Sampai di perusahaan Reynard segera naik menuju kantornya, disana ia sudah disambut oleh Bryan dengan setumpuk berkas yang harus ia lihat dan tanda tangani."Pagi ini Nona Kath sudah kembali aktif di Stockholm, salah satu direksi menghubungi saya tadi," lapor Bryan yang sedikit heran dengan raut datar atasannya.Padahal yang ia tahu Reynard selalu bersemangat setelah bertemu dengan kekasih hatinya. Malah ia sempat mengira jika sore ini atasannya tak akan kembali ke perusahaan karena memilih tinggal di kediaman Wilson."Biarkan saja, kita lihat saja kemampuan wanita itu. Bisakah dia mengurus perusahaannya dengan baik. Kau sudah hubungi Gio? Kemana anak itu, kenapa akhir akhir ini ponselnya sulit sekali dihubungi!" keluh Reynard.Sejak serangan mereka ke kediaman Carloz adiknya menjadi sangat sibuk. Gio sangat jarang pulang ke mansion dan lebih memilih untuk tidur di kantor karena alasan pekerjaan. "Mungkin Alexander sedang punya banyak proyek," sahut Bryan karena tahu Alexander kurang
Bryan hanya bisa menghela nafasnya ketika melihat atasannya yang memacu mobil dengan kecepatan tinggi. Dan berkali kali dia mendengar pria disampingnya mengumpat karena jalanan malam yang merayap padat.Sengaja ia berada satu mobil dengan Reynard karena khawatir jika pria pencemburu itu kehilangan kendalinya. Pria itu marah hanya gara gara tidak ingin masakan wanitanya dimakan oleh pria lain!Apalagi bukan hanya satu, tapi ada banyak penjaga yang akan menikmati masakan Serra. Sebenarnya dia juga cemburu, tapi ia tahu tidak bisa marah hanya karena hal itu. Gadisnya hanya berusaha berbuat baik, itu saja."Bry... pesan makanan untuk para penjaga di kediaman Wilson sekarang!""Baik Tuan," sahut Bryan langsung melaksanakan apa yang diminta Reynard. Tapi ia meraup wajahnya kasar ketika melihat foto yang di kirimkan lagi oleh Naina. Dari balik kaca jendela gadisnya diam diam mengambil foto beberapa penjaga uang sudah menghabiskan salad buah dan roti isi tuna buatannya. Dengan caption yang c
HOEEKKK...HOEEKKKGio panik ketika melihat Elle muntah hebat, wajah gadis itu pucat dengan tubuh yang tampak lemah. Bukannya menjauh, Gio malah terlihat sedang memijit tengkuk dokter cantik itu."Pergi, aku tak ingin kau melihatku dalam keadaan seperti ini!" ujar Elle yang masih berdiri dengan dua tangan bertumpu di wastafel kamar mandi."Memang kenapa? Jika bukan aku siapa yang akan membantumu dalam keadaan seperti ini? Tak ada siapa siapa lagi di sini.""Ckk aku tidak sedang terlihat cantik! Aku tak ingin kau melihatku seperti ini," lirih Elle yang sekarang berjalan keluar menuju sofa ruang tengah, gadis itu sempat menolak ketika Gio ingin memapahnya.Penampilannya sangat berantakan! Bahkan dia yakin jika make up-nya sudah berantakan, rambutnya yang terurai setengah basah karena terciprat air di wastafel, dan keringat dingin yang tak hentinya mengalir memperburuk semuanya."Bagiku kau cantik dalam keadaan seperti apapun, perlu aku panggil seorang dokter untuk memeriksa kondisimu?"
"Nona ingin pergi?" tanya seorang penjaga mendekat pada Serra yang pagi itu sudah keluar dari teras depan dengan pakaian formal, lengkap dengan tas kerjanya. Pagi ini Serra memutuskan untuk kembali ke perusahaan karena sampai sekarang ia masih menjadi pegawai di Jayde's. Dia memang kurang begitu tahu apakah posisinya masih sama atau tidak, tapi setidaknya dia pergi ke perusahaan untuk memperoleh konfirmasi.Bisa saja ia bertanya pada Bryan, tapi rasanya tidak enak jika bertanya masalah sekecil ini pada orang kedua di Jayde's itu. Dan tak mungkin ia bertanya pada Reynard, pria itu masih marah padanya."Aku ingin pergi ke Jayde's, tolong jaga Naina dirumah. Hari ini akan datang beberapa teman sekolah yang ingin mengunjunginya." "Baik Nona, tapi kami tak bisa membiarkan anda menyetir sendiri. Sesuai dengan perintah Tuan Erick, apapun alasannya kami harus selalu menjaga anda dan Nona Naina," ujar sang penjaga, selama Erick di ada di Paris keselamatan dua putri keluarga Wilson sepenuhnya
Selesai mengemasi barangnya Serra segera berjalan menuju lift, ada satu tetes air mata yang tiba tiba membasahi pipinya. Sebenarnya tak masalah jika ia dikeluarkan dari perusahaan, karena dirinya memang sudah lama sekali tidak datang ke perusahaan. Tapi rasanya sakit ketika ingat Reynard mengusirnya dari perusahaan dengan cara seperti tadi.Ternyata selama ini dia salah, dia mengira jika Reynard akan mengerti tentang dirinya. Jika dirinya hanya butuh waktu lebih banyak untuk menata hatinya sebelum ia benar benar menerima pria itu sebagai suaminya. Tapi jangankan mengerti, pria itu malah tak peduli padanya lagi Tapi Serra berusaha berpikir positif, mungkin dengan resign dari perusahaan ia bisa menghindari kecanggungan dari Reynard. Rasanya tak nyaman ketika bertemu tapi tidak saling menyapa. Mungkin untuk sementara ia akan bekerja ditoko roti milik ibunya, karena kedepannya pasti Jane akan lebih sering ikut Erick untuk perjalanan bisnis. Dan untuk mencari pekerjaan di perusahaan lai
"Nyonya Muda sudah pergi, apakah perlu saya cari penggantinya sekarang?" tanya Bryan pada Reynard yang masih fokus pada pekerjaannya.Sengaja dia bertanya untuk memastikan jika Reynard sudah benar benar tidak peduli pada Serra dan calon buah hati mereka. Ada rasa iba ketika melihat Serra yang dengan tegar pergi keluar kantor. Wanita itu sama sekali tak menangis walau mendapat perlakukan yang menurutnya sedikit tidak pantas.Reynard memecatnya tanpa ada putusan resmi dan tertulis dari perusahaan. Hanya dengan sebuah sanggahan pria itu seperti mengusirnya dengan tidak terhormat."Kau masih bisa menghandle semua bukan? Untuk sementara tugas sekretaris aku limpahkan padamu belum aku bisa menemukan siapa yang pantas untuk posisi itu!" jawab Reynard tanpa melihat ke arah pria di depannya."Baik, jika begitu saya kembali ke ruangan saya."Sebelum keluar kantor Bryan berhenti dan membalikkan badan, ada sesuatu yang ingin ia sampaikan lagi."Dan saya hanya ingin mengingatkan jika besok kita ad
"Loh kok masih di rumah?" tanya Naina uang pagi ini melihat kakaknya masih mengenakan piyama tidurnya sedang memasak di dapur. "Memang kenapa kalau kakak dirumah?" tanya Serra mengulum senyum karena tahu benar apa yang akan dikatakan adiknya selanjutnya."Ckk kenapa kakak sama persis seperti ibu? Selalu menjawab pertanyaan dengan pertanyaan!" gerutu Naina mencomot irisan buah di atas meja."Nai...kebiasaan, cuci tangan dulu sebelum ambil makanan!"Dan Naina menuruti kata kata kakaknya, setelah mencuci tangan ia membantu Serra memasak. Gadis itu terus memperhatikan wajah kakaknya hingga Serra mengerutkan dahinya."Ada apa dengan wajahku? Kenapa kau melihatku begitu?""Seperti ada yang kakak sembunyikan, aku tidak tahu apa itu. Tapi aku sudah besar jadi kau bisa membicarakan apapun padaku!"Serra tertawa mendengarnya, sepertinya baru kemarin dia melihat Naina menangis karena menginginkan permen kapas. Ya segala macam permen adalah makanan yang tidak boleh Naina makan karena waktu kecil
"Kau punya hutang banyak sekali penjelasan padaku! Ken bilang kau sedang hamil, apa itu benar?"Setelah selesai makan siang Serra mengantarkan Deela kembali ke perusahaan. Makan siang dengan durasi cukup singkat itu menyisakan banyak pertanyaan dari sahabatnya. Bahkan wanita berpipi chubby itu sedikit terkejut ketika tadi dua penjaga sudah menunggu mereka di mobil."Benar, aku sedang hamil," jawab Serra singkat karena yakin akan ada pertanyaan lainnnya."Kau sudah menikah?""Nyaris!""Oh God jadi kau hamil tanpa ada suami? Apa kau gila? Apa keluargamu tahu tentang hal ini?" tanya Deela dengan raut tak percaya karena selama berteman dengannya Serra bukanlah wanita yang mudah tertarik pada seorang pria."Siapa ayah dari bayimu? Kenapa dia tak mau bertanggung jawab? Kau bisa andalkan aku, kita akan lapor pada polisi...atau lapor ke organisasi pembela perempuan! Kita akan viralkan ini! Kita buat ayah bayi itu bertanggung jawab!" ujar Deela berapi api, dia yakin Serra adalah korban janji p