Share

Peraturan

Penulis: IyoniAe
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-05 10:40:05

Ayam belum juga menyuarakan kokoknya, tetapi tubuh Fjola sudah diguncang.

“Bangun, gadis pemalas!” Ishak melembarkan gaun berlengan panjang dengan bulu-bulu lembut yang mengelilingi kerahnya. “Udara semakin dingin. Briet memberiku gaun ini untuk dipakaikan kepadamu. Tetapi terlalu panjang. Jadi, aku mencoba menyesuaikannya dengan tubuhmu. Sekarang, cepat pakai itu. Sebentar lagi Margaret akan menyeretmu.”

 Fjola mengerjap. Ia mendengar pintu kamarnya tertutup dan sekilas melihat punggung Ishak keuar. Ia tidur lagi. Namun, tak bisa. Nama Margaret sekarang menjadi semacam mimpi buruk bagi gadis itu.

Dengan perlahan, Fjola bangkit. Rambutnya masih acak-acakan. Selimutnya masih menutupi setengah badan dan di bawahnya tampak gaun krem berleher seperti bulu serigala yang panjang dan lembut. Fjola mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Ia tak yakin dirinya tak bisa menahan bersin jika memakai itu.

Sepuluh menit kemudian
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jerat Cinta Sang Selir   Kenekatan Fjola

    Perasaan Fjola begitu gelisah. Ia ragu apakah Barrant akan datang malam itu. Ditambah dengan sahabatnya, Lilija, yang dirundung duka membuat Fjola tak semangat. Setelah makan siang tadi, dia pergi ke kamar Lilija untuk sekadar menghiburnya. Karena suasana hatinya yang syok, gadis itu tidak ikut makan siang. Ia bahkan menolak saat sang pelayan menyuapinya. Pelayannya yang bernama Helga itu berubah menjadi lembut.“Buat apa aku makan? Toh, aku akan mati juga,” tolak Lilija. Matanya menerawang memandang derak perapian. Dia duduk di kursi. Lengannya memeluk lutut.“Kau harus makan, Tuan Putri. Kau akan hidup jika mendapatkan hati raja,” kata Helga merayu. Ia menyodorkan sendok yang berisi makanan ke mulut sang putri yang bungkam.“Aku tidak nafsu makan. Taruhlah di sana. Nanti akan kumakan.” Dengan dagu, Lilija menunjuk meja di samping lemari. “Keluarlah. Aku ingin sendiri.”Helga menghel

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-06
  • Jerat Cinta Sang Selir   Pesan

    Fjola menjerit saat tangan kurang ajar seorang serdadu meraba pahanya. Namun, tak ada siapa pun yang peduli. Mereka yang lewat hanya menoleh singkat, seolah pemandangan itu merupakan hal yang biasa terjadi di sana. Beberapa malah mendengkus.Gadis itu menangis karena marah. Ia lantas menusuk mata sang serdadu yang tengah mabuk itu dengan kedua jarinya. Si prajurit mengaduh. Spontan, ia melepaskan pelukannya. Tangannya mengucek mata.Tak menyia-nyiakan kesempatan, Fjola berlari. Ia menuju pintu belakang istana. Ia berniat masuk ke celah. Namun sayangnya, sebelum sampai, si prajurit berhasil menyambar tangan gadis itu.Dengan wajah merah karena murka, dia mencengkeram kedua tangan Fjola, meguncinya ke atas dengan satu tangan sedangkan tangannya yang lain mulai menyobek bagian atas gaun gadis itu.“Jangan,” Fjola meronta. Tetapi, tenaga prajurit itu begitu kuat. Ia kesulitan. Apalagi saat tungkai si prajurit mulai mendesak di antara k

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-07
  • Jerat Cinta Sang Selir   Rencana Terselubung

    “Dear Fjola yang Cantik,” Ishak membacakan surat Barrant kepada gadis itu. Sudut bibirnya tersungging ketika membaca itu. “Saat membaca suratmu, aku berharap kau tidak dalam keadaan genting sehingga menghendaki bertemu denganku secepat mungkin. Sebab dengan amat menyesal, Tuan Putri, aku tidak bisa menemuimu malam ini, begitupun malam selanjutnya dan selanjutnya lagi.“Akan tetapi, aku berjanji akan menemuimu pada malam di mana bulan membulat penuh, itu pun kalau tidak tertutup oleh awan. Aku tak dapat bertemu denganmu semata-mata bukan kehendakku, Tuan Putri, melainkan keadaanlah yang membuatku tidak dapat berlari menuju ke tempat dirimu berada. Percayalah, tak ada yang lebih kuinginkan selain melakukan hal itu. Kuharap, kau mau memaafkanku dan menemuiku di tempat biasa nanti karena aku merindukanmu.Nb: Tak usah kaubalas suratku, Aguste pasti tidak akan sabar menunggu balasan darimu. Oh, kalau aku punya sihir, aku ingin mengubahnya m

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-14
  • Jerat Cinta Sang Selir   Malam Purnama

    Setiap malam, Fjola mencari bulan. Setelah makan malam, saat jadwalnya selesai, dia akan berdiri di jendela, mengintip awan kelabu yang menaungi langit. “Apa ini sudah bulan purnama?” tanyanya kepada Ishak.“Belum, Fjola, sekarang ayo, kita belajar membaca.” Lelaki berpakaian germerlap itu menarik lengan Fjola ke perpustakaan.“Oh, sekarang kau ingin menyiksaku lagi? Kita sudah sepagian belajar menulis, sekarang malam pun kau tuntut aku membaca? Otakku bisa meledak, Ishak.”“Kalau meledak, akan kujahit biar menempel lagi.” Lelaki itu memaksa Fjola masuk ke perpustakaan.“Selamat malam,” sapa Mr. Underwood mengintip dati balik kacamatnya. “Kau ingin membaca adab dan hukum?”“Tidak,” sahut Ishak segera. “Apakah Anda punya buku yang ... em, mudah dibaca? Mungkin dongeng atau semacamnya?”“Oh, tentu saja. Ada

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-16
  • Jerat Cinta Sang Selir   25. Restu

    Piring-piring sudah diambil para pelayan, sebagai gantinya ada satu cangkir kopi di meja. Fjola tidak suka kopi. Rasanya yang pahit mengganggu lidahnya. Meski sudah ditambah tiga kotak gula pun tetap saja pahit. Ia merasa sudah menjalani hidup yang pahit selama ini. Dia tidak menginginkan kepahitan dalam cita rasanya lagi. Gadis itu muak.“Nanti malam sepertinya akan ada hujan salju lagi. Udara begitu dingin di sini,” cetus Elisabet merapatkan jubah pink lembutnya. Jubah itu tanpa tudung, dengan kerah yang diberi manset. Dia tampak luar biasa cantik.“Ini baru awal musim dingin, Tuan Putri. Beberapa minggu lagi bisa saja ada badai salju,” terang Margaret. Ia meneguk kopinya dengan nikmat.“Uh, aku tak bisa membayangkan jika badai datang nanti dan kita berkeliaran di luar sana.” Ylfa bergidik. Ia menyeruput kopinya selagi masih panas. “Bisakah aku meminta coklat saja?”Margaret terseny

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-17
  • Jerat Cinta Sang Selir   Rahasia Barrant

    Sepertinya, doa Fjola terkabul. Hujan salju reda tepat ketika ia sampai ke balik pintu belakang istana calon selir. Meski begitu, ia masih merasa kedinginan.Padahal ia sudah memakai gaun dengan lengan panjang, ditambah mantel dan syal dari wol. Ia juga memaki sarung tangan tebal.Fjola mengetuk pintu tiga kali. Jantungnya berdegup lebih keras. Ia menangkupkan tangannya, berdoa supaya pintu itu membalas ketukannya. Namun, setelah menunggu beberapa detik, pintu itu bergeming.Gadis itu mendongak. Awan hitam mengerumun di atas. Embusan napasnya beruap. Hidung dan pipinya memerah karena dingin. Ia mengetuk lagi pintu itu. Tak lama kemudian, sang pintu menjawab. Fjola girang bukan kepalang. “Barrant! Kau kah di situ?”“Tentu saja, Nona Cantik. Sekarang, bukalah pintu ini kalau kau tidak mau aku mati membeku,” sahut Barrant dari luar.Fjola segera menarik slot dan membuka pintu. Tampak di sana pemuda itu b

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-19
  • Jerat Cinta Sang Selir   Permintaan Fjola

    Zargar berjalan dengan tergesa. Dingin membuat tubuhnya menggigil. Salju yang turun menghiasi rambutnya yang kini semakin panjang awut-awutan. Perjalanan yang akan ditempuhnya masih panjang. Kakinya sudah lelah, rasanya nyut-nyutan. Akan sangat bersyukur apabila ada tumpangan yang tak disangka-sangka.Pucuk dirindu, ulam pun tiba. Bagai keajaiban, ada kereta yang lewat. Ia segera keluar dari semak, mencegatnya. Seorang yang tak asing tampak menjadi kusirnya. Ia mengernyit heran, tetapi diam saja. Ia hanya butuh tumpangan, bukan konfrontasi.“Ada apa?” Seorang pemuda melongokkan kepalanya dari jendela. Kemudian, seorang gadis juga melongokkan kepalanya keluar jendela.Zargar terbelalak sesaat ketika memandangnya, begitupun dengan gadis itu. Melihat kesempatan, ia berseru senang. “Fjola!” tangannya terentang. Ia melangkah menghampiri kereta.Gadis yang namanya diserukan itu mengumpat. Ia menarik kepalanya ke dalam ker

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-20
  • Jerat Cinta Sang Selir   Kabar Gembira

    “Fjola,” panggil Barrant ketika mereka kembali ke pintu belakang istana. “Ada yang ingin kukatakan. Kuharap kau tidak marah.”Fjola yang setengah badannya sudah melewati pintu kembali keluar. Matanya mengernyit ketika memandang ekspresi aneh Barrant. “Ada apa?”“Begini ... aku ... kita ....” Tiba-tiba Barrant menjadi salah tingkah. Beberapa kali ia mengusap dagunya.“Ada apa, Barrant?”Pemuda itu mengirup napas dalam-dalam. Ia mengembuskannya kuat-kuat, sembari menyusun keteguhan hatinya. “Sebaiknya kita tidak usah ketemu lagi.”“Apa?” Fjola terkejut. “Kenapa?”Buru-buru, Barrant menjelaskan, “Aku tidak bisa terus sembunyi-sembunyi begini. Aku ... aku ....”“Apa maksudmu, Barrant? Kenapa tiba-tiba begini? Bukankah tadi kau bilang kalau kau mencintaiku?” Pandangan Fjola bergan

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-22

Bab terbaru

  • Jerat Cinta Sang Selir   Buku 1 Tamat

    Malam itu Fjola dan Ylfa tidur sangat nyenyak. Udara dari api yang menyala di dalam gua membuat mereka hangat. Untuk beberapa waktu mereka terhanyut dalam mimpi indah. Mereka tak sadar akan bahaya yang rupanya tengah mengintai mereka. Bahaya itu berasal dari kelompok pemburu yang menemukan kedua rekan mereka mati. Mereka berbicara dengan bahasa yang tak seorang pun dari dalam tembok mengerti. Namun, dilihat dari raut mereka, semua orang pasi tahu bahwa ada kemarahan yang besar dalam diri para pemburu itu. Jumlah mereka hampir setengah lusin. Mereka mengendarai kuda, dengan persenjataan yang lengkap. Busur, pedang, belati, dan lai sebagainya, diikatkan dalam pelana. Memakai mantel sewarna, cokelat kayu, dengan tudung menutupi kepala membuat mereka tampak mengerikan. Salah satu pemburu itu turun dari kuda. Ia membaui sesuatu dari salju, mengikuti jejak yang sudah ditinggalkan selama sehari penuh namun tampak jelas di matanya. Ia menunjuk arah ke mana Fjola dan Ylfa pergi. Ia bahkan tah

  • Jerat Cinta Sang Selir   Tekad

    Kaki mereka lecet ketika melihat sebuah mulut gua yang tertutup semak tak jauh dari jalan mereka. Hari sudah petang. Salju turun tambah banyak, membuat badan mereka kebas. Dada mereka sesak, rasanya seperti udara diperas habis dari paru-paru. Sendi-sendi mereka nyeri. Tubuh Elisabet semakin kaku dan dingin.“Tunggu di sini,” kata Fjola meletakkan tubuh Elisabet ke salju. Rambut pada jasadnya tertumpuk salju. Di punggungnya juga. Matanya terpejam dengan mulut mengatup. Ia bagaikan boneka porselen yang terjatuh ke kubangan.Ylfa tak membantah. Ia meletakkan rusa di dekat kakinya, kemudian berjongkok. Ia menyiagakan panahnya. Tadi, dalam perjalanan, Fjola mengajarinya cara memanah. Meski belum mengerti tentang arah angin dan sebagainya, dia pernah melihat prajurit memanah. Jadi, ia meniru mereka sebisa mungkin, meski hasilnya payah. Namun, tetap saja, ia harus berusaha mulai sekarang. Ia sadar bahwa kehidupan tak sebersahabat kemarin.

  • Jerat Cinta Sang Selir   Serangan

    Panah mereka melesat di udara, bagaikan burung yang menukik mengincar mangsa. Fjola menyadarinya saat terakhir sehingga panah itu luput mengenai kepalanya. Sebagai ganti, beberapa helai rambutnya terpotong. Ia menunduk. Kedua gadis yang bersamanya tertegun. Mulut mereka mendadak kelu. Sendi mereka kaku untuk bergerak. “Lari!” seru Fjola menyadarkan mereka. Ia menarik lengan Elisabet yang terdekat kemudian menyeretnya supaya ikut berlari. Gaun yang panjang membuat mereka kesusahan. Mereka hanya mampu berlari dalam lima langkah sebelum ambruk. Panah melesat lagi sehingga membuat Fjola terpaksa menunduk. Ia menoleh ke belakang dan mendapati satu pemburu berlari ke arah mereka. “Bersembunyi di belakangku!” Sang pemburu mengacungkan busurnya. Ia mengankat satu kepalan tangan ke udara untuk memberi tanda kepada kawannya yang di belakang untuk tidak mendembak lagi. Langkahnya hati-hati ketika mendekati tiga orang gadis yang tengah ketakutan. “Si‘ach tiamo!” katanya dalam bahasa luar tembo

  • Jerat Cinta Sang Selir   Pencurian

    Mata Ylfa dan Elisabet terbelalak ngeri melihat panah yang tiba-tiba menancap di pohon tempat kawannya bersembunyi. Mereka tidak berani bergerak. Bahkan, sekadar menoleh pun tidak bisa. Otot-otot mereka mendadak kaku. Mata mereka melirik. Dari ekor mata, mereka melihat lelaki pemburu itu berjalan ke arah mereka, membawa panah yang diacungkan ke depan.“Apa yang harus kita lakukan?” bisik Elisabet. Jantungnya berdebar lebih kencang. Napasnya tertahan. Jemarinya mengenggam erat. Ia menahan getaran yang menggunjang tubuhnya karena takut.“Tidak tahu. Aku takut,” balas Ylfa jug berbisik.Fjola yang melihat kedua gadis itu ketakutan, memnggali salju secara diam-diam, meraih kerikil yang tertanam di sana. Tangannya kebas karena dingin. Namun, ia harus melakukannya. Ia takut lelaki pemburu itu memergoki mereka. Dari pengalaman ayahnya, para pemburu di luar tembok merumakan makhluk yang tak memiliki ampun. Mereka akan membunuh s

  • Jerat Cinta Sang Selir   Pemburu

    “Ayo, Ylfa!” seru Elisabet mengajak menyeret lengan kawannya. “Aku tidak mau!” kata Ylfa. “Katamu kau ingin melarikan diri?” tanya Elisabet membujuk. “Sudah terlambat! Aku tidak mau mati.” “Kalau kau tetap di sini, kau akan mati. Sekarang, Fjolalah satu-satunya harapan kita. Setidaknya dia membawa senjata.” “Meski kita lari, tetap saja kita akan kedinginan dan kelaparan. Akhirnya kita akan mati juga.” Elisabet menampar Ylfa dengan keras. Dadanya naik turun. Napasnya memburu. Matanya memelotot. “Dasar bodoh!” jeritnya. Ia terisak. “Aku tidak mungkin meninggalkanmu di sini. Aku mohon, ayo kita pergi.” Mata Ylfa nanar menatap Elisabet. Air matanya merebah. Bibirnya gemetar. “Aku takut, Eli. Aku takut.” “Aku juga,” Fjola menghambur ke hadapan Ylfa. “Kita semua takut. Tetapi, jangan menyerah. Kita harus bersama, mencari jalan keluar.” Setelah diam sesaat, Ylfa mengusap air matanya. Ia pun bangkit. Mereka berjalan bersama, menembus hutan mencari tempat perlindungan. Beberapa langkah

  • Jerat Cinta Sang Selir   Wild

    “Apa yang akan kita lakukan?” tanya Elisabet. Ia menengadah, memandang langit yang kelam. Meski belum malam, langit di luar tembok tampak suram dan mengancam. Angin dingin menerbangkan helai-helai rambutnya yang panjang.Ylfa melangkah ke sisa kereta yang patah. Ia membuka pintunya dan masuk ke sana, duduk meringkuk dengan menekuk dua kakinya ke depan. “Aku tak mau ke mana-mana.” Ia menggeleng. Air mata membasahi wajahnya.“Oh, jangan bodoh Ylfa. Kau bisa mati kalau tetap di sini.” Elisabet berjalan ke sisi pintu kereta.“Lebih baik mati kelaparan dari pada menjadi santapan entah makhluk apa yang menghuni hutan ini,” sahutnya. Bibir bawahnya bergetar. “Aku mengikutimu, Elisabet, hanya karena kau bilang jika aku membantumu mendapatkan hati raja aku akan selamat. Aku tidak akan dibuang ke sini. Kau mengenal orang yang mau menyembunyikanku. Tapi, ini apa?”Elisabet memutar bo

  • Jerat Cinta Sang Selir   Tempat Baru

    Mata Fjola mengerjap. Badannya kaku dan sakit. Perutnya mual. Ia tak tahu berapa lama dia pingsan, atau tertidur. Yang ia tahu hanyalah bahwa Lilija mengkhianatinya.Lantai kayu tempatnya tertidur kini berguncang. Guncangannya cukup keras sehingga membuat kepalanya terantuk beberapa kali. Fjola berusaha bangkit. Ia berada di ruangan yang sempit. Tak ada apa-apa di sana selain dirrinya. Samar-samar ia mendengar bunyi derak roda yang menggilas jalan tak rata. Fjola menduga bahwa dia bukan berada di ruangan sempit, melainkan di sebuah kereta yang tengah melaju.Meski begitu, kereta itu tak ubahnya seperti peti. Kosong, tanpa jendela. Ada pintu yang tertutup. Di depan, ada sekat untuk mengintip tempat duduk sang kusir. Sesuatu menabrak sisi kereta hingga tubuh Fjola miring sesaat, tetapi kemudian kembali tegak lagi. Dari guncangan yang dirasakannya, ia tahu kecepatan kereta itu cukup tinggi.Dengan sendi yang ngilu, Fjola berusaha bangkit, duduk de

  • Jerat Cinta Sang Selir   Tak Terduga

    Rupanya, itu adalah tabib yang merawat Fjola. Tabib itu sudah tua. Matanya cemerlang di antara keriput yang mengelilingi kelopak, menandakan pengetahuannya yang tidak main-main dalam bidangnya. Rambutnya yang putih disanggul kecil ke belakang. Bibirnya berkerut ketika menumbuk ramuan berwarna kuning di lesung kecil di atas meja. Dengan tangan keriput dia meracik sebuah ramuan. Gerakannya begitu luwes ketika mengganti kain pembebat lengan pasiennya yang terluka. Darah Fjola sudah berhenti keluar. Lukanya pun sudah membaik. Tidak ada peradangan, maupun bengkak. Bahkan kulitnya pun sudah menutup.“Apa ada orang lain yang mengikutimu ke sini?” tanya Lilija khawatir.“Tenang saja, Nona. Saya tahu harus berbuat apa,” jawab tabib itu tanpa menoleh ke arah Lilija.“Apa kau dari istana?” Melihat cara tabib itu mengobatinya membuat Fjola penasaran.“Dulu, sayalah yang merawat Ratu,” jawabnya si

  • Jerat Cinta Sang Selir   Pertolongan

    Dengan menarik gaunnya hingga ke lutut, Lilija berlari. Di belakangnya ada Fjola yang mengikuti. “Cepat, cepat!” serunya berbelok dari gang. Ia menuntun Fjola ke jalan. Orang-orang masih ramai memadati alun-alun. Ia menyibak kerumunan. Ia menoleh ke belakang sebentar, memastikan bahwa Fjola masih mengikutinya.“Ke kereta yang itu!” serunya sembari menunjuk kereta di ujung jalan. “Masuklah ke sana dan tunggu aku. Aku akan menghalangi para prajurit itu.”Fjola bergegas ke arah kereta yang ditunjuk oleh Lilija sementara gadis itu memungut kayu dan bersembunyi di tikungan Dia menunggu kedua prajurit yang mengejar mereka lewat. Pada saat yang tepat, ia berhasil mengayunkan kayu itu tepat di kepala mereka hingga terjengkang. Bergegas, ia berlari menyusul Fjola.Prajurit lain yang melihat tahu arah yang dituju buronannya adalah kereta. Mereka bergegas melaju ke sana. Sementara itu sang kusir bersiap melecutkan kekang untu

DMCA.com Protection Status