Kedua tangan Yuna mengepal erat.Yuna tahu Qirana tidak akan pernah melepaskannya begitu saja.Alat terbaik untuk memancing Yuna adalah dengan menggunakan rekaman itu.Tanpa perlu berpikir pun Yuna tahu, sekarang semua orang di perusahaan tahu hubungan terlarang antara Yuna dan Wano.Dua sekretaris kemudian datang menghampiri Yuna dan menarik pelan tangan Yuna."Bu Yuna, kami semua percaya padamu, pasti ada kesalahpahaman yang terjadi disini."Yuna tertawa pahit, "Nggak ada kesalahpahaman, benar apa yang Listi katakan."Wano sendiri juga mengatakannya, bagaimana bisa itu bohong.Sekalipun Yuna ingin menyembunyikannya, Yuna tidak bisa melakukannya.Yuna sudah menyiapkan mentalnya sebelum dia datang ke kantor.Yuna tidak menyangka, ketika benar-benar langsung menghadapi masalah ini, hatinya masih merasakan rasa sakit.Yuna sudah mencintai Wano selama 7 tahun, sudah saling mendukung selama 3 tahun, Yuna tidak menyangka hubungan terlarang semacam ini yang malah diketahui orang-orang.Dulu
Yuna tersenyum tipis, "Pak Wano, ini sudah ditentukan oleh Nyonya Vina, saya nggak punya hak ikut campur."Yuna pun tidak mau.Wano menatap wajah datar Yuna, sudut mata Wano sedikit terangkat."Kenapa kamu nggak terlihat cemburu Yuna? Apa kamu tahu artinya ketika aku membawa seseorang ke acara perayaan perusahaan tahun ini?"Suara Yuna masih terdengar tenang."Pak Wano, kenari nggak punya kuasa untuk mengatur majikannya, saya hanya perlu menjadi teman ranjang Anda dan memastikan Anda senang di atas ranjang, untuk masalah lainnya saya tidak punya hak ikut campur, bukankah seperti itu?"Kalimat yang Yuna ucapkan terdengar lembut dan menyenangkan, tapi setiap kata itu seperti duri yang menusuk tajam hati Wano.Wano memegang Yuna, otaknya mengingat seluruh kejadian saat Yuna cemburu.Wano ingin Yuna yang dulu Wano miliki, bukan Yuna yang patuh seperti ini.Wano mengusap lembut kepala Yuna, "Pulang kerja nanti ikut aku mencoba pakaian.""Pak Wano, saya sudah memilih pakaian saya, sebaiknya
Yuli adalah ibu kandung Yuna, tapi kenapa wanita itu jadi seperti ini.Yuli sudah membuat ayahnya hampir bangkrut dan mengalami serangan jantung, lalu membuat Yuna mengalami depresi bahkan kehilangan suaranya.Sudah lewat beberapa tahun, tapi kenapa Yuli masih juga tidak melepaskan mereka.Yuna tidak tahu sudah berapa lama dia menangis sampai dia mendengar telepon di dalam tasnya berbunyi.Yuna segera menekan emosi yang dia rasakan dan menjawab panggilan tersebut."Yuna, bukankah kamu sudah setuju pergi mencoba pakaian denganku? Pergi kemana kamu?"Yuna berpura-pura tenang dan berkata, "Sudah setengah jalan, aku pergi sendiri.""Baiklah, tunggu aku di pintu masuk."Yuna mematikan panggilan telepon dan mencari alat riasnya, dia tidak ingin Wano tahu apa yang terjadi.Namun Yuna menganggap kemampuannya terlalu tinggi.Seluruh tubuh Yuna gemetar, tangan dan kakinya sedingin es, Yuna tidak sanggup menyetir.Yuna merasakan dirinya sekali lagi jatuh ke jurang yang dalam dan seluruh dunianya
Tubuh Wano tiba-tiba kaku.Kelembutan di wajah Wano pun segera menghilang.Ini adalah kedua kalinya Wano mendengar Yuna menyebut nama itu, dan setiap kali Wano mendengarnya, Wano merasa seperti mengenalnya.Wano ingin berpura-pura tenang seperti dia tidak mendengar apapun.Bahkan Wano berpikir ingin menyingkirkan orang itu dari hidup Yuna.Sifat posesif seorang pria membuat Wano kehilangan akalnya.Wano tidak tahan jika ada pria lain yang menjadi pendukung emosi Yuna, Wano tidak tahan jika Yuna memanggil nama orang lain di setiap mimpi Yuna.Tatapan Wano semakin menggelap hingga akhirnya Wano tidak bisa lagi menahan emosinya.Wano mendekat pada bibir Yuna dan berkata dengan suara rendah dan seraknya, "Oke, biarkan aku menciummu dan aku nggak akan meninggalkanmu."Setelah mengatakan itu, Wano tidak menunggu respons Yuna, dia merendahkan kepalanya dan menggigit bibir Yuna.Ciuman Wano begitu posesif, mendominasi dan sangat gila.Yuna terbangun karena sikap kasar Wano, dia menatap Wano se
Dengan memikirkan hal ini, tatapan Wano menjadi semakin tajam."Pecat dia dan jangan pernah membiarkannya muncul di sini lagi.""Baik, saya akan segera melakukannya."Keesokan paginya, ketika Yuna terbangun, yang pertama kali terlihat di matanya adalah wajah tampan Wano.Pria itu telanjang bulat. Tangannya yang sangat kuat dan kekar mengunci erat tubuh Yuna dalam dekapannya.Adegan semalam terlintas dalam benak Yuna dalam seketika.Saat di mana dirinya dan Wano memadu kasih.Mereka bahkan melakukannya berkali-kali.Ketika Yuna terbawa perasaannya, Wano mengajaknya untuk berbicara dengan kata-kata yang menggoda.Mengingat kembali kata-kata itu sekarang membuatnya merasa tersipu malu.Yuna bingung mengapa Wano tiba-tiba menjadi seorang perayu handal.Dia harus mengakui bahwa semalam dirinya telah terpengaruh oleh Wano dan juga merasa nyaman.Dia bahkan melupakan rasa sakit yang diberikan oleh Yuli.Dia terhanyut bersama Wano.Yuna perlahan melepaskan genggaman Wano, tetapi saat dia hampi
Yuna telah berganti pakaian dan berdiri di depan cermin. Dia benar-benar terkesan dengan penampilannya.Dia sangat menyukai gaun berwarna biru langit dengan penuh gemerlap ini.Desain gaun ini memiliki bagian atas yang terbuka di bagian bahu, dengan belahan di bagian pinggang. Gaun ini diikat dengan satu tali yang sangat tipis ke belakang. Pada bagian pengikat tali, terdapat hiasan berbentuk kupu-kupu biru yang terlihat hidup.Bagian roknya dirancang dengan model yang menjuntai hingga ke lantai, terbuat dari kain sifon biru berhiaskan kilauan permata yang tersebar secara merata di atasnya.Ketika terkena sorot lampu, permata-permata itu memantulkan cahaya berkilauan, seolah-olah bintang yang berkelap-kelip di langit.Sang manajer tidak bisa menahan diri untuk melontarkan pujiannya, "Pak Wano memiliki selera yang sangat bagus. Gaun ini sangat cocok dengan karakter Nona Yuna sehingga terlihat elegan dan anggun, tapi tak terlalu mewah berlebihan. Benar-benar seperti peri yang turun dari l
Manajer itu pun merasa ragu, tetapi karena Vina adalah ibu dari Wano, dia tidak berani menentangnya.Akhirnya, karena tak memiliki pilihan lain, dia memutuskan untuk menghadap ke arah Yuna dengan rasa tidak nyaman.Saat dia hendak melepas pakaian Yuna, terdengar suara yang rendah dan santai dari belakangnya."Apa kamu menyukainya?"Dengan langkah panjangnya, Wano mendekati Yuna.Tangan hangatnya menyentuh pinggang terbuka Yuna dan mengusapnya dengan lembut, sementara senyuman samar menghiasi bibirnya dengan arti yang tidak bisa dijelaskan.Sebelumnya, Yuna begitu tegas terhadap Qirana. Akan tetapi, sekarang dia merasa sangat ragu.Semua itu karena dia menyadari bahwa di mata Wano, Qirana selalu menjadi yang utama dibandingkan Yuna.Tidak peduli apa yang Qirana katakan atau inginkan, Wano akan memercayainya tanpa syarat dan keinginannya akan selalu dipenuhi.Ujung jari Yuna sedikit mengkerut, bulu matanya pun bergetar ringan."Kalau aku bilang 'iya', apa Pak Wano juga akan menyuruhku me
Yuna tertegun sejenak dan mendongak menatap Wano."Apa kamu bilang?"Wano memegang pipi Yuna yang memerah, lalu berkata dengan penuh goda, "Tentu saja barang-barangmu harus dikirim ke kantormu, atau mau dibawa pulang ke rumahku saja?"Kata-katanya membuat mata Qirana memerah seketika."Kak Wano, apa aku nggak boleh mencobanya sebentar saja?"Wano mengangkat alisnya sambil melihatnya, dengan santai dia pun berkata, "Gaun ini nggak cocok untukmu. Coba lihat yang lain saja, aku akan menanggung biayanya."Setelah berkata begitu, dia tak menunggu reaksi Qirana, melainkan langsung memeluk Yuna dan membawanya menuruni tangga.Melihat kemesraan mereka, Qirana menangis begitu sedih."Tante, apa Wano ingin menjadikan Bu Yuna sebagai pasangannya? Lalu, bagaimana denganku?"Sembari membantu Qirana menghapus air matanya, Vina memberikan dukungan, "Jangan khawatir, posisi nyonya muda Keluarga Lasegaf hanya bisa menjadi milikmu. Buat dirimu tampil dengan baik dalam acara ini, dengan begitu Wano pasti
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper