Sebuah toko perhiasan ternama di London menjadi tempat di mana Samuel membawa Selena untuk memilih cincin berlian pernikahan yang sebelumnya sudah Samuel pesan. Samuel sengaja memesan khusus dari designer ternama di Paris—yang kebetulan memiliki cabang toko perhiasan di London. Tentu Samuel pun menginginkan Selena mendapatkan cincin pernikahan yang terbaik. “Nona Selena, saya memiliki tiga cincin pernikahan berlian. Silahkan Anda pilih mana yang paling Anda sukai, Nona,” sang designer perhiasan menunjukan tiga cincin perhikahan yang sebelumnya sudah dia siapkan pada Selena. “Ah, cincin-cincin ini cantik sekali.” Senyuman di wajah Selena terlukis kala melihat cincin berlian di hadapannya itu sangat indah. Sampai-sampai Selena tak bisa memilih. “Kau suka yang mana?” tanya Samuel seraya membelai pipi Selena lembut. Tatapannya menatap Selena begitu hangat dan dalam. “Samuel, aku bingung. Menurutmu paling bagus yang mana? Ketiga cincin ini sangat indah, Samuel,” ucap Selena sambil men
William menatap dingin Samuel yang melangkah mendekat padanya dan Selena. Tatapan yang terselimuti begitu tajam. Sudah lebih dari dua jam Selena menunggu Samuel menjemput. Padahal sebelumnya Samuel berjanji pada Selena hanya satu jam saja berada di kantor. Well, hal itu yang membuat William memasang wajah dingin dan tak ramah kala Samuel datang. Sedangkan Selena? Tentu Selena tetap tersenyum walau sebenarnya Selena sedikit kesal tapi Selena berusaha untuk mengerti karena memang Samuel memiliki kesibukan yang luar biasa. “Maaf aku terlambat,” ucap Samuel pelan namun tetap tegas. Pria itu menatap William yang sejak tadi memberikan tatapan tak bersahabat. Tanpa harus bertanya, Samuel sudah tahu kalau William marah padanya karena datang terlambat. “Apa jam tanganmu itu rusak? Kau terlambat lebih dari satu jam!” seru William. “Maaf tadi ada pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan,” jawab Samuel menjelaskan. “Jadi pekerjaanmu lebih penting dari putriku?” William semakin memberikan tata
Berita pernikahan Samuel dan Selena sudah tersebar luas. Undangan pernikahan pun sudah disebar. Beberapa pihak seperti Sean dan Miracle memprotes Selena yang mempercepat pernikahan. Namun Selena menjelaskan pada kakak dan saudara kembarnya kalau ini memang yang terbaik. Awalnya memang Sean dan Miracle tak setuju tapi akhirnya Sean dan Miracle mendukung apa yang telah Selena putuskan. Begitu pun dengan Marsha dan Dominic yang juga mendukung apa yang telah Samuel dan Selena putuskan. Telebih usia Samuel dan Selena pun sudah sangat cukup untuk membangun rumah tangga. Seluruh keluarga besar Geovan pun kini sudah tahu tentang pernikahan Selena. Termasuk kakek dan nenek Selena dari sisi ayah dan ibunya. Tentu keluarga besar Geovan menyambut bahagia karena sekarang Selena akan segera menikah. Dulu Selena memang selalu menjauh dari keluarga besarnya. Alasannya keluarga besar Geovan memiliki aturan kuno—di mana seorang wanita dari keluarga Geovan dilarang hamil di luar pernikahan. Aturan kuno
“Paman Albert?” Selena melangkah mendekat pada Albert yang berada di ruang tamu. Terlihat senyuman di wajah Selena terlukis kala tiba di depan Albert. “Maaf mengganggu waktu Anda, Nona,” jawab Albert seraya menundukan kepalanya sopan pada Selena. “Jangan terlalu formal padaku, Paman.” Selena kembali tersenyum. “Ah, ya, ada apa, Paman? Apa Paman mencari Daddy-ku?” tanyanya sopan. “Tidak, Nona. Saya ke sini karena ingin memberikan hadiah pernikahan untuk Anda.” Albert memberikan kotak yang ada di tangannya pada Selena.“Ya Tuhan, Paman. Harusnya kau tidak usah repot-repot seperti ini.” Selena menerima kotak itu seraya sedikit menundukan kepalanya sopan mengahargai pemberian dari Albert. “Ini hadiah kecil dari saya, Nona. Semoga Anda menyukainya,” jawab Albert tulus. Selena tersenyum hangat. Detik selanjutnya, wanita itu membuka kotak pemberian Albert yang ada di tangannya. Dan … seketika raut wajah Selena berubah melihat gelang berlian yang dengan huruf ‘S’ di sana. Sungguh, itu ad
Seluruh keluarga Geovan tampak sibuk dengan segala persiapan pernikahan. Para pelayan pun sejak tadi mondar mandir mengantarkan segala kebutuhan sang pengantin. Pun anak-anak dari keluarga besar Geovan sudah rapi memakai gaun dan juga jas yang telah didesign khusus oleh Stella. Begitu pun dengan Oliver dan Joice yang sangat terlihat seperti pengantinn kecil. Kedua bocah itu kini tengah bergabung dengan para sepupunya. Baik keluarga Geovan maupun keluarga Maxton semuanya adalah hasil rancangan Stella—istri Sean. Ya, hari ini adalah hari yang telah dinanti-nantikan Samuel dan Selena yaitu hari pernikahan mereka. Pernikahan Samuel dan Selena ini bisa dikatakan akan menjadi salah satu pernikahan termewah di tahun ini. Pasalnya Samuel dan Selena mengundang ribuan tamu undangan yang hadir. Mulai dari artis, model ternama, dan sekaligus para pengusaha dari berbagai negara. Tentu semua ini memang salah satu permintaan William. William tak ingin pernikahan Selena digelar secara sederhana. Dan
Kilat kamera tersorot pada Selena yang melangkah masuk ke dalam ballroom hotel bersama dengan William. Dekorasi pernikahan yang sangat mewah membuat Selena seperti masuk ke dalam istana. Ribuan tamu undangan tak henti melihat penampilan Selena yang begitu memukau. Para wartawan tampak sibuk mengambil gambar Selena dan William yang tengah memasuki ballroom hotel. Pernikahan Samuel dan Selena memang sangat meriah dan mewah. Bahkan Samuel dan William pun sepakat untuk mengundang media hadir di pesta pernikahan.Sebagian besar keluarga Geovan sekaligus keluarga Maxton tak henti mengambil gambar Selena dan William menggunakan ponsel mereka. Baik keluarga besar Geovan dan keluarga besar Maxton sama-sama menunjukan pancaran wajah yang bahagia karena akhirnya Samuel dan Samuel telah bersatu. Tentu sudah bukan lagi menjadi rahasia tentang perjuangan Samuel dan Selena agar bisa bersatu. Berawal dari skandal yang menghebohkan publik namun sekarang semuanya telah berbuah manis. Di ujung sana tep
Resepsi pernikahan Samuel dan Selena begitu megah. Dekorasi ballroom hotel itu berhias Swarovski dan juga bunga lily putih. Lampu kristal di langit-langit membuat kesan mewah dari resepsi pernikahan Samuel dan Selena. Puluhan wartawan pun berada di ballroom hotel itu mengabadikan moment pernikahan pengacara kondang dengan putri billionaire ternama dunia. Bisa dikatakan pernikahan Samuel dan Selena akan menjadi pernikahan termahal tahun ini. Di altar, Samuel dan Selena menyambut para tamu undangan yang memberikan selamat padanya dan Samuel. Lalu ketika para tamu undangan sudah selesai mengucapkan selamat, kini bergilir keluarga besar Geovan dan keluarga besar Maxton. Jika dibandingkan jumlah keluarga besar Geovan jauh lebih banyak daripada keluarga besar Maxton. Well, memang sejak dulu terkenal keluarga besar Geovan memiliki pasukan yang sangat banyak.“Selamat atas pernikahan kalian. Meski kau telah menjadi adik iparku bukan artinya aku menyukaimu. Satu kali saja kau melukai adikku;
“Dean, jam berapa kita pulang? Aku sedikit lelah di sini.” Juliet—calon istri Dean tampak kesal kala Dean sejak tadi menyapa para tamu undangan yang hadir di pesta pernikahan Samuel dan Selena. Pasalnya memang pesta pernikahan Samuel dan Selena ini penuh dengan banyaknya para pengusaha ternama dunia. Bahkan sejak tadi pun wartawan sempat mewawancarai Dean. Padahal Juliet ingin sekali segera pulang ke rumah. “Tunggu sebentar, Juliet. Aku tidak enak kalau langsung pulang,” jawab Dean datar. Pria itu baru saja selesai mengobrol dengan Sean dan Mateo. Tentu pembicaraannya dengan Sean dan Mateo hanyalah seputar tentang perkembangan bisnis. Juliet menghela napas dalam. “Yasudah, aku ingin ke toilet sebentar. Kau tunggu di sini jangan jauh-jauh nanti aku kesulitan mencarimu.”Dean menganggukan kepalanya merespon ucapan Juliet. Detik selanjutnya, Juliet melangkah pergi meninggalkan Dean—menuju toilet yang letaknya berada di luar ballroom hotel. “Tuan, apa Anda ingin minum?” tawar pelayan m
Keesokan hari, Brianna dan Dean langsung bersiap-siap untuk meninggalkan apartemen. Setelah tadi malam mereka menghabiskan malam bersama, sekarang sudah waktunya mereka untuk menyelesaikan kembali masalah yang menghampiri mereka. Baik Dean ataupun Brianna memang tak ingin menunda-nunda. Terlebih masalah hadir sampai melibatkan pihak keluarga. “Brianna, aku akan mengantarmu pulang. Setelah mengantarmu, aku akan ke apartemen Juliet,” ucap Dean yang ingin mengantarkan Brianna pulang ke rumah. “Tidak usah, Dean. Aku pulang sendiri saja. Aku kan bawa mobil.” Brianna membelai rahang Dean lembut seraya memberikan kecupan di sana. “Aku mengantarmu saja. Aku tidak tenang kau pulang sendiri,” balas Dean yang tak suka jika Brianna pulang sendiri. Brianna menghela napas dalam. Wanita itu melingkarkan tangannya ke leher Dean, merapatkan tubuhnya ke tubuh pria itu. “Dean, kalau kau mengantarku pulang masalah akan semakin rumit. Kakakku akan mencercamu dengan banyaknya pertanyaan. Aku tidak mau
Malam semakin larut. Udara dingin menyelinap masuk ke dalam sela-sela jendela. Dua insan terbaring di ranjang dengan posisi saling berpelukan seakan tak ingin terlepas. Tampak Dean yang sudah lebih dulu bangun, tak lepas menatap Brianna yang terlelap dalam pelukannya. Wajah cantik Brianna seakan memanjakan mata Dean, hingga membuatnya tak bisa berpaling sedikit pun dari wanita itu. Tak bisa memungkiri, Brianna memiliki pesona yang istimewa. Sejak awal Dean melihat Brianna, hatinya meraskan sesuatu yang mengusik hati dan pikirannya. Tak pernah Dean kira bahwa Brianna adalah pemilik kalung yang selama ini dia cari. Dunia benar-benar sempit. Andai Dean tahu lebih awal, maka Dean tak akan pernah membiarkan Brianna menikahi seorang pria berengsek. Dean membelai pipi Brianna. Lantas, pria itu menarik dagu Brianna, mencium dan melumat lembut bibir Brianna. Manis, sangat manis. Bibir Brianna layaknya nikotin yang membuat Dean kecanduan. Dean seakan tak bisa berhenti mencium Brianna. Segala
“Shit!” Dean mengumpat kasar kala melihat truck menghadang mobilnya, hingga membuatnya tak bisa mencari sela. Sialnya, mobil Brianna sudah melaju lebih dulu dari truck yang menghadang Dean, dan membuat Dean kehilangan jejak keberadaan Selena. Andai saja tak ada truck yang menghalangi sudah pasti Dean bisa mengejar mobil Brianna. Dean menekan klakson mobilnya agar truck di depan memberikan jalan. Dan ketika truck di depannya memberikan sedikit sela, Dean menginjak pedal gas kuat-kuat—melajukan kecepatan penuh menyalip mobil-mobil yang menghalanginya. Dean tak peduli melanggar aturan lalu lintas sekalipun. Yang Dean pikirkan saat ini hanyalah Brianna. Dean tak mau menunda-nunda. Dia harus menjelaskan sekarang pada Brianna agar Brianna tidak salah paham. Dean mengendarkan pandangannya ke sekitar, mobil Brianna benar-benar sudah tidak ada. Tanpa menunggu lama, Dean langsung mengambil ponselnya dan berusaha menghubungi nomor Brianna. Namun, sayangnya nomor ponsel Brianna tidaklah aktif.
Hari berlalu begitu cepat, hingga tiba di mana waktu keluarga Maxton akan bertemu dengan keluarga Osbert. Ya, pertemuan ini memang tak dihalangi oleh Samuel, namun sampai detik ini belum juga terucap jika Samuel menyetujui rencana pernikahan Dean dan Brianna. Bukan tanpa alasan, tapi Samuel memang sengaja memilih untuk diam. Pria itu ingin melihat kesungguhan apa yang dilakukan Dean demi menikahi adiknya. Sejak di mana Samuel telah mendapatkan informasi tentang Dean, memang Samuel tak lagi sampai melarang keras hubungan Dean dan Brianna. Tak memungkiri ada nilai plus dari sifat Dean yang membuat Samuel akhirnya tak terlalu melarang keras hubungan mereka. “Sayang.” Selena menghampiri Samuel yang tengah memakai arloji. “Hm?” Samuel mengalihkan pandangannya, menatap sang istri yang menghampirinya. Selena tersenyum hangat. Lantas, wanita itu merapikan sedikit kerah baju sang suami yang kurang rapi. Menepuk-nepuk dada bidang suaminya itu sambil berkata, “Hari ini kita akan bertemu deng
Samuel duduk di kursi kebesarannya dengan pandangan lurus ke depan, dan pikiran yang menerawang. Benak Samuel terus berputar mengingat perkataan Dean. Tak menampik, Samuel ingin melihat Brianna dan Joice bahagia, tetapi banyak keraguan dalam dirinya melepas Brianna dan Joice pada Dean. Sudah cukup penderitaan yang dialami oleh Brianna. Samuel tak akan pernah membiarkan adiknya kembali hidup menderita. Namun, haruskah dirinya membiarkan adiknya menikah dengan Dean? Apa mungkin benar, Dean bisa membahagiakan adiknya dan juga keponakannya? Sejak di mana Brianna bercerai dari Ivan, Samuel yang menggantikan peran Ivan. Meski dulu, Samuel tak tinggal di London tapi tetap Samuel mengawasi adik dan keponakannya dari kejauhan. Samuel memejamkan mata singkat. Menegak wine di tangannya hingga tandas. Kepalanya begitu berkecamuk tak menentu. Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. Refleks, Samuel mengalihkan pandangannya ke arah pintu—pria itu berdecak kesal kala ada yang mengganggunya. Dengan
Tak ada satu pun percakapan yang terjalin setelah Brianna menemui kedua orang tua Dean. Keheningan menyelimuti dua insan yang tengah berada di dalam mobil. Ya, setelah tadi Dean membawa Brianna menemui kedua orang tuanya, kini Dean harus mengantar Brianna untuk pulang. Sebelumnya, Dean sudah meminta orang kepercayaannya untuk mengantarkan mobil Brianna yang ada di kantornya—ke rumah kediaman keluarga Maxton. Tak mungkin Dean membiarkan Brianna mengambil sendiri mobil wanita itu. “Dean.” Brianna memulai sebuah percakapan. Tampak sorot mata Brianna menatap lurus ke depan. Sejak tadi hati dan pikiran Brianna begitu terusik. Semua yang terjadi membuat dirinya seakan terbelenggu di dalam penjara besi. “Hm? Ada apa, Brianna?” Dean yang tengah melajukan mobil, melirik sekilas Brianna. Brianna terdiam beberapa saat. Keraguan, khawatir, semua telah melebur menjadi satu. “Lebih baik kau pikirkan lagi sebelum benar-benar ingin menikahiku, Dean. Aku tidak tega pada Juliet, Dean. Bagaimanapun,
Sepanjang perjalanan, Brianna terus meloloskan umpatan dalam hati. Tampak Brianna menatap kesal dan jengkel Dean yang melajukan mobil. Sungguh, Brianna yakin kalau Dean benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. Tujuannya mendatangi perusahaan Dean hanya untuk mengajaknya bicara agar tak lagi berbicara konyol. Tapi kenapa malah Dean ingin membawanya ke rumah pria itu? “Dean, turunkan aku di sini,” ucap Brianna dingin memaksa Dean untuk menurunkannya. “Brianna, kau ingin aku turunkan di jalan tol? Kau mau naik apa, Brianna? Menghentikan taksi di pinggir jalan tidak bisa. Kau juga pasti butuh waktu lama menuggu sopirmu menjemputmu,” jawab Dean dingin seakan menakut-nakuti Brianna. Ya, kata-kata Dean itu berhasil membuat Brianna bungkam sejenak. Raut wajah Brianna detik itu juga berubah. Apa yang dikatakan oleh Dean benar. Dirinya berada di jalan tol. Tidak mungkin Brianna meminta turun di sini. Brianna mendengkus pelan. Wanita itu memilih membuang wajahnya ke luar jendela. Terpaksa
“Samuel, hari ini apa kau akan pulang malam?” Selena berucap penuh kelembutan seraya membantu Samuel merapikan dasi sang suami yang sedikit tak rapi. Hari ini, Samuel berangkat lebih siang dari biasanya. Dan seperti biasa, sebagai seorang istri sekaligus ibu; Selena membantu Samuel dan Oliver mempersiapkan segala kebutuhan di pagi hari. Meski memiliki pelayan serta pengasuh tapi Selena pun kerap turun tangan sendiri. “Iya, aku masih menangani kasus yang waktu itu. Kasus yang sama, dan sekarang masih gantung. Tapi aku tidak akan pulang sampai larut malam. Mungkin sekitar jam 7 atau jam 8 aku sudah pulang.” Samuel mengecup bibir Selena lembut. “Baiklah, Sayang. Nanti malam kau ingin aku membuatkan menu makan malam apa?” Selena menepuk-nepuk pelan dada bidang sang suami kala sudah selesai merapikan dasi. “Apa saja. Aku selalu suka apa pun yang kau buat. Tapi ingat, kau sedang hamil, Selena. Aku tidak ingin kau kelelahan. Kau juga lebih baik tidak usah ke kantor dulu. Bekerja saja dari
Malam semakin larut dan sunyi. Samuel dan Selena baru saja selesai membersihkan diri. Mereka kini duduk di ranjang dengan punggung yang bersandar di kepala ranjang. Tak ada percakapan apa pun yang terjalin. Bahkan dikala Dean pulang saja, Samuel mengabaikan meski Dean berpamitan padanya. Ya, nampak jelas bahwa Samuel tak menyukai Dean. Dan disaat tadi Dean tengah berbicara dengan Kelton; Samuel selalu menjadi orang pertama yang menyanggah semuanya. Samuel tak setuju jika Dean menjadi suami dari Brianna. Entah apa alasan kuat sampai membuat Samuel tak setuju. Namun, sebagai kakak tentu Samuel memiliki hal untuk tidak menyetujui hubungan Dean dan Brianna. Selena menatap penuh kelembutan dan hati-hati Samuel yang sejak tadi hanya diam. Wajah Samuel dingin dan sorot mata yang memendung jelas kemarahan. Pun Selena menjadi bingung bagaimana untuk bersikap. Jujur, apa yang terjadi benar-benar membuat Selena terkejut. Selena tidak mengira kalau Joice adalah anak Dean. “Samuel,” panggil Sel