Hari itu tepat sehari sebelum ulang tahun Yuna.Yuna meminum obatnya pada hari itu, tepat pada hari ulang tahunnya. Ketika Wano pergi menyelamatkan Qirana, Yuna mengalami keguguran.Dengan kata lain, jika Wano tidak membawa Yuna untuk mengambil obat, mungkin saja bayi mereka tidak akan keguguran.Tidak heran jika Yuna mengatakan bahwa orang yang membunuh bayi mereka adalah Wano.Semua kenangan kembali terbuka, membuat Wano terlihat menggila dan penuh putus asa.Dia teringat ketika Yuna bertanya kepadanya apa yang akan Wano lakukan jika dia hamil.Saat itu, Wano memperingatkan agar tidak membicarakan tentang anak. Semua itu karena Wano telah melakukan perlindungan dengan baik dan pada dasarnya memang tidak ada seorang anak.Dia masih ingat dengan ekspresi kekecewaan dan kesedihan di mata Yuna saat itu.Ternyata pada saat itu, Yuna telah merasakan rasa sakit kehilangan seorang anak.Bukan hanya itu, Wano tidak memberinya sedikit pun penghiburan dan malah mengucapkan kata-kata yang begitu
Vina melihat Wano menunjuk ke arahnya, dadanya seketika berdebar kencang karena terkejut.Namun, ekspresinya tetap terlihat kebingungan.Dia tertawa getir beberapa kali, "Wano, bayi itu juga cucuku. Bagaimana bisa aku tega mencelakainya? Apa Yuna yang bilang begitu padamu? Dia memang membenciku, jadi dia pasti melemparkan tuduhan ini kepadaku. Jangan percaya padanya."Wano menatapnya dingin.Dia tidak tahu ke mana perginya seorang ibu yang dulu begitu menyayanginya dan kakaknya.Mengapa sejak insiden itu, ibunya seakan-akan berubah.Bibir Wano terkatup rapat, kemudian dia mengatakan, "Apotek Luminar."Mendengar nama itu, Vina gemetar tanpa sebab yang jelas.Akan tetapi, dia segera menenangkan diri."Itu tempat biasanya aku beli obat. Kenapa?""Apa kamu akrab dengan Pak Cikal?""Iya, belakangan ini aku mengalami menopause parah, jadi aku minta beberapa resep obat. Efeknya sangat bagus, kualitas tidurku juga membaik. Apa ada masalah dengan itu?"Vina menjawab tanpa ekspresi, matanya yang
Wano melihat neneknya menelepon ayahnya, tetapi dia tidak memerhatikan bagaimana neneknya berbicara dengan ayahnya. Dia meninggalkan mereka sendirian dengan kekesalan.Malam semakin larut, keheningan pun menyelimuti bumi.Hanya ada sedikit lampu yang menerangi sisi jalan, menyoroti kesepian yang menyedihkan.Dia tidak mengendarai mobilnya, hanya memilih berjalan sendirian dalam kegelapan malam.Angin malam yang terasa agak dingin bertiup ke sepanjang leher hingga dadanya.Dia merasakan dingin yang menusuk tulang.Dia tanpa sadar sudah berada di gang tempat dia pertama kali bertemu dengan Yuna.Gang ini begitu tak terawat, dengan dinding yang mengelupas.Beberapa kucing liar di sebelahnya langsung ketakutan dan bersembunyi di sudut gang.Mereka menatap dengan mata bulatnya yang terbuka lebar, lalu mengeluarkan suara ngeongan.Sama seperti Yuna pada waktu itu.Dia dikelilingi oleh para penjahat dan berusaha melarikan diri dengan putus asa.Namun, ketika dia berlari sampai ke ujung, dia m
Yuna bisa merasakan kekhawatiran yang tersirat dalam suara Zakri.Dia terdiam beberapa detik sebelum menjawab, "Pak Zakri, aku dan dia sudah putus, seharusnya kamu nggak perlu mengabariku.""Bu Yuna, dengarkan saya sampai selesai. Ponsel Samsung terbaru dari Grup Lasegaf yang baru saja diluncurkan telah mendominasi pasar Nusantara hanya dalam waktu kurang dari sebulan. Ini menjadi pukulan besar bagi merek tertentu dari Negara Fikarlanda.""Jadi, mereka memanfaatkan perjalanan bisnis Pak Wano untuk menjebaknya. Dia sekarang dituduh melecehkan seorang bintang film Negara Fikarlanda dan ditahan dalam penjara. Saham Grup Lasegaf juga sudah turun ke titik terendah pagi tadi.""Bu Yuna, kasus ini sangat melibatkan perusahaan. Pak Wano ingin Anda membantunya menangani kasus ini."Yuna tahu Zakri tidak sedang berbohong.Sebelum ponsel Samsung dirilis, Wano memang sudah bersiap untuk diserang.Karena dengan merilis ponsel ini, itu sama saja mengumumkan kepada dunia bahwa semua komponen ponsel y
Setelah sebulan tidak bertemu, Wano terlihat jauh lebih kurus.Matanya yang dalam terlihat cekung, kerutan di ujung matanya pun semakin terlihat jelas.Yuna belum pernah melihat Wano terlihat sedemikian hina.Yuna berdiri diam di tempatnya, memperhatikan Wano mendekatinya langkah demi langkah.Wano yang senantiasa muram, sedikit tersenyum saat melihat Yuna.Dia berkata dengan suara serak, "Yuna, terima kasih sudah mau mengambil kasusku."Yuna segera menundukkan pandangan, berusaha menjalankan tugasnya dengan profesional, "Aku diutus oleh pemimpin kota untuk menjadi pengacaramu. Mari kita bahas kasus ini."Yuna menaruh perekam suara di sampingnya, siap untuk memulai pekerjaannya.Namun, suara Wano yang rapuh mengganggunya."Yuna, kita sudah sebulan nggak bertemu, apakah kamu baik-baik saja? Apa kamu pernah memikirkan aku saat kamu nggak bisa tidur?"Yuna, aku selalu memikirkanmu setiap hari, sangat merindukanmu."Wano memandang Yuna dengan penuh kasih, wajahnya yang tampan dipenuhi deng
Haileen sengaja membuat jeda, mengisyaratkan Yuna mendekat dengan tangan, dan berbicara dengan lirih."Kecuali dia mengumumkan aku sebagai tunangannya secara terbuka. Aku bisa saja memberi tahu hakim kalau ini hanya kesalahpahaman, kalau nggak aku akan menghancurkan reputasinya."Setelah mengatakan itu, dia tersenyum puas, lalu mengambil sebatang rokok dan menyalakannya.Yuna menatapnya tanpa ekspresi, suaranya memang rendah, namun sangat mengintimidasi."Aku takut kamu akan kecewa. Selama aku di sini, nggak ada yang bisa menyakitinya!"Haileen mengembuskan lingkaran asap rokoknya, kemudian menatap Yuna dengan cemoohan, "Polisi sudah memiliki bukti. Aku sudah di lecehkan dan sperma Wano di dalam tubuhku. Apa yang bisa kamu gunakan untuk memenangkan kasus ini?"Yuna menundukkan pandangannya, mengaduk kopi dengan sendoknya dengan santai."Kalau kalian memang pernah tidur bersama, apakah ada sesuatu di tubuh Wano yang membuatmu terkesan?"Haileen tersenyum penuh keyakinan, "Dia memiliki t
Wajah Yuna yang cantik itu sekarang dipenuhi dengan ketenangan dan keberanian.Tatapan keduanya pun bertemu.Ada sebuah emosi yang tak bisa diungkapkan satu sama lain.Jari-jari dingin Yuna sedikit menegang, kemudian dia samar-samar menganggukkan kepala ke arah Wano.Pertempuran dimulai, pengacara lawan menguraikan semua bukti yang memperkuat tuduhan terhadap Wano.Bagi orang luar, bukti-bukti tersebut nampak tak terbantahkan.Namun, ketika semua orang pesimis hasil kasus ini, Yuna mulai membela Wano.Dia seperti singa kecil yang tiba-tiba terbangun dari tidur panjangnya, bibirnya yang lembut dan merah muda bergerak dengan percaya diri. Suaranya terdengar jelas dan tegas di ruang sidang.Yuna kembali bertanya kepada Haileen tentang detail fisik Wano.Benar saja, Haileen terjebak dan menyebutkan tato singa di perut Wano.Hanya satu kesalahan, tapi mampu membuat Haileen kalah telak.Karena sebenarnya tidak ada tato apa pun di perut Wano.Yuna juga menunjukkan bukti medis yang pernah dike
Suara Wano penuh dengan kesedihan dan rasa sakit yang tak terhingga.Tangan besarnya terus mengelus lembut kepala Yuna.Dia melakukannya dengan hati-hati, juga tidak ingin melepaskannya.Kehadiran Wano yang seperti ini membuat Yuna merasa tak berdaya. Dia lebih suka jika Wano masih seperti dulu, dominan dan kuat. Setidaknya, dia bisa mendorongnya tanpa ragu-ragu.Namun sekarang, Wano terlihat seperti boneka magnet yang mudah hancur dengan sedikit tekanan.Yuna memaksakan senyum di sudut bibirnya, tetapi suaranya terdengar datar dan tak tergapai."Kamu nggak perlu berterima kasih sebesar ini padaku, Pak Wano. Kamu sudah membayarku banyak, jadi sudah tanggung jawabku untuk memenangkan kasus ini."Dia tidak mengindahkan permintaan Wano sama sekali.Dia hanya menepuk punggung Wano dan mencoba tersenyum lembut sebagai penghiburan.Wano merasa sangat tidak nyaman dengan Yuna yang berperilaku seperti ini.Di antara mereka berdua, tidak ada tanda-tanda ikatan selain urusan pekerjaan.Wano mema
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper