Alexa menarik tangannya perlahan. Dia menatap manik mata pria itu serius.
“Jangan menunggu, itu adalah sesuatu hal yang membosankan.” Mengalihkan pandangan ke arah lain.“Sampai kau menjawabnya, Alexa.”“Aku tidak bisa,” kata Alexa diiringi helaan napas panjang.Mengapa harus aku? Di luar sana banyak wanita yang bersedia menerimamu, tapi itu bukan aku, Luke, batin Alexa.“Apa kurangnya aku?” tanya Lucas dengan mimik wajah serius.“Tidak ada yang kurang darimu. Hanya saja, aku benar-benar tidak berniat dan tidak ingin terjebak dalam sebuah hubungan.”Deg!Apa maksud ucapan itu, Lucas bertanya-tanya dalam hati dengan tubuh yang menegang karena terkejut.“Kenapa?”Alexa hanya menggeleng tanpa mau menjawab.“Kau pernah patah hati. Itu yang menjadi alasanmu, kan?” Pria itu sepertinya tak menyerah.“Bisa jadi,” sahut Alexa sambil terkekeh pelan. Sama sekali tak menanggapi ucapan priAlexa memasuki restoran dengan malas. Dia sama sekali tak bersemangat, tubuhnya lunglai dengan lingkar mata yang terlihat mengerikan. Wanita itu terjaga sepanjang malam ketika membayangkan apa yang telah dilakukan.Itu gila dan di luar kesadaran. Demi Tuhan dia benar-benar merasa dirinya sudah tak waras.“Hi, Alexa. Ada apa denganmu?” sapa Luca dengan menyentuh bahunya pelan.“Aku mengantuk.” Alexa menelungkup tangan di atas meja dan membenamkan kepalanya di sana dengan kepala terpejam.“Kau begadang?”“Alexa sedang terpapar virus cinta,” sahut Emily yang baru saja datang.“Wah, apa aku ketinggalan berita. Kau sudah memiliki kekasih, Alexa?”“Jangan dengarkan Emily. Dia memang pengacau,” kata Alexa dengan serak.“Sudah dibilang suruh terima. Dia terlihat seperti pria baik, juga jutawan dari negara antah berantah.”“Aku senang jika kau memang menemukan pria baik yang akhirnya mampu mencairkan gunung es.”
Alexa merasakan sesak. Tubuhnya seperti terhimpit sesuatu, tetapi begitu nyaman. Namun seketika dia tersadar, bahwa ada yang aneh, ada sesuatu yang memeluk tubuhnya.Perlahan dia membuka mata dan pemandangan yang dilihat pertama kali adalah paras tampan seorang pria. Alexa terdiam, mengagumi ciptaan Tuhan yang ada di depan mata.Tangannya terulur, menyentuh wajah yang terlihat nyata tersebut. Mengusapnya pelan hingga terdengar suara erangan lirih dan manik mata hitam itu menatapnya dengan seulas senyum tipis di sudut bibirnya.“Buongiorno (Selamat pagi), Alexa.”Deg!Suara itu mengapa terdengar begitu nyata. Alexa menarik tangannya dan mengusap wajahnya kasar. Kemudian memberikan jarak kosong yang membuat pria itu mengernyitkan kening bingung.“Ada apa?” tanya pria itu dengan menyentuh bahu Alexa pelan.“Luke?” tanya Alexa dengan suara serak, masih tak menyangka bahwa yang ada di depannya benar-benar nyata. Bukan halusin
Pada hari kepulangan Lucas dari Venesia. Dia disambut oleh keluarga besar Robinson dengan penuh kerinduan.Pria itu memutuskan pulang kembali ke Inggris bukan tanpa sebab. Dua hari lagi adalah pesta ulang tahun Robert Robinson atau yang kerap disapa tuan tua, pemegang tampuk kepemimpinan hingga saat ini.Robert Robinson saat ini genap berusia 80 tahun, tetapi gaya hidup sehat dan olahraga yang baik membuatnya tampak bugar di usia senja.“Cucu nakalku akhirnya kembali. Sudah puas kah kau bermain-main di luar sana, Luke?” sindir Robert dengan tatapan tajam.Lucas hanya tersenyum datar dan memeluk pria tua itu. “Bagaimana kabarmu, Kakek?” tanyanya basa-basi.“Kau bisa lihat. Aku masih bernapas hingga detik ini!” jawab Robert dingin.“Tentu saja kau tidak akan membuatku pulang hanya untuk menyiapkan pemakamanmu, kan?” Lucas membalas ucapan pria tua itu tak kalah tajam.Walaupun hubungan keduanya terlihat baik-baik saja, yang sebenarnya terjadi adalah Lucas begitu membenci pria tua itu.Se
Waktu berlalu begitu cepat. Hari ini genap dua minggu lamanya dia tidak bertemu dengan Lucas sejak pria itu mengatakan bahwa dia akan kembali ke Inggris.Selama itu pula mereka tidak pernah berkabar. Alexa pikir, Lucas telah melupakannya seperti kebanyakan pria lainnya. Namun, ternyata semua praduga itu salah besar, karena di tempat berbeda, pria itu juga tengah memikirkan sang pujaan hati.Kepergian Lucas membuat hari-hari Alexa terasa kosong, bahkan wanita itu terlihat tak seceria biasanya.Kehadiran pria itu mampu membuat hari-harinya berwarna. Dia menyadari telah tergoda oleh pesona seorang Lucas Alexander. Namun, sekali lagi, Alexa selalu menampik hal itu dan mengingatkan diri akan siapa dirinya.Perbedaan mereka terlalu jauh. Dia tak mau bermimpi terlalu tinggi dan menuai kecewa yang tiada bertepi.“Lihat! Kau selalu saja melamun, Alexa,” ucap Emily mengejutkan.“Kau selalu merusak suasana, Emily. Diamlah!” sahut Alexa dengan kesal.“Luke tidak memberikan kabar?” tanya Emily men
Setelah menghabiskan setengah hari menemani Isabella berjalan-jalan, tentunya ditemani banyak pengawal yang memastikan keselamatan keduanya. Mereka menutup pertemuan dengan makan malam di sebuah restoran berbintang lima.Berbagai cara telah dilakukan oleh Isabella untuk menarik perhatian Lucas, tetapi pria itu sama sekali tak menoleh padanya. Bahkan pria itu menunjukkan keterpaksaan yang nyata.Isabella telah menyukai Lucas sejak lama, bahkan sejak usianya masih remaja. Namun, Lucas sama sekali tak pernah memandangnya.Segala cara telah dilakukan, mulai dari dia yang menjadi wanita cerdas, pintar dan mandiri. Semua itu dilakukan agar bisa sepadan dengan Lucas. Namun, sekali lagi usahanya hanya sia-sia.“Luke,” panggil Isabella lirih.“Katakan apa yang ingin kau katakan, Isa. Tidak perlu ragu,” jawab Lucas yang melihat keraguan di mata tunangannya.“Kenapa kau sama sekali tak pernah melirikku? Kita sudah bertunangan, tapi kau sama sekali tak pernah menganggap hubungan ini serius.”Luca
Malam itu setelah bekerja Alexa memutuskan tak langsung kembali ke apartemen. Wanita itu memilih berjalan-jalan di sekitar dan berakhir di cafe yang pernah didatangi bersama dengan Lucas.Sepertinya Alexa tengah merindukan sosok pria itu.Saat sedang melamun, wanita itu dikejutkan dengan tangan kekar seseorang yang tiba-tiba menutup matanya. Membuat dirinya meronta dan mendesis kesal.“Merindukanku, Mio caro?”Deg! Alexa membeku menyadari suara itu begitu familiar di telinganya. Saat tangan itu tak lagi menutupi matanya, Alexa bisa melihat dengan jelas sosok menjulang tinggi yang berdiri di sampingnya.“Luke,” gumamnya lirih.Senyum tipis yang begitu mempesona tercetak di bibir tipis pria itu. Dia mengedipkan mata menggoda.“Apa kabarmu? Aku sangat merindukanmu, Alexa.” Lucas menarik kursi dan segera duduk di depan wanita pujaan hatinya.“Baik. Bagaimana denganmu? Kupikir kau tidak akan kembali ke sini lagi,” ucap Alexa dengan helaan napas panjang ketika menyadari, bahwa yang ada di
Tanpa menunggu jawaban protes dari Alexa, Lucas segera menarik wanita itu mendekat dan mendaratkan ciuman di bibirnya. Bahkan dia dapat merasakan tubuh wanita itu menegang selama beberapa detik sebelum akhirnya matanya mengerjap penuh keterkejutan.“Apa yang kau lakukan!” sentak Alexa dengan suara mengambang.“Mencium dirimu!” sahut Lucas santai tanpa rasa bersalah.“Gila! Pergi kau dari sini, Luke,” desis Alexa dengan sorot mata penuh kemarahan. Bukan marah pada Lucas, sebenarnya wanita itu justru marah pada dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia justru tenggelam dalam pesonanya.Bukannya khawatir, Lucas justru semakin mendekat dan membelai pipi putih Alexa, sebelum tangannya menarik tengkuk mulus wanita itu dan kembali mendaratkan ciuman. Namun, kali ini ciuman itu terasa lembut dan terkesan luapan perasaan.Awalnya wanita itu menolak, tetapi kelembutan itu membuat Alexa terperangkap dan terbuai. Dia bahkan sampai memejamkan matanya, menikmati sapuan lidah pria itu yang bermain-main di m
‘Jadilah wanitaku seutuhnya.’Kalimat itu terus berulang-ulang dalam ingatannya. Juga tawaran-tawaran yang diberikan oleh Lucas sedikit banyak mengusik hari-harinya.Sebenarnya, jika dipikirkan tawaran pria itu begitu menguntungkan. Alexa hanya perlu jadi wanitanya dan kehidupannya akan terjamin. Namun, sekali lagi ego dan harga dirinya terlalu tinggi untuk menyetujuinya begitu saja.Sudah hampir lima hari Lucas tak datang menemuinya. Pria itu mengirimkan pesan lewat pengawalnya, bahwa dia sedang ada urusan di Savona selama beberapa hari.Ketidakhadiran Lucas juga untuk memberikan Alexa waktu untuk berpikir, walaupun pria itu tak menerima penolakan, tetapi sebagai pria sejati dia ingin jawaban ‘ya’ tanpa paksaan.“Terus saja kau melamun,” kata Emily mengejutkan.“Kau mengganggu saja,” balas Alexa datar dengan raut wajah serius.“Kau terlihat serius sekali. Ada apa denganmu? Kau sedikit aneh beberapa hari ini.”“Tidak ada,” jawab Alexa acuh tak acuh. Lagipula Emily tahu bahwa dia bukan