"Do-Dominic? Bagaimana kau—"
"Halo, Dominic. Sudah lama kita tidak bertemu," sapa si pria yang masih dalam posisi di mana dirinya menggagahi Tiffany. Menahan tangan wanita yang ada di bawahnya. Dia tidak membiarkan Tiffany untuk melepaskan dan mengakhiri semua ini. "Jared, lepaskan.""Bagaimana jika kita lanjutkan saja? Biarkan tunanganmu melihatnya.""T-tidak, hentikak-akkhh ...."Laki-laki yang dipanggil Jared itu sama sekali tidak mengindahkan wanitanya yang meminta untuk menyingkir. Bahkan dengan gilanya, dia melanjutkan persetubuhan terlarang tepat di depan Dominic yang terdiam di ambang pintu. Membuat Tiffany yang merupakan tunangan Dominic harus mengerang saat Jared terus menghujamnya begitu keras.Gairah itu terpantik kembali dan membuat Tiffany melupakan kehadiran Dominic untuk beberapa saat. Mereka sibuk mencari kepuasan dan Jared terus menggoyang pinggulnya tanpa jeda. Hingga pada akhirnya, mereka mencapai titik kepuasan dan jeritLangkah kakinya terdengar pelan. Dominic memasuki rumah dengan pikiran bercabang. Dia tidak bisa berhenti untuk tidak memikirkan teman lamanya. Meski mungkin hanya dia yang mengganggap Jared sebagai teman. Kenyataannya, laki-laki itu menganggapnya musuh yang harus disingkirkan. Sial, bagaimana caranya menjelaskan kalau dia tidak salah?"Ada apa, Son? Kau seperti banyak pikiran."Suara yang berasal dari ayahnya itu menghentikan langkah kakinya begitu melewati ruang tengah, tempat di mana orang tuanya berada. Dominic menatap malas ke arah Kenneth dan Daisy yang kini penasaran. "Hanya masalah kecil. Di mana setan kecil itu?"Dominic harus memastikan jika Nora dalam keadaan baik-baik saja agar Jery bersedia melakukan tugasnya dengan baik. Dia tidak bisa untuk langsung menghukum mata-mata itu, satu-satunya cara untuk mengetahui siapa dalang di baliknya adalah dengan mengirimkan Jery pada mereka.Jery tidak akan bisa melawannya karena laki-laki itu tahu kalau Nora ada
"J-jangan, jangan lakukan itu. Aku m-mohon, lepaskan aku!" teriak seorang gadis. Dia berusaha berteriak ketika dirinya ditarik menuju ke salah satu kamar oleh seseorang. Matanya tidak bisa melihat dengan jelas orang yang menariknya karena lampu yang remang-remang dan keadaan klub yang kini begitu berisik. Teriakannya sama sekali tidak terdengar. Hingga dia merasakan tubuhnya dilempar ke sebuah ranjang.Punggungnya terasa sakit saat didorong cukup keras. Sampai dia merasakan sebuah tubuh laki-laki asing yang naik ke atasnya. Dia tahu situasinya sedang dalam bahaya dan dengan sekuat tenaga, dia berusaha mendorong tubuh itu agar berpindah dari sana. Namun sialnya dia hanya gadis lemah yang bahkan tidak sanggup untuk menyingkirkan tubuh seorang laki-laki yang memiliki tenaga jauh lebih besar darinya."A-aku mohon, jangan ...."Suaranya melirih. Air mata tanpa sadar mulai menetes seiring dengan perasaan takut yang kian menjadi, begitu sebuah tangan kekar menyentuh da
PRANG!Suara piring yang hancur menbentur lantai terdengar mengisi pagi di meja makan. Suasana berubah hening dan semua orang di sana hanya saling tatap. Begitu juga dengan Celine yang kini menatap bingung ke arah ibu mertuanya. Dia tidak tahu apalagi yang membuat wanita itu marah sampai melempar piring hingga pecah."Bu, ada ap—"Belum sempat Celine menyelesaikan kalimatnya, Mira tiba-tiba menyiramkan air yang ada di gelas pada wajahnya. Membuat makanan yang ada di meja makan itu menjadi basah, begitu juga sebagian pakaian Celine. Dia sontak berdiri dan menatap tak percaya pada mertuanya yang kini melotot tajam."KAMU MAU BIKIN SAYA DARAH TINGGI, YA! MAKANAN INI ASIN!"Suara bernafa membentak itu, mengagetkan semuanya. Tak hanya Celine, tapi Rayyan serta Arion yang kini langsung memeluk tubuh suaminya. "A-apa? Tidak—""Jangan mengelak! Dari dulu, kamu juga tidak suka sama saya! Kamu pasti menyumpahi saya cepat mati!"Celine bungkam. Di
Dominic menatap lekat bangunan yang ada di balik pagar besi itu. Rumah baru milik Jared. Laki-laki itu ternyata sudah pindah dari rumah lamanya. Pandangan Dominic tertuju pada seorang security yang ada di pos jaga. Pagar itu terlihat sedikit terbuka dan dia tanpa ragu segera masuk. Menghiraukan security tersebut. Jared tampaknya sudah pulang, terlihat dari mobil milik laki-laki itu yang terparkir."Tuan, maaf, Anda siapa?"Langkah Dominic terhenti saat dia merasakan sebuah tepukan keras di bahunya. Kepalanya refleks menoleh dan mendapati security tadi tengah menatapnya kebingungan."Dominic, aku datang mencari temanku, Jared," jawabnya singkat."Oh, jadi Anda teman Tuan Jared? Kalau begitu, silakan, saya akan mengantar Anda," tawarnya sembari tersenyum ramah, setelah sebelumnya terlihat kebingungan karena asing dengan nama Dominic.Dominic tidak terlalu peduli. Dia tidak mengiyakan atau menolak, tapi saat security itu mengajaknya,
Sialan!Dominic kembali menenggak minumannya dengan perasaan kacau. Dia tidak habis pikir, kenapa temannya bisa melakukan hal seperti ini? Merencanakan pembunuhan untuknya! Dominic tidak pernah dendam atau bahkan menganggap Jared sebagai musuhnya. Namun sepertinya itu tidak berlaku bagi laki-laki itu.Tak dipungkiri, dia merasa sangat sedih. Hubungan pertemanan adalah hubungan yang paling dia hargai, tapi sepertinya itu tidak lagi berlaku saat ini. Jared telah mengibarkan bendera perang terhadapnya. Masih dengan perasan kalut luar biasa, Dominic berjalan ke luar dari ruangan VIP yang saat ini dia tempati untuk melepas semua kekesalan dalam dirinya. Dia ingin menghilangkan perasaan sesak dan rasa kesal yang bercokol dalam hatinya karena ulah Jared.Akan tetapi, tak di sangka saat dirinya berniat turun ke lantai dansa. Di mana semua orang tengah menari, melepas penat mereka, matanya bisa melihat sosok yang tidak asing tengah ditarik keluar klub malam. Matanya masi
"C-celine ...."Napas Dominic terdengar memburu. Dia menelan ludahnya berkali-kali saat melihat wanita itu menggeliat hebat di bawahnya. Sementara dirinya terus berpacu dalam memuaskan hasrat gila yang entah bagaimana datang. Bibir panasnya menelusuri mata, hidung, dagu serta leher Celine sebelum berakhir di dada. Bak seorang bayi yang kehausan, Dominic menyesap kuat tubuh itu sampai Celine memekik dengan kedua tangan yang melingkar di lehernya. Wanita itu tak henti mengerang. Tubuh indah yang harusnya tidak boleh dilihat, kini terpampang jelas di mata Dominic. Bahkan menjadi santapannya.Dia gila. Dominic tahu dirinya gila karena bercinta dengan Celine, tapi ini bukan salahnya. Wanita di depannya ini yang memancing duluan sampai dia yang tidak tahan terus digoda, dan entah bagaimana jadinya, mereka memadu kasih di apartemen miliknya.Ekspresi wajah Celine terlihat berbeda dari biasanya. Rona kemerahan tampak menambah manis wanita itu. Suara rintihan yang terden
"Ada orang yang memberikanmu obat perangsang," ucap Dominic, membuat Celine yang sejak tadi diam dengan wajah sedih, mengangkat kepalanya. Menatap wajah lelaki yang tadi malam berhasil menikmati tubuhnya. Dia belum diizinkan untuk pergi oleh Dominic. Laki-laki itu bilang ingin menjelaskan apa yang terjadi."Apa? Obat perangsang?"Celine memegang kepalanya yang sedikit sakit. Dia tidak pernah berpikir sampai ke sana. Celine hanya memikirkan kalau dirinya mabuk. Walau itu sedikit aneh, mengingat dia tidak meminum alkohol dan dia hanya minum air yang diberikan oleh Simon.Simon.Mata Celine membulat seketika. Dia merasa aneh setelah meminum air yang disodorkan oleh laki-laki itu. Celine ingat saat dirinya keluar dari ruangan karena perasaan tidak nyaman berada dekat dengan laki-laki itu. Sampai tangannya tiba-tiba ditarik keluar. Tepatnya menuju area parkiran yang sepi di samping klub malam. Orang yang membawanya adalah Simon. Jadi, apakah laki-laki itu yang m
Celine membasuh wajahnya dengan air. Mengguyur seluruh tubuhnya yang hina karena telah disentuh oleh pria yang bukan suaminya. Bersamaan dengan itu, air matanya luruh. Dia benar-benar tidak tahu apa yang harus diperbuatnya saat ini. Namun jelas, Rayyan sama sekali tidak boleh tahu. Dia tidak ingin membuat hati suaminya terluka.Berengsek! Dominic benar-benar berengsek!Celine menggigit bibirnya dalam-dalam. Dia kembali meneteskan air mata. Kecewa karena lelaki yang ditolongnya justru malah memanfaatkan kesempatan. Harusnya Dominic menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah salah. Kenapa laki-laki itu tidak berpikir kalau dia sudah bersuami? Dipegangnya perut telanjangnya dengan sedih. Celine ingin berteriak keras, tapi semua itu tidak bisa dia lakukan karena Rayyan pasti akan bertanya-tanya.Bolehkah jika dia menganggap ini tidak pernah terjadi? Mimpi buruk. Celine hanya harus menganggapnya sebagai mimpi buruk dan dia harus melupakannya. Walau semua itu tetap tidak
Cup.Sebuah kecupan lembut menyentak kesadaran Celine dari lamunannya. Dia menoleh ke arah suaminya yang kini memeluk erat tubuhnya. Bibirnya mengukir senyum manis ketika Dominic mencuri satu ciuman di sana. Sungguh, Celine tidak percaya dengan kenyataan bahwa kini dia menikah dengan lelaki licik yang menjeratnya.Pernikahan yang melelahkan tadi pagi, membuat Celine akhirnya bisa beristirahat sejenak setelah pesta resepsi dan segala adat istiadatnya. Meski sekarang, dia tentu akan melaksanakan kewajibannya sebagai istri Dominic. Melayani suaminya."Kenapa kau belum tidur? Apa ada yang mengganggumu?" tanya Dominic sambil meletakkan kepalanya di pundak Celine. Dia meraih tangan istrinya, namun Dominic mengernyit bingung menyadari ada sesuatu yang dipegang oleh Celine. Dia menarik benda itu dan melihatnya. Membuat Celine mau tak mau ikut berbalik. "Apa ini?""Itu—""Rayyan?"Dominic menatap benda yang ternyata adalah foto Rayyan dan Celine dengan Arion. Ke
Celine terdiam menatap pantulan dirinya depan cermin. Dia tengah mencocokkan gaun pernikahannya dengan Dominic. Setelah lebih dari tiga bulan sejak kematian Rayyan dan persiapan pernikahan, dia akhirnya akan segera menyandang status sebagai istri dari Dominic. Lelaki yang dia cintai sekaligus ayah dari anaknya.Pandangan Celine kemudian terpaku pada perutnya yang membesar. Dia mengusap lembut calon anaknya. Gaun pengantin itu sengaja dibuat besar di bagian perut dan tidak terlalu ketat agar dia tidak terlalu sesak karena perutnya yang buncit. Celine harap dia tidak akan menyesal dengan pilihannya. Dia juga berharap Dominic mengubah sikap buruknya. Meski memang, lelaki itu menjadi lebih perhatian padanya. Namun kadang kala, Dominic keras kepala dan masih tidak mau mengalah dalam beberapa hal. Terutama masalah Dominic yang berubah menjadi sangat overprotektif. Baik padanya atau pada Arion. Dia kadang harus memasang ekspresi marah dulu agar Dominic mengalah.Celine
Celine tersenyum menatap anaknya yang tidur nyenyak bersama Dominic. Arion benar-benar tampak sangat akrab dengan lelaki itu. Celine tidak percaya, hubungan Dominic dengan Arion bisa sedekat ini. Haruskah dia menikah dengan Dominic? Tapi Celine belum melupakan Rayyan, suaminya yang meninggal karena menyelamatkannya. Semua itu membuatnya kembali sedih.Air mata tanpa sadar kembali menetes. Celine mengusapnya kasar dan berbalik untuk pergi. Namun saat dia akan menutup pintu, terlihat Dominic yang terbangun. Lelaki itu mengusap matanya dan menoleh. Lalu bangkit dan menghampirinya."Celine?""Maaf, apa aku membangunkanmu?" tanyanya dengan wajah tidak enak ketika Dominic berjalan mendekat. Celine bisa melihat wajah lelaki itu yang tampak mengantuk. Dia merasa bersalah karena mengganggunya."Tidak, maaf aku ketiduran. Aku tidak sengaja." Dominic tersenyum seraya menutup pintu kamar dan membiarkan Arion sendiri."Kenapa minta maaf? Tidurlah kembali, seperti yang ka
Celine menatap kejauhan rumah milik Dominic. Dia merasa gelisah dan tidak tenang. Celine penasaran, tapi dia ragu untuk mendekat. Ada banyak rasa takut yang menguasainya. Setelah satu minggu lalu berbincang ringan dengan mantan managernya, Celine memutuskan untuk melihat keadaan Dominic dari jauh. Sayangnya, dari jarak seperti ini, dia tidak menemukan siapa pun dan tidak tahu keadaan Dominic.Haruskah dia melangkah lebih dekat?Tidak, Celine merasa bersalah. Dia payah. Dia sudah berjanji untuk pergi dan tidak berhubungan lagi dengan Dominic. Lelaki itu juga pasti sudah membaca surat yang dia titipkan pada Marta. Bagaimana mungkin dia membatalkan niatnya dan menjilat ludahnya sendiri? Jangan konyol! Dia tidak boleh kembali kembali pada Dominic.Kepalanya terus berusaha menahannya dan memintanya untuk berbalik pergi meninggalkan rumah yang ada di seberang jalan. Namun hatinya menyuruhnya tetap melangkah. Pergi menemui Dominic dan memastikan keadaannya. Kepalanya terasa
Dominic keluar dari ruang meeting dengan dibantu Jerry. Dia akhirnya harus turun dari posisinya sebagai CEO dan menerima surat pengunduran diri dari Celine. Dominic bisa menerima dia diturunkan, tapi dia tidak bisa menerima saat mengetahui fakta bahwa Celine pergi darinya. Wanita itu meninggalkan rumah lama dan entah pergi ke mana. Itu membuat hatinya kacau. Dominic merasakan sakit di dadanya. Dia ingin mencari keberadaan Celine dan mendapatkan wanita itu kembali. Dominic sudah berjanji pada Rayyan dan dirinya yang akan menjaga mereka. "Jerry, apa Celine sudah ditemukan?" "Belum, Tuan. Kami masih mencarinya," ucap Jerry sambil membawa turun Dominic menuju mobil di area basement. "Apa tidak ada yang tahu, dia pergi ke mana?" "Tidak, tapi saya diberikan sebuah surat dari seorang wanita tua bernama Marta. Beliau bilang, itu dari Nyonya Celine untuk Anda." Jerry membantu Dominic masuk ke dalam mobil dengan susah payah. Hingga kemudian dia segera berjalan kembali menuju kemudinya. Sebel
Setelah seminggu lebih berada di dalam rumah sakit dan tidak bisa ke mana-mana, akhirnya sekarang Dominic sudah diizinkan untuk pulang, meski itu atas dasar pemaksaan. Dia bisa istirahat di rumah. Sayangnya, seolah baru usai masalah yang dia hadapi, Dominic menerima kabar dari ayahnya yang cukup buruk. Scandal yang menjeratnya enam tahun lalu dan perselingkuhannya terungkap. Beberapa investor ada yang menarik diri dari proyek baru mereka dan saham perusahaan turun drastis. Para pemegang saham pun menuntut diadakan rapat.Dominic tahu pada akhirnya ini akan terjadi. Dia mau tak mau harus mengakui kesalahannya dan menerima konsekuensi atas perbuatannya. Mungkin dia akan diturunkan secara tidak hormat atau bahkan dipenjara. Namun untuk yang kedua, dia tidak mendengar adanya tuntutan, Celine tidak menuntutnya. Apa orang tuanya sudah mengantisipasi hal ini?"Kamu tenang saja. Jangan terlalu memikirkan itu. Tugasmu adalah menyembuhkan diri," ucap Daisy seolah tahu apa yang
Di dalam sebuah padang rumput yang luas, Dominic berdiri kebingungan. Dia tidak tahu di mana dia berada saat ini. Hanya desiran angin yang terdengar. Dia bergeming untuk sejenak. Sampai rasa takut mulai menguasainya. Tidak ada Celine, Arion atau orang tuanya. Tidak ada jalan keluar yang terlihat dan tidak ada seorang pun di sini.Apa dia sudah mati?Pertanyaan itu memenuhi isi kepalanya. Membuatnya ketakutan dan tanpa sadar berlari ke depan. Namun sayangnya, dia tidak melihat jalan keluar. Semuanya hanya padang rumput. Dia yang berlari tanpa alas kaki, tentu saja membuat duri-duri melukai kakinya, hingga mengeluarkan darah. Meski hal tersebut sama sekali tidak membuatnya memelankan langkah kakinya.Sayangnya, di sana Dominic seolah berputar-putar dan hanya rasa lelah yang dia dapat. Suara napasnya yang saling memburu terdengar jelas. Sampai akhirnya, Dominic memutuskan untuk berhenti. Dia jatuh terduduk di antara rerumputan itu. Satu persatu, air matanya berjatu
Pandangan Celine mulai buram oleh air mata. Hatinya hancur saat melihat orang yang dia cintai telah pergi meninggalkannya. Bukan tempat atau waktu yang menjadi pembatas, tapi alam lain. Dia tidak kuasa untuk menahan tangisnya dan jatuh di atas makam itu. Beribu penyesalan atas pengkhianatan yang dia lakukan, kini membuat dadanya terasa amat sangat sakit. Pedang berkarat seolah menembus dan mengoyak tubuhnya menjadi serpihan kecil. Beberapa orang yang datang untuk mendoakan, mulai pergi perlahan dan meninggalkannya yang kini merasakan kehilangan.Penyesalannya terlambat. Celine tidak bisa meminta maaf pada sosok yang dia sakiti. Orang yang selalu menjaganya selama ini dan melindunginya saat dia jatuh. Rayyan telah menghukumnya dengan penyesalan yang begitu dalam. Lelaki itu pada akhirnya telah pergi membawa separuh hatinya. Celine menyesal, tapi dia terlambat untuk mengungkapkan penyesalannya."Ra-rayyan maafkan aku. A-aku bukan istri yang b-baik untukmu. Maafkan aku,"
"Lepaskan Dominic, atau aku akan menembakmu," ancam Celine sambil menodongkan senjata tepat ke arah Jared. Namun lelaki itu terlalu cerdik, hingga menarik tubuh Dominic dan membuatnya sebagai tameng.Celine menelan ludahnya kasar. Air mata lagi-lagi menetes tanpa dikomando. Kondisi Dominic yang dalam keadaan memperihatinkan, membuat hatinya teriris. Lelaki itu menggeleng dan memerintahkan untuk dia pergi. Akan tetapi, Celine tidak mengindahkan. Dia tetap berdiri pada posisinya. Meski pegangan tangannya pada pistol terlihat gemetar, tapi itu tidak menyurutkannya untuk meninggalkan lelaki itu begitu saja."Dia lelaki yang membuat hidupmu menderita. Dia meniduri dan menghamilimu begitu saja. Bukankah seharusnya kau membunuhnya?" ucap Jared sambil mengangkat dagu Dominic dan membuat wajah lelaki itu terlihat oleh Celine.Pandangannya berubah gemetar. Dia tidak suka situasi ini. Celine membencinya. Dominic memang bersalah, tapi saat ini lelaki itu sudah mengakui semu