Share

Tembok Besar

Penulis: IyoniAe
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-09 04:58:57

Udara dingin mengusik tidur Fjola. Meski sudah ada perapian yang menyala, tetap saja gadis itu menggigil. Pada tengah malam, ia terbangun. Ia mengenakan mantel kemudian kembali tidur. Akan tetapi, bayang-bayang kematian selalu menghantuinya.

Fjola gelisah. Kemudian, gadis itu memutuskan untuk bangkit dari ranjangnya yang hangat. Ia berdiri di balik jendela. Tak ada apa-apa di luar sana. Hanya ada kegelapan saja. Namun, jauh di belakang sana, di seberang bukit, tembok besar berdiri megah. Meski sudah malam, dindingnya yang pucat tampak kontras. Saat melihatnya, Fjola merasa takut. Ia tak bisa membayangkan jika tembok itu runtuh.

Seandainya cerita Ishak benar adanya, maka hanya kehancuran yang akan menaungi negeri-negeri di dalam tembok jika sampai tembok itu runtuh.

Memikirkan hal itu membuat Fjola tambah bergidik. Rupanya, buka dingin yang membuatnya menggigil, melainkan membayangkan apa yang terjadi padanya kelaklah yang membuat hatinya menciut.

G
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Farah Diina
Deg degan kalo ketahuan si Barrant bisa kena masalah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jerat Cinta Sang Selir   Dongeng Tragis

    Fjola kembali ke istana dengan mengendap-endap. Meski yakin tak akan ada yang bangun selarut itu, tetap saja dia takut ketahuan. Ia tak tahu hukum di negeri tersebut. Saat membuka pintu demi pintu, melewati lorong demi lorong yang sepi, jantung gadis itu berdetak lebih kencang, apalagi ketika mendengar langkah kaki penjaga yang sedang berpatroli. Meskipun demikian, dia merasa senang.Ketika membuka pintu kamar, ia baru merasa aman. Segera, Fjola mengembuskan napas lega.“Bagus, ya!” suara Ishak terdengar memecah keheningan.Fjola terkesiap. Perlahan, ia menoleh. Ia menatap Ishak berdiri di belakang bayang-bayang sudut kamarnya. Tubuhnya yang tinggi disandarkan ke tembok, kakinya disilangkan. Tangannya bersedekap.“Aku .... Aku ... anu ... aku dari kamar mandi.” Fjola tergagap. Gadis itu mengusap-usap tengkuknya dengan gelisah. Ia menggigit bibir bawahnya.Dalam keremangan, Fjola dapat melihat alis pelay

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-20
  • Jerat Cinta Sang Selir   Upacara Penyambutan

    Fajar telah menyingsing tetapi kabut masih menutupi pemandangan, dingin masih menyelimuti Kota Veggur. Meski begitu, penduduk beramai-ramai keluar dari rumah, berdesak-desakkan di sisi jalan utama. Mereka antusias menyambut para calon selir yang akan menghadiri upacara penyambutan di alun-alun.Seolah tak mau menyia-nyiakan kesempatan, beberapa pembisnis membuka lapaknya lebih pagi. Kedai-kedai yang menjual makanan pun sudah siap melayani lebih awal. Orang-orang berbisik, menunggu, dan bahkan ada yang membuka taruhan. Anak-anak kecil yang ikut menyaksikan terlihat berdiri tak sabar, memakai berlapis-lapis baju tebal, sebagian digendong. Penjual bunga berkeliling menawarkan dagangannya. Meski bukan sebuah perayaan, setiap tahun, pada hari di mana selir akan dipilih merupakan tontotan yang tak boleh mereka lewatkan.Selain wajah calon selir, mereka tertarik melihat ekspresi para putri kerajaan yang akan diarak dengan kereta kuda itu. Sudah berbagai maca

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-21
  • Jerat Cinta Sang Selir   Kecelakaan

    Mata Fjola melebar saat menyadari siapa prajurit di sampingnya itu. “Bagaimana kau bisa—”“Berpakaian seperti ini? Atau berada di sini?” tanya Zargar menyeringai. Kereta itu berjalan cukup lambat hingga Zargar tak kesulitan mengimbanginya.“Kedua-duanya,” sahut Fjola. “Bagaimana juga kau bisa keluar dari penjara?”“Rahasia,” jawab Zeggar sembari meletakkan jepit itu ke telapak tangan Fjola. “Sampai nanti.”“Tidak! Tidak! Aku tidak mau menerimanya,” tolak Fjola.Namun, Zargar sudah menghilang. Fjola mengerjap. Ia memandang jepit itu dengan bingung. Kemudian, suara Ishak mengentaknya. “Benda apa yang kau pegang itu?”“Kau tidak melihatnya?” tanya Fjola bingung.“Memangnya kau pikir aku buta? Tentu saja aku lihat. Itu kan jepit rambut. Dari mana kau dapat?” tanya Ishak yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-22
  • Jerat Cinta Sang Selir   Jerat Raja

    “Elisabet dari Vor!” umum seorang utusan dengan suara lantang.Dengan langkah yang anggun, Elisabet menaiki tangga. Gaunnya yang indah berdesir saat lewat di depan Fjola. Gadis itu melirik singkat padanya. Kemudian, bibirnya melengkung ke atas, dagunya mendongak. Ia menatap Fjola dengan penuh kebencian.“Apa salahku?” tanya Fjola berbisik kepada Ishak yang berdiri di sampingnya. Setelah bejalan kembali ke lapangan alun-alun, ke bawah panggung tempat kusrsi kebesaran sang raja berada, masing-masing orang kembali menempati posisinya semula. Upacara penyambutan yang terinterupsi sejenak tadi dilanjutkan kembali. “Seharusnya dia mengucap terima kasih padaku karena telah menyelamatkannya dari kuda yang akan menggilasnya tadi.”“Kau menggagalkan rencananya,” balas Ishak berbisik. “Itulah kenapa dia membencimu?”Mata Fjola membelalak. Ia berpaling menatap Ishak tak percaya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-23
  • Jerat Cinta Sang Selir   Rahasia Ishak

    Dengan tersenyum, Fjola mengangguk. Ia tak menyangka mendengar tawaran dari Raja Valdimar langsung. “Itu sebuah kehormatan bagiku, Yang Mulia.”Ia lantas membalas uluran tangan sang raja. Ishak tampak gembira. Dalam hati ia berdoa supaya Fjola dapat menjaga mulutnya di kereta nanti.Seorang selir yang tampak paling muda di antara yang lain maju. Ia menyentuh lengan sang raja dengan lembut.“Mohon maaf, Rajaku. Ada masalah dengan kuda Elisabet. Bisakah, dia menumpang kereta Anda juga?”Sang raja menoleh pada selirnya. Ia lalu melihat Elisabet yang menunduk hormat, kemudian kembali memandang sang selir. “Biarkan dia ikut denganmu.”Pancar terkejut mewarnai raut wajah selir itu. Tetapi, dia diam saja. Ia mengangguk, kemudian undur diri.“Mari.” Sang raja menuntun Fjola menuruni tangga. Kemudian, membawanya ke kereta. Kereta itu luas, dengan meja di tengah. Di sana terdapat

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • Jerat Cinta Sang Selir   Adik

    Tak ada yan lebih ditunggu Fjola kecuali kencannya. Beberapa kali, ia menengok keluar aula istana. Ia melihat matahari yang semakin merangkak naik. Batinnya tidak tenang. Ia harus kembali ke istana calon selir sekarang, kalau ingin bertemu Barrant. Mereka sudah berjanji tadi malam untuk menengok ke luar tembok nanti. Tetapi, karena upacara penyambutan ini belum juga usai, ia khawatir tak akan dapat menemui Barrant lagi. Fjola menjadi gelisah.“Kau kenapa?” tanya Ishak yang peka.“Eh? Oh, tidak apa-apa,” jawab Fjola menoleh ke jendela tinggi aula. Para bangsawan sekarang berdiri menggerombol, menyapa dan mengobrol. Musik mengalun lirih. Raja dikelilingi jajarannya terlihat sangat menikmati pesta itu. Elisabet dikelilingi beberapa bangsawan yang menaruh harapan padanya. Ylfa pun demikian. Lilija memilih bergabung dengan Fjola dan Ishak, meski pelayannya berkeras menyuruhnya untuk bergabung dengan Elisabet.“Omong-omo

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-29
  • Jerat Cinta Sang Selir   Pangeran

    “Aku akan membantumu mendapatkan Pangeran, Lilija,” beo Ishak ketika mereka kembali ke istana selir. “Ugh! Waraskah kau?”Fjola memutar bola matanya. “Kenapa?” Ia turun dari kereta. Tangannya sibuk mencincing gaunnya. Ia berkalan memasuki istana calon selir.“Oh, come on! Kau bisa mendapatkan hati sang raja. Hati pangeran tentu mudah bagimu.” Ishak mengekor.“Aku tidak mau menikah dengan orang yang tidak kucintai, Ishak,” ujar Fjola memasuki gerbang. Kereta-kereta lain baru saja memasuki gerbang istana. Di depan pintu, Margaret sudah menyambutnya. Ia berdiri, memakai tongkat, memasang wajah tersenyum.Sekilas, Fjola kaget. Ia tak tahu kapan wanita itu kembali dari pesta tadi. Fjola menyapanya dengan menunduk hormat. “Selamat siang, Margaret. Pesta yang meriah, bukan?”Ishak yang mengikutinya juga menunduk, menyampaikan salam.“Tentu saja

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-30
  • Jerat Cinta Sang Selir   Kisah Pilu

    Angin bertiup kencang di atas tembok besar. Hawanya dingin dan lembap. Kulit Fjola bergidik. Bulu kuduknya meremang. Di langit tampak awan mendung yang bergulung-gulung kelabu. Tak pelak lagi, musim dingin benar-benar datang.Di bawah tembok tempat gadis itu berdiri terdapat pemandangan yang menerikan. Dua tebing batu terjal dengan jurang menganga seolah tanpa dasar tampak mengancam. Fjola membayangkan dirinya jatuh ke sana. Tubuhnya lalu mengigil.“Kau kedinginan?’ Barrant merapatkan tubuhnya ke tubuh Fjola.“Tidak, tidak,” tolaknya menjauhi pemuda itu sebelum roma merah menjalari pipinya. “Aku hanya takut. Mungkin satu minggu lagi aku akan dibuang ke sana.”Kening Barrant berkerut. “Bagaimana bisa?”“Kau tak tahu?” Fjola tampak terkejut.“Tahu apa?”“Selir yang tidak dipilih raja akan dibuang ke sana oleh orangmu.&

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-01

Bab terbaru

  • Jerat Cinta Sang Selir   Buku 1 Tamat

    Malam itu Fjola dan Ylfa tidur sangat nyenyak. Udara dari api yang menyala di dalam gua membuat mereka hangat. Untuk beberapa waktu mereka terhanyut dalam mimpi indah. Mereka tak sadar akan bahaya yang rupanya tengah mengintai mereka. Bahaya itu berasal dari kelompok pemburu yang menemukan kedua rekan mereka mati. Mereka berbicara dengan bahasa yang tak seorang pun dari dalam tembok mengerti. Namun, dilihat dari raut mereka, semua orang pasi tahu bahwa ada kemarahan yang besar dalam diri para pemburu itu. Jumlah mereka hampir setengah lusin. Mereka mengendarai kuda, dengan persenjataan yang lengkap. Busur, pedang, belati, dan lai sebagainya, diikatkan dalam pelana. Memakai mantel sewarna, cokelat kayu, dengan tudung menutupi kepala membuat mereka tampak mengerikan. Salah satu pemburu itu turun dari kuda. Ia membaui sesuatu dari salju, mengikuti jejak yang sudah ditinggalkan selama sehari penuh namun tampak jelas di matanya. Ia menunjuk arah ke mana Fjola dan Ylfa pergi. Ia bahkan tah

  • Jerat Cinta Sang Selir   Tekad

    Kaki mereka lecet ketika melihat sebuah mulut gua yang tertutup semak tak jauh dari jalan mereka. Hari sudah petang. Salju turun tambah banyak, membuat badan mereka kebas. Dada mereka sesak, rasanya seperti udara diperas habis dari paru-paru. Sendi-sendi mereka nyeri. Tubuh Elisabet semakin kaku dan dingin.“Tunggu di sini,” kata Fjola meletakkan tubuh Elisabet ke salju. Rambut pada jasadnya tertumpuk salju. Di punggungnya juga. Matanya terpejam dengan mulut mengatup. Ia bagaikan boneka porselen yang terjatuh ke kubangan.Ylfa tak membantah. Ia meletakkan rusa di dekat kakinya, kemudian berjongkok. Ia menyiagakan panahnya. Tadi, dalam perjalanan, Fjola mengajarinya cara memanah. Meski belum mengerti tentang arah angin dan sebagainya, dia pernah melihat prajurit memanah. Jadi, ia meniru mereka sebisa mungkin, meski hasilnya payah. Namun, tetap saja, ia harus berusaha mulai sekarang. Ia sadar bahwa kehidupan tak sebersahabat kemarin.

  • Jerat Cinta Sang Selir   Serangan

    Panah mereka melesat di udara, bagaikan burung yang menukik mengincar mangsa. Fjola menyadarinya saat terakhir sehingga panah itu luput mengenai kepalanya. Sebagai ganti, beberapa helai rambutnya terpotong. Ia menunduk. Kedua gadis yang bersamanya tertegun. Mulut mereka mendadak kelu. Sendi mereka kaku untuk bergerak. “Lari!” seru Fjola menyadarkan mereka. Ia menarik lengan Elisabet yang terdekat kemudian menyeretnya supaya ikut berlari. Gaun yang panjang membuat mereka kesusahan. Mereka hanya mampu berlari dalam lima langkah sebelum ambruk. Panah melesat lagi sehingga membuat Fjola terpaksa menunduk. Ia menoleh ke belakang dan mendapati satu pemburu berlari ke arah mereka. “Bersembunyi di belakangku!” Sang pemburu mengacungkan busurnya. Ia mengankat satu kepalan tangan ke udara untuk memberi tanda kepada kawannya yang di belakang untuk tidak mendembak lagi. Langkahnya hati-hati ketika mendekati tiga orang gadis yang tengah ketakutan. “Si‘ach tiamo!” katanya dalam bahasa luar tembo

  • Jerat Cinta Sang Selir   Pencurian

    Mata Ylfa dan Elisabet terbelalak ngeri melihat panah yang tiba-tiba menancap di pohon tempat kawannya bersembunyi. Mereka tidak berani bergerak. Bahkan, sekadar menoleh pun tidak bisa. Otot-otot mereka mendadak kaku. Mata mereka melirik. Dari ekor mata, mereka melihat lelaki pemburu itu berjalan ke arah mereka, membawa panah yang diacungkan ke depan.“Apa yang harus kita lakukan?” bisik Elisabet. Jantungnya berdebar lebih kencang. Napasnya tertahan. Jemarinya mengenggam erat. Ia menahan getaran yang menggunjang tubuhnya karena takut.“Tidak tahu. Aku takut,” balas Ylfa jug berbisik.Fjola yang melihat kedua gadis itu ketakutan, memnggali salju secara diam-diam, meraih kerikil yang tertanam di sana. Tangannya kebas karena dingin. Namun, ia harus melakukannya. Ia takut lelaki pemburu itu memergoki mereka. Dari pengalaman ayahnya, para pemburu di luar tembok merumakan makhluk yang tak memiliki ampun. Mereka akan membunuh s

  • Jerat Cinta Sang Selir   Pemburu

    “Ayo, Ylfa!” seru Elisabet mengajak menyeret lengan kawannya. “Aku tidak mau!” kata Ylfa. “Katamu kau ingin melarikan diri?” tanya Elisabet membujuk. “Sudah terlambat! Aku tidak mau mati.” “Kalau kau tetap di sini, kau akan mati. Sekarang, Fjolalah satu-satunya harapan kita. Setidaknya dia membawa senjata.” “Meski kita lari, tetap saja kita akan kedinginan dan kelaparan. Akhirnya kita akan mati juga.” Elisabet menampar Ylfa dengan keras. Dadanya naik turun. Napasnya memburu. Matanya memelotot. “Dasar bodoh!” jeritnya. Ia terisak. “Aku tidak mungkin meninggalkanmu di sini. Aku mohon, ayo kita pergi.” Mata Ylfa nanar menatap Elisabet. Air matanya merebah. Bibirnya gemetar. “Aku takut, Eli. Aku takut.” “Aku juga,” Fjola menghambur ke hadapan Ylfa. “Kita semua takut. Tetapi, jangan menyerah. Kita harus bersama, mencari jalan keluar.” Setelah diam sesaat, Ylfa mengusap air matanya. Ia pun bangkit. Mereka berjalan bersama, menembus hutan mencari tempat perlindungan. Beberapa langkah

  • Jerat Cinta Sang Selir   Wild

    “Apa yang akan kita lakukan?” tanya Elisabet. Ia menengadah, memandang langit yang kelam. Meski belum malam, langit di luar tembok tampak suram dan mengancam. Angin dingin menerbangkan helai-helai rambutnya yang panjang.Ylfa melangkah ke sisa kereta yang patah. Ia membuka pintunya dan masuk ke sana, duduk meringkuk dengan menekuk dua kakinya ke depan. “Aku tak mau ke mana-mana.” Ia menggeleng. Air mata membasahi wajahnya.“Oh, jangan bodoh Ylfa. Kau bisa mati kalau tetap di sini.” Elisabet berjalan ke sisi pintu kereta.“Lebih baik mati kelaparan dari pada menjadi santapan entah makhluk apa yang menghuni hutan ini,” sahutnya. Bibir bawahnya bergetar. “Aku mengikutimu, Elisabet, hanya karena kau bilang jika aku membantumu mendapatkan hati raja aku akan selamat. Aku tidak akan dibuang ke sini. Kau mengenal orang yang mau menyembunyikanku. Tapi, ini apa?”Elisabet memutar bo

  • Jerat Cinta Sang Selir   Tempat Baru

    Mata Fjola mengerjap. Badannya kaku dan sakit. Perutnya mual. Ia tak tahu berapa lama dia pingsan, atau tertidur. Yang ia tahu hanyalah bahwa Lilija mengkhianatinya.Lantai kayu tempatnya tertidur kini berguncang. Guncangannya cukup keras sehingga membuat kepalanya terantuk beberapa kali. Fjola berusaha bangkit. Ia berada di ruangan yang sempit. Tak ada apa-apa di sana selain dirrinya. Samar-samar ia mendengar bunyi derak roda yang menggilas jalan tak rata. Fjola menduga bahwa dia bukan berada di ruangan sempit, melainkan di sebuah kereta yang tengah melaju.Meski begitu, kereta itu tak ubahnya seperti peti. Kosong, tanpa jendela. Ada pintu yang tertutup. Di depan, ada sekat untuk mengintip tempat duduk sang kusir. Sesuatu menabrak sisi kereta hingga tubuh Fjola miring sesaat, tetapi kemudian kembali tegak lagi. Dari guncangan yang dirasakannya, ia tahu kecepatan kereta itu cukup tinggi.Dengan sendi yang ngilu, Fjola berusaha bangkit, duduk de

  • Jerat Cinta Sang Selir   Tak Terduga

    Rupanya, itu adalah tabib yang merawat Fjola. Tabib itu sudah tua. Matanya cemerlang di antara keriput yang mengelilingi kelopak, menandakan pengetahuannya yang tidak main-main dalam bidangnya. Rambutnya yang putih disanggul kecil ke belakang. Bibirnya berkerut ketika menumbuk ramuan berwarna kuning di lesung kecil di atas meja. Dengan tangan keriput dia meracik sebuah ramuan. Gerakannya begitu luwes ketika mengganti kain pembebat lengan pasiennya yang terluka. Darah Fjola sudah berhenti keluar. Lukanya pun sudah membaik. Tidak ada peradangan, maupun bengkak. Bahkan kulitnya pun sudah menutup.“Apa ada orang lain yang mengikutimu ke sini?” tanya Lilija khawatir.“Tenang saja, Nona. Saya tahu harus berbuat apa,” jawab tabib itu tanpa menoleh ke arah Lilija.“Apa kau dari istana?” Melihat cara tabib itu mengobatinya membuat Fjola penasaran.“Dulu, sayalah yang merawat Ratu,” jawabnya si

  • Jerat Cinta Sang Selir   Pertolongan

    Dengan menarik gaunnya hingga ke lutut, Lilija berlari. Di belakangnya ada Fjola yang mengikuti. “Cepat, cepat!” serunya berbelok dari gang. Ia menuntun Fjola ke jalan. Orang-orang masih ramai memadati alun-alun. Ia menyibak kerumunan. Ia menoleh ke belakang sebentar, memastikan bahwa Fjola masih mengikutinya.“Ke kereta yang itu!” serunya sembari menunjuk kereta di ujung jalan. “Masuklah ke sana dan tunggu aku. Aku akan menghalangi para prajurit itu.”Fjola bergegas ke arah kereta yang ditunjuk oleh Lilija sementara gadis itu memungut kayu dan bersembunyi di tikungan Dia menunggu kedua prajurit yang mengejar mereka lewat. Pada saat yang tepat, ia berhasil mengayunkan kayu itu tepat di kepala mereka hingga terjengkang. Bergegas, ia berlari menyusul Fjola.Prajurit lain yang melihat tahu arah yang dituju buronannya adalah kereta. Mereka bergegas melaju ke sana. Sementara itu sang kusir bersiap melecutkan kekang untu

DMCA.com Protection Status