Yuna sangat marah mendengar Wano membicarakan bayinya.Dia mendorong Wano menjauh dengan kekuatan yang datang secara tiba-tiba.Yuna mundur beberapa langkah dengan senyum pahit yang menghiasi wajahnya."Pak Wano, kamu salah orang. Orang yang kamu cintai ada di atas sana. Kalau mau punya anak, datang saja padanya. Sekalipun harus mati, aku nggak akan memberimu anak!"Setelah mengatakanya, dia berjalan menuju taman belakang tanpa menoleh lagi.Konyol sekali!Apa dia dan Qirana memang bersekongkol untuk menindasnya?Yang satu memberitahunya bahwa dirinya hanya sebatas rahim pengganti, sementara yang lain mendesaknya untuk segera memiliki anak."Wano, kamu memang bajingan!" kutuk Yuna"Semua yang terjadi antara kamu dan wanita berengsekmu itu bukanlah urusanku!" tambahnya.Dia duduk di tepi kolam sendirian, meresapi lukanya dalam diam.Masa lalunya dengan Wano terus berputar dalam benaknya.Saat dia mengutuk Wano dan melempar batu ke dalam air, tiba-tiba terdengar suara Qirana dari belakan
Yuna perlahan-lahan menutup matanya.Kesadarannya kian menghilang ketika tubuhnya semakin tenggelam.Beberapa saat kemudian, dia merasa ada seseorang yang memeluknya erat.Dia juga merasa ada seseorang yang memberinya oksigen di dalam air.Perlahan-lahan, dia membuka matanya dan melihat wajah tampan Wano yang penuh kekhawatiran dan ketakutan.Yuna bahkan tak mampu menertawakan dirinya sendiri.Kesadarannya perlahan-lahan memudar.Wano menangkup wajahnya dan terus memberikan napas buatan sambil menepuk-nepuk wajahnya dengan lembut.Namun, semuanya sia-sia.Dia mencoba menarik Yuna ke permukaan danau, tetapi kaki Yuna terjebak lumpur di dasar danau.Kedua tubuh itu sepenuhnya terperangkap dalam lumpur sehingga kesulitan untuk menuju permukaan.Wano memandang Yuna tenggelam semakin dalam, dia pun berusaha meraih tangannya dan mencoba menariknya sekuat mungkin.Hati Wano terus berbisik, 'Yuna, kamu nggak boleh mati! Kalau kamu berani mati, aku akan pergi ke alam baka dan membawamu kembali!
Wano duduk di tepi ranjang Yuna. Dia memegang erat tangan Yuna sambil terus menciuminya.Benaknya dipenuhi kata-kata yang diucapkan dokter barusan.Dia hanya tahu bahwa Yuna tak bisa berenang, tetapi tak pernah menyadari bahwa Yuna memiliki fobia air.Sekarang, dia akhirnya sadar mengapa setiap kali mereka berada di kamar mandi, Yuna tidak pernah mau masuk ke dalam bak mandi. Meskipun Wano mencoba berbagai cara untuk menggodanya, tetap saja tak berhasil.Ternyata, ketakutannya pada air sudah separah ini.Wano menatap wajah mungil Yuna yang pucat, lalu berkata pelan dengan parau."Yuna, berapa banyak hal lagi yang nggak aku ketahui?"Wano tidak tahu tentang trauma yang dia alami tujuh tahun lalu. Dia juga tak menyadari bahwa ada seorang pria yang sangat Yuna cintai dalam hatinya.Dia bahkan tak mengerti apakah ada setitik cinta dalam kebaikan yang selama ini Yuna berikan padanya.Wano membelai lembut wajahnya, lalu menunduk dan mencium bibirnya yang dingin."Yuna, aku mau tahu segalanya
Pusat rehabilitasi ini memiliki standar privasi yang tinggi, di mana semua data pasien dilindungi oleh perjanjian kerahasiaan yang ketat.Pasien hanya diidentifikasi melalui kode, tanpa menggunakan nama mereka.Yuna hanya mengingat kode milik pria itu, yaitu 99.Selain itu, sang pria juga hanya mengetahui kode miliknya, 11.Dia bahkan tidak tahu seperti apa penampilan atau bagaimana suara Yuna.Meskipun mereka bertemu di tengah kerumunan orang nantinya, dia tidak akan bisa mengenali Yuna.Potongan-potongan kejadian itu seperti adegan sebuah film yang terus muncul dalam benak Yuna.Dia terus mencari pria yang membuatnya berdebar, tapi pria itu selalu menghilang begitu muncul.Yuna ingin memeluknya, tetapi tidak peduli seberapa keras dia mencoba, dia tetap tak bisa mencapainya.Dalam keadaan cemas, Yuna meraih sesuatu dan memeluknya erat-erat tanpa berniat melepaskannya.Dia berbisik pelan, "Tolong jangan pergi, ya?"Hati Wano terasa dipukul dengan keras. Detak jantungnya seolah-olah ter
Wano terdiam karena pertanyaan tersebut.Dia sadar bahwa Yuna masih merasa terganggu oleh peristiwa terakhir kala itu.Namun, dia telah mengirim orang untuk mencari bukti. Akan tetapi, entah siapa yang menghalangi mereka di tengah jalan.Melihatnya terdiam begitu lama, Yuna mengangkat sudut bibirnya dengan dingin."Nggak perlu dijawab, aku sudah tahu jawabannya. Kalian semua pergi saja, aku nggak akan mempermasalahkan hal ini."Tepat pada saat itu, terdengar suara Xena dari pintu masuk."Aku bisa menyediakan bukti yang Pak Wano inginkan."Xena memasuki ruangan bersama Shinta.Dua orang itu bergegas mendekati tempat tidur Yuna sambil menatap wajah pucatnya dengan cemas. Xena belum pernah terlihat sekhawatir itu sebelumnya.Xena menatap Wano dengan dingin seraya tersenyum sinis."Apa begini cara Pak Wano melindungi wanitanya? Mempertahankan dia di sisi kamu hanya akan membuatnya semakin terluka. Apa lagi yang bisa kamu berikan padanya selain rasa sakit yang nggak ada habisnya?""Kalau ka
"Yuna, berikan padaku.""Wano, apa luka yang kamu beri padaku masih nggak cukup? Apa kamu masih ingin menyingkap lukaku di depan umum?"Semakin Yuna berkata demikian, semakin Wano ingin melihatnya.Dia mengabaikan perlawanan Yuna dan dengan paksa merebut flashdisk dari tangannya.Flashdisk itu pun dimasukkan ke dalam laptop untuk ditonton.Saat gambar Qirana muncul, terdengar teriakan keras dari Vina, "Qirana, kamu kenapa? Wano, Qirana pingsan, cepat bawa dia ke dokter!"Wano berbalik dan melihat Qirana yang terbaring di lantai dengan wajah pucat.Wano sadar bahwa pingsannya seorang pasien depresi menandakan kondisi yang semakin parah.Namun, kalau dia pergi sekarang, mungkin dia tidak akan pernah mengetahui kebenarannya.Saat Wano sedang mempertimbangkan untuk memanggil dokter, Vina kembali berseru, "Wano, cepat! Qirana mengalami kejang dan muntah berbusa, kalau nggak segera membawanya ke dokter, itu akan berbahaya.""Kita akan membicarakannya nanti. Yuna juga nggak mati, 'kan? Kenapa
Setelah mendengarnya, pupil mata Wano menyempit seketika.Mata hitam legamnya itu tampak dalam dan sedingin es."Yuna, kecuali hal itu, kamu bisa meminta semuanya.""Tapi ini yang kumau. Pak Wano nggak boleh melanggar janji."Wajah dingin dan tegas Wano melemah seketika. Tubuh kekarnya menghimpit Yuna.Napas yang panas menyapu wajah Yuna."Yuna, apa kamu begitu ingin menghindariku? Apa kamu begitu buru-buru lari ke pelukan pria lain?"Yuna tetap berusaha menatapnya dengan tenang, "Terserah kamu mau mikir apa."Suara Wano menjadi dingin dan tegas, "Jangan harap! Aku nggak akan membiarkanmu pergi bahkan sehari saja sebelum kontrak kita berakhir! Aku akan memastikan kalau Qirana akan memberimu penjelasan atas hal ini."Setelah mengatakannya, Wano membanting pintu dan pergi.Setelah itu, entah bagaimana cara Wano merayu Qirana. Wanita itu akhirnya datang meminta maaf kepada Yuna sambil mengenakan baju pasien.Keluarga Saradan juga memberikan kompensasi atas kerugian yang dialaminya secara
Yudha tersenyum canggung, "Yuna pernah tenggelam dan hampir mati, jadi dia sangat takut air."Lalu Yudha melihat ke arah Yuna dan berusaha mengalihkan pembicaraan, "Dimana obatku? Kamu melihatku tapi nggak langsung memberikannya padaku dan malah sibuk bermesraan, aku benar-benar nggak mengerti kalian anak muda."Yudha pun mengambil obat dari tangan Yuna dan meminum 2 butir.Wano merasa Yudha tidak ingin membahas topik itu lagi, membuat Wano sadar akan besarnya trauma Yuna.Kalau tebakan Wano benar, kejadian itu seharusnya terjadi setelah Yuna keluar dari sekolah.Kemana Yuna dalam waktu satu tahun itu.Apa yang sebenarnya terjadi pada Yuna.Sampai membuat seluruh keluarga menghindari pembicaraan ini.Wano memeluk bahu Yuna, "Biarkan Paman Yudha senang, kebetulan siang ini aku nggak sibuk, ayo kita makan bersama dengan para manajer proyek juga."Yudha segera menyetujuinya, dia tersenyum dan berkata, "Aku tebak mereka semua akan sangat senang hingga ingin bersujud mendengar bisa makan si
Yuna segera mundur setelah Wano menyentuhnya.Dia menatapnya dengan ekspresi datar, lalu berkata, "Pak Wano, kita ini sudah bercerai, tolong jaga sikapmu. Saat ini aku sudah mempunyai pacar."Setelah mendengar perkataan Yuna, Wano merasa lega.Dia langsung tertawa dan berkata, "Beri aku waktu 20 menit."Selesai berbicara, dia berbalik badan dan pergi.Dari perkataan Yuna, Wano tahu bahwa wanita itu sedang memberi peringatan padanya agar tidak terlalu menampakkan kemesraan di tempat umum.Jika tidak, semuanya akan terungkap dan rencana mereka akan sia-sia.Tidak disangka ternyata Yuna mengakui Jeri sebagai pacarnya. Itu artinya Yuna sudah memaafkannya.Setelah memahami maksud dari perkataan Yuna, Wano pun pergi dan berjalan masuk ke mobilnya, kemudian menekan pedal gasnya dengan bersemangat.Dia pun kembali ke kompleks apartemen elit miliknya yang berlokasi di tengah kota.Apartemen di daerah itu dibangun dengan tinggi, luas masing-masing apartemen yang disewakan bisa mencapai 400 meter
Ternyata itu karena Yuaris sudah mengetahuinya sejak awal.Anak itu bahkan terus merahasiakannya.Dia hanya seorang anak kecil yang baru berusia dua tahun.Tapi dia harus menanggung beban seberat ini.Memikirkan hal itu, hati Yuna terasa semakin sakit.Dia memeluk kepala Yuaris dan menciumi wajahnya berkali-kali.Suaranya tersendat karena menangis. Dia berkata, "Sayang, Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu. Ibu sudah lalai dan membiarkan ayahmu menipu Ibu selama dua tahun. Selama itu Ibu nggak memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ibu. Ibu benar-benar sangat sedih."Yuaris juga menangis saat melihat Yuna menangis.Tangan kecil Yuaris menepuk kepala Yuna dengan pelan dan berkata, "Ibu, jangan menangis. Aku juga jadi ingin menangis kalau melihat Ibu sedih."Saat melihat anak dan ibu itu berpelukan dengan sedih, Maggie akhirnya tidak bisa menahan perasaannya lagi.Dia berjalan mendekati Yuna dan menepuk-nepuk punggungnya, lalu berkata, "Yuna, luka Yuaris belum pulih. Setelah efek biu
Air mata yang asin dan bercampur rasa darah memenuhi mulut Yuna.Dia tidak bisa melupakan rasa sakit di hatinya saat dirinya kehilangan bayinya dua tahun lalu. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa kecewa saat melihat mayat bayinya.Hampir setiap malam dia memimpikan hal yang sama selama dua tahun.Dia bermimpi anak yang sudah meninggal itu memanggilnya dengan sebutan ibu.Keesokan pagi setiap terbangun dari tidur, bantalnya selalu basah.Rasa rindu yang terus terulang setiap hari dan rasa sakitnya yang semakin bertambah itu menyebabkan depresinya kambuh.Ternyata semuanya palsu.Selama ini ternyata bayi yang dikira sudah tiada itu selalu berada di sampingnya.Yuna tidak hanya tidak memberinya ASI secara eksklusif, tapi juga merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.Dia dengan bodohnya juga mengira bahwa Yuaris menyukainya hanya karena keakraban mereka.Ternyata itu adalah ikatan batin antara ibu dan anak.Betapa bodohnya Yuna yang selama ini tidak menyadari ikat
Terlebih lagi, pada saat itu, dia juga melihat bahwa jenazah bayinya memang sekecil itu.Yuna terus merasa ada yang tidak beres selama dua tahun terakhir.Mengapa saat pemeriksaan kehamilan dokter mengatakan bahwa ukuran tubuh bayi Yuna normal?Mengapa bayinya ternyata berukuran kecil ketika lahir?Ternyata, bayi yang dia lihat saat itu bukanlah anaknya.Namun, dia adalah anak dengan penyakit jantung yang ada dalam perut Maggie.Selain itu, Wano sengaja membuat bayinya diasuh oleh Maggie.Untuk menghindari perhatian orang-orang jahat.Jadi, Yuaris adalah bayinya.Itu sebabnya golongan darahnya sama dengan Yuaris, yaitu Rh-negatif.Yuna tak bisa menahan air matanya lagi saat menyadari semua ini.Melihat ekspresi panik dan kebingungan Maggie, membuat air mata Yuna tak bisa berhenti mengalir.Dia menahan semua rasa sakit dan kepiluan dalam hatinya.Dia melihat Maggie dan Xena seraya berkata, "Kak Maggie, Kak Xena, terima kasih."Dengan kalimat sederhana itu, mereka semua langsung memahami
Mendengar ucapannya, raut wajah Maggie seketika berubah. Dia pun buru-buru menarik lengan Yuna seraya berkata, "Kamu nggak boleh melakukannya."Saking cemasnya, perkataannya terdengar melengking.Yuna memandangnya dengan kebingungan, "Kenapa nggak boleh? Kita ini saudara dan Yuaris itu anakmu. Aku bisa saja mendonorkan darah dalam situasi medis yang darurat begini."Mendengar perkataan Yuna, sang dokter pun berkata, "Kalau memang begitu, ini bisa jadi tindakan darurat. Dengan begitu, anak itu nggak perlu menunggu terlalu lama dan ini bisa meringankan rasa sakitnya.""Itu juga nggak boleh. Pokoknya kalau aku bilang nggak bisa, berarti nggak bisa. Dia anakku, aku nggak mau ada kesalahan terjadi padanya. Bagaimana kalau tubuhnya menolak? Yuaris masih sangat kecil."Yuna merasa bingung dan tak mengerti dengan keanehan pemikiran Maggie.Maggie biasanya bukan orang yang seperti ini.Dia juga begitu menyayangi Yuaris.Bahkan, dokter pun menyatakan kalau hal itu diperbolehkan, lantas mengapa d
Yuaris mengangguk berkali-kali.Melihat bayangan mereka yang pergi, membuat mata besarnya terus bergerak.Bagaimana caranya agar sang tante tidak mengetahui kebenarannya?Dokter Sari bersiap untuk memeriksa Yacob.Tiba-tiba saja dia bertanya, "Pengacara Yuna, apa kamu yakin ini anaknya? Bukan yang di luar sana?"Yuna sedikit kebingungan, "Kenapa? Ada yang salah?""Anak ini nggak punya bekas luka sedikit pun, jadi dia nggak pernah menjalani operasi."Hati Yuna agak berdesir ketika mendengarkan kata-kata itu, "Mungkinkah kakakku takut anak itu punya bekas luka, jadi dia melakukan operasi penghilang bekas luka?"Sari memeriksa tubuh Yacob dengan alatnya dan berkata, "Aku bisa memastikan kalau anak ini nggak punya penyakit jantung dan belum pernah melakukan operasi apa pun. Mereka berdua kembar, jangan-jangan kamu salah orang.""Nggak mungkin, mereka berdua bukan kembar identik, jadi sudah berbeda sejak kecil. Mana mungkin aku nggak mengenali mereka.""Kalau begitu, ini aneh. Anak itu sebe
Pada saat ini, ponsel Zanny berdering.Dia melihat layar ponselnya dan menerima telepon dari Yuna."Yuna.""Zanny, apa kamu sudah mendapatkan buktinya?""Sudah, aku akan segera mengirimkannya padamu.""Oke, serahkan semua urusan ini padaku."Mereka berdua mengobrol sebentar sebelum Yuna mengakhiri percakapan mereka.Yuna menatap dua bocah di depannya dan berkata, "Tante mau pergi kerja, kalian bermain saja dulu dengan pelayan dan Kakek. Sebentar lagi Nenek cantik akan tiba. Main yang tenang dan jangan lari-lari, mengerti?"Yuaris dan Yacob mengangguk berkali-kali, lalu berkata, "Kami mengerti, Tante bisa berangkat kerja dengan tenang."Yuna mengatakan sesuatu pada pelayan sebelum akhirnya pergi dengan mengendarai mobilnya.Hari ini dia akan pergi ke pengadilan untuk mengurus perceraian kliennya yang merupakan seorang dokter anak.Suami klien itu berselingkuh dan diam-diam memindahkan harta bersama yang sudah mereka kumpulkan.Demi mendapatkan hak asuh anak, mereka bertengkar dengan sen
Setelah mendengar perkataan Yuna, mata Zanny memancarkan rasa sakit yang tidak terlukiskan.Selama dua tahun, dia mampu menyembunyikan penderitaannya dengan baik.Dia pikir tidak ada orang yang bisa mengetahui pikirannya.Siapa sangka ternyata Yuna bisa menebaknya dengan tepat.Dia meremas jari Yuna dengan pelan dan menggelengkan kepalanya.Hanya dengan satu gerakan, Yuna bisa mengetahui apa yang ingin dikatakan Zanny.Dia segera mengangguk dan berkata, "Jangan khawatir, aku tahu apa yang harus kulakukan."Pada saat ini, Yanuar tiba-tiba mendorong pintu dan masuk.Saat melihat Zanny yang sudah siuman, dia segera berjalan ke samping kasur.Dia menatap Zanny dengan emosi yang tidak bisa digambarkan.Dia dengan suara serak bertanya, "Zanny, bagaimana keadaanmu?"Mata Zanny yang semula berlinang air mata itu langsung terlihat dingin saat melihat Yanuar.Dia menundukkan pandangannya dan melengkungkan sedikit bibirnya.Zanny memang sedang tersenyum, tapi Yanuar merasa bahwa mantan kekasihnya
Saat bisa melihat kembali ekspresi marah Yuna, Wano tersenyum bahagia.Tangannya yang besar membelai telinga Yuna, dia dengan suara rendah berkata, "Ayo umpat aku sekali lagi!""Dasar bajingan tengik!"Yuna mengumpat Wano sekali lagi tanpa ragu.Dia tidak hanya ingin mengumpatnya, tapi juga ingin menggigitnya sekeras mungkin.Jika bukan karena Wano menggoda Yuna seperti siluman rubah, wanita itu tidak harus menunjukkan ekspresi memalukannya di depan Wano.Saat dirinya bisa kembali mendengarkan umpatan yang sudah tidak asing baginya, Wano tertawa dan memeluk wanita itu dengan erat.Wano berbaring di pundak Yuna, ada emosi tak tertahankan yang terdengar dari suaranya.Ada perasaan bersemangat sekaligus kesedihan yang didominasi oleh rasa sakit hati."Akhirnya Yunaku kembali."Yuna yang suka memukul, mengumpat dan memarahinya akhirnya kembali seperti sedia kala.Tangan besar Wano membelai kepala Yuna dengan lembut, dia sekali lagi berkata dengan suara lembut. "Untuk seterusnya, kamu seper