginya seorang ibu yang dulu begitu menyayanginya dan kakaknya.Mengapa sejak insiden itu, ibunya seakan-akan berubah.Bibir Wano terkatup rapat, kemudian dia mengatakan, "Apotek Luminar."Mendengar nama itu, Vina gemetar tanpa sebab yang jelas.Akan tetapi, dia segera menenangkan diri."Itu tempat biasanya aku beli obat. Kenapa?""Apa kamu akrab dengan Pak Cikal?""Iya, belakangan ini aku mengalami menopause parah, jadi aku minta beberapa resep obat. Efeknya sangat bagus, kualitas tidurku juga membaik. Apa ada masalah dengan itu?"Vina menjawab tanpa ekspresi, matanya yang
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper