Hari sudah malam ketika Fjola dan Aguste sampai ke kota terdekat. Kaki mereka pegal menempuh perjalan yang dilakukan dengan kaki. Salju yang turun menghalangi langkah mereka. Meski sudah memakai berlapis-lapis kain, tetap saja mereka masih kedinginan. Bahkan, syal yang diikatkan ke leher mereka hingga mencapai bawah mata tak mampu menahan dingin. Tangan Fjola sampai mati rasa.
Setelah keluar dari Hutan Hidup dan mengisi perut dengan roti basi dan anggur, mereka berjalan ke pondok satunya milik Margaret. Mereka mencuri pakaian dan mantel, dan syal, dan apa pun yang dapat menahan hawa dingin. Mereka berjalan ke luar pondok, mencari desa terdekat. Meski mebawa uang, Aguste merasa percuma. Sebab, tak ada orang lain yang menjual apa pun ditemuinya.
Sekian lama mereka berjalan hingga tungkai rasanya seperti terbakar, akhirnya mereka menemukan sebuah bar dengan penginapan di atasnya. Dengan langkah gontai, mereka membuka pintu bar. Suara gemericing dari lonceng yaPicingan mata yang diterimanya dari pengawal kamar membuat jantung Aguste berdegup lebih kencang. Tangannya turun perlahan, meraih senjata yang tersimpan. Ia bersiap menyerang pengawal itu kalau memang terpaksa. Namun, sebelum itu terjadi, tangan Pangeran menyentuh lengannya, mencegah niatnya.“Dia dari Negeri Vor. Mungkin kau pernah bertemu dengannya dulu,” dusta sang Pangeran kepada pengawal itu.Sang pengawal menunduk. Ia lantas undur diri. “Maaf, Pangeran.”Setelah menyaksikan pengawal itu turun, Barrant dan Aguste segera ke kamar. Aguste yang sudah tidak sabar menuntut penjelasan pun bertanya ketika pintu berayun menutup. “Apa yang terjadi? Kenapa mereka memburuku dan Putri Fjola?”Barrant mondar mandis gelisah di depan perapian yang tidak menyala. “Margaret,” jawabnya. “Semua gara-gara ulahnya.”“Tolong jelaskan,” pinta Aguste.B
“Sebelum kujawab,” ucap Ishak duduk di kursi di kamarnya, di dekat perapian, “maukah Anda berjanji padaku?”Barrant yang diduduk di depan lelaki kemayu itu pun mengernyit. Ia memajukan tubuhnya untuk mendengar penjelasan lelaki yang dikenalnya sebagai pelayan Fjola itu. “Janji apa?”“Anda tidak akan merubah perasaan Anda terhadap gadis itu. Sebab, aku tahu persis, Yang Mulia, bahwa Fjola benar-benar mencintai Anda.”Barrant menelengkan kepalanya. Ia mengamati lelaki di depannya dengan serius. “Apakah kau meragukan cintaku terhadap Tuan Putri-mu?”“Tidak. Bukan begitu. Tetapi, aku ingin tahu sebera besar Anda mencintainya?”Barrant tersenyum sekilas. “Melebihi nyawaku, Ishak, kalau kau ingin tahu.” Ia lantas melanjutkan. “Dan, seandainya kau masih ragu, akan kukatakan ini padamu. Apapun status Fjola, aku tidak peduli. Bahkan
Enam orang laki-laki dengan pakaian yang mahal duduk di meja tinggi di sebuah ruangan yang luas. Tiga orang duduk di sisi kanan, sedangkan tiga lainnya duduk di sisi kiri. Di ujung ruangan, dengan meja yang lebih tinggi ada Raja Valdimar yang memakai jubah merah kebesarannya. Ia juga memakai mahkota. Ia tampak gagah dan berwibawa.Di sampingnya ada Barrant. Dia tak kalah berwibawa dengan baju berkerah tinggi hingga menutupi lehernya. Baju itu berlengan panjang dan bermanset dari emas yang tampak menunjukkan posisinya sebagai pangeran. Rambutnya yang berwarna tembaga disisir rapi ke belakang. Ia memakai celana dengan kaos kaki panjang yang dimasukkan ke dalam sepatu bot mengilat. Ia duduk dengan punggung tegak.Seorang wanita tua yang tampak ringkih dan bungkuk duduk di seberang tahta tahta, di sudut kanan. Wanita itu menghadap ke takha Raja. Ia duduk tegak, melipat tangan di depan gaunnya yang berenda. Rambutnya yang sudah beruban ditata rapi dalam sanggul.
“Jadi, siapa kau?” tanya Mr. Stone menatap Ishak dengan tajam. Ia memajukan badannya.Ishak yang berdiri dan dipelototi lebih dari selusin mata itu merasa gugup. “Sa-saya pelayan Nona Fjola Hart, Tuan.”“Well, bisakah kau menjawab dengan suara lebih keras?” pinta anggota dewan yang memakai topi lebih tinggi dari yang lain.“Sepertinya, kau harus memeriksakan telingamu, Nicolas,” hardik anggota dewan yang berambut pirang.“Telingaku sehat, Jack, terima kasih,” sahut Nicolas. Ia lantas beralih ke Stone. “Lanjutkan.”Mr. Stone yang disela berdeham. Ia lantas berkata, “Jadi, apa yang ingin kau katakan? Kau ingin membela majikanmu, bukan?”Ishak menautkan jemarinya yang berkeringat. Ia mengangguk dengan cepat. “Ya, Tuan.”“Apakah kau menolak tuduhan bahwa Putri-mu bermain cinta dengan orang lain?&r
Salju turun dengan deras setelah Raja Erik masuk ke dalam kamarnya di istana. Kini, statusnya merupakan seorang tamu. Meski begitu, ia tahu persis bahwa setiap menit status itu dapat berubah. Ia mengenakan pakaian kebesarannya, lengkap dengan mahkota yang tentu saja lebih kecil dari mahkota milih Raja Penguasa Tembok.Ia menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu kamarnya untuk menuju ke aula sidang. Bersama pengawalnya dan Master Killi, ia berjalan dengan tenang. Ia sudah menyiapkan segalanya sebelum ke sini. Dalam hatinya ada sekelumit perasaan tidak enak, entah karena apa yang akan dia perbuat, atau memang suasana negeri itu yang mengintimidasi, ia tak tahu persis.Yang pasti ia harus melakukan ini demi negerinya. Selama ini, ia sudah berusaha untuk tunduk demi rakyat. Dan, kali ini pun ia juga harus tunduk. Kadang, ada rasa ingin memberontak, tetapi ia terlalu takut untuk melakukannya.Empat buah kursi lagi ditambah ke ruang aula
Raja Valdimar merupakan orang terakhir yang datang ke aula sidang setelah ditunda selama makan siang. Salju turun dengan deras saat kakinya melangkah ke dalam aula. Setelah duduk di kursi kebanggannya, ia berseru untuk melanjutkan pertemuan dewan itu.“Saya lihat Master Killi sudah hadir. Saya ingin mendengar kesaksiannya terlebih dahulu,” katanya.Master Killi bangkit dari duduknya. Ia membagikan kertas kepada para dewan. Setelah selesai, ia mulai menjelaskan, “Dari hasil penyelidikan saya, Yang Mulia, Nona Fjola lahir dan besar di desa terpencil dekat hutan terlarang di Negeri Haust. Desa itu boleh saya katakan sebagai desa yang miskin. Beberapa orang bertahan hidup dengan mengambil secara ilegal dari hutan terlarang.”Lelaki itu berhenti sejenak untuk menarik napas. Ia lalu melanjutkan, “Dari catatan yang saya temukan, selaa kecil, Nona Fjola diasuh oleh keluarga Addalward. Ibunya sudah meninggal beberapa tahun
Margaret melangkah menghampiri satu persatu dewan yang ada. Ia mengulurkan sebuah perkamen kepada mereka. Ketika mereka mengamatinya, ia menjelaskan. “Itu adalah catatan kelahiran Fjola. Dia lahir pada musim semi tujuh belas tahun yang lalu. Saat itu, ibu Fjola sudah menikah dengan ayahnya selama tiga tahun. Jadi, mustahil ia adalah anak dari Raja Erik.”Para anggota dewan mengernyit. Mereka membaca catatan yang diberikanoleh wanita tua itu dengan saksama. Mereka semua hening sesaat sebelum Mr. Jack bersuara, “Bagaimana kau tahu?”“Aku mengumpulkan informasi.”“Tapi, bisa saja mereka berhubungan saat si wanita sudah memiliki suami,” bantah Mr. Jack lagi. “Hal itu bisa saja terjadi, bukan?”“Itu tidak mungkin,” kata Margaret yakin. “Sebab, selama hampir setahun sebelum Fjola lahir, keluarga Addalaward belum pindah ke ibu kota.”“Ta
Hari sudah senja ketika Barrant sekali lagi memasuki aula. Semua orang yang ada di sana tampak lelah. Meskipun demikian, mereka tak memiliki pilihan. Pasalnya, Raja menginginkan segalanya rampung hari itu juga. Ia tak mau menunda-nunda keputusan. Hal itu dikarenakan ia tak mau kabar itu menyebar sehingga membuat rakyat gelisah.Semua sudah berada dalam posisinya. Meski dengan bhu melorot dn pandangan lesu, mereka tak ada yang berani memprotes.Mr. Stone lalu berdeham. Ia mengumumkan bahwa pertemuan dewan untuk membahas latar belakang Fjola kembali dilanjutkan. Karena semua orang yang berhubungan maupun yang mengaku tahu kasus itu sebenarnya sudah bersaksi, maka selanjutnya mereka memutuskan siapa yang dianggap bersalah dalam hal ini. Mula-mula, dengan membacakan kembali kesaksian demi kesaksian dan bukti yang ada, Mr. Stone akhirnya berkata, “Dengan begitu, kami para anggota dewan memutuskan untuk dipertimbangkan oleh Raja Valdimar yang terhormat, bah