Home / Romansa / Jerat Cinta Sang Duda / BAB 5 - Ingatan Masa Lalu

Share

BAB 5 - Ingatan Masa Lalu

Author: Handira Rezza
last update Last Updated: 2023-02-27 09:39:02

“Bisa-bisanya seorang tamu yang tak diundang mengacau di perusahaan saya!”

Suara itu begitu kuat dan dingin, di tengah suasana yang tiba-tiba tegang dan memanas. Empat orang yang berada di sana otomatis memosisikan tubuh mereka ke arah datangnya suara.

Romi menganggukkan kepalanya, sementara Dara membelalakkan mata saat melihat Bima-lah yang muncul di hadapannya.

Pria itu berjalan dengan kedua tangan di saku. Pria berjas abu-abu itu lantas mendekat dengan tatapan mata yang tidak lepas dari netra coklat gelap milik Dara. Jantung Dara berdegup tak beraturan ditatap pria tampan itu.

“Pak Rizal, benar?” Bima menyalami Rizal lebih dulu. “Maaf kalau saya membuat Bapak tidak nyaman, tapi saya harus menyelesaikan urusan dengan Ibu Dara lebih dulu. Apa Anda keberatan?” tanya Bima lagi.

Meski nada suara pria itu lembut, tapi siapa pun jelas tahu setiap kata yang keluar dari mulut Bima jelas bukan pertanyaan, melainkan perintah.

“T-tentu saja tidak masalah, Pak Bima. Saya bisa menunggu.”

Bima tersenyum tipis saat mendengar jawaban Rizal. Dia bahkan mengangguk-anggukkan kepalanya tak kentara.

Sedetik kemudian, mata setajam elang milik Bima menatap singkat ke arah Irma. Kerutan di dahinya menyatu sebelum berujar, “Satu lagi, Pak Rizal.” Bima kembali menatap Rizal dengan pandangan tak ingin dibantah. “Saya tidak ingat jika ada janji dengan dua orang. Saya harap, siapa pun yang tidak punya kepentingan tidak ikut serta di sini.”

Rizal tergagap di tempatnya. "S-saya mengerti, Pak Bima. Saya mohon maaf.” Pria itu menatap tajam ke arah sang kekasih yang wajahnya sudah memerah karena malu dan marah. “Kamu tunggu di mobil!” desis Rizal ke arah Irma.

Irma ingin menyanggah perintah Rizal, tetapi pria itu lebih dulu memberikan kunci mobil disertai dengan pandangan seperti ingin membunuh. Lantas, meski enggan, akhirnya wanita itu pergi dengan tangan mengepal dan kaki dientakkan.

Setelahnya, Bima memutar tubuhnya ke arah Romi dan Dara. “Dara?”

Suara Bima yang begitu lembut dan terdengar mesra itu sangat kontras dengan nada yang pria itu keluarkan tadi ketika menghadapi Irma dan Rizal. Dara berjengit sesaat sebelum menyahut, “Ah, iya?”

“Ikuti Romi, dan tunggu aku di ruangan.”

Kalimat itu jelas terdengar juga oleh Rizal. Pria itu kaget melihat bagaimana Bima, bos besar perusahaan yang dia datangi untuk kerja sama begitu lembut memperlakukan Dara, sang mantan yang telah ‘dibuangnya’.

“Aku akan selesaikan urusanku dulu di sini.” Bima menunjuk Rizal dengan gestur santainya.

Dara mengangguk patuh, begitu juga dengan Romi yang langsung mengarahkannya sesuai perintah Bima.

“Mari ikut saya, Bu Dara.”

**

“Terima kasih, Pak Romi.”

Dara menganggukkan kepala sebelum Romi meninggalkan ruang kerja Bima untuk menyusul kembali bosnya. Di ruangan yang cukup besar ini, Dara sendiri. Walau sudah bertemu Bima di malam yang lalu, tapi mengingat apa yang terjadi di antara mereka, juga kenyataan ini adalah interview pertamanya, gadis itu gugup setengah mati.

Untuk mengusir rasa gugupnya itu, Dara memutuskan untuk melihat-lihat ke sekitar ruangan sebelum matanya tertuju pada sebuah pigura yang terpajang di lemari dekat meja kerja.

“Astaga!”

Matanya menangkap satu sosok yang begitu familiar. Sosok pria tua yang dulu sama-sama tinggal di kampung yang sama dengan keluarganya. Dengan hati-hati, gadis itu mengambil pigura tersebut guna memastikan.

Dara menggumam sambil menatap lekat-lekat sosok pria tua yang dia sudah kenal lama, “Paman Handoko??” 

Kemudian, matanya beralih ke sosok di samping Paman Handoko yang tidak lain adalah Bima, pria yang menolongnya kemarin malam.

Mata Dara memicing. Dia terus mencari-cari memori lama terkait hubungan sosok Handoko, juga Bima. Tak lama, mata gadis tersebut membelalak, seakan baru menemukan hal yang tidak terduga.

“Dara, aku berjanji kita akan bertemu lagi ... Dan kita akan menikah ketika dewasa."

Samar-samar, Dara mengingat ucapan seorang bocah kecil sebelum sosok itu meninggalkan kampung halaman mereka. Pipi gadis itu sontak merona merah mengingat janji yang terucap dulu, terutama saat menyadari bahwa ... bocah itu bernama Bima! Teman masa kecilnya!

Tanpa bisa ditahan, degup jantung Dara kembali menggila. 'Tenang, Dara. Itu hanya janji anak kecil. Dia pasti tidak mengingatnya lagi.' Namun, tak terpungkiri dia merasa sedikit malu. 'Astaga, bisa-bisanya mengingat hal seperti itu sekarang!'

Tak lama, mata Dara kembali berpindah ke pigura di tangannya. Dia menatap sosok pria kecil yang berada di gendongan Bima di pigura tersebut. Kening Dara tertaut, mencoba menebak apa hubungan anak lelaki yang begitu mirip dengan Bima semasa kecil.

"Siapa anak kecil ini? Apa Paman Handoko punya anak lagi?"

Dara masih mencaritahu jawaban sosok anak kecil di foto itu, saat kemudian pintu ruangan kembali terbuka dan menampilkan sosok pria yang jadi alasan rona merah di pipinya. Buru-buru, dia menaruh pigura tersebut pada tempat semula.

“Maaf membuatmu menunggu. Ayo, kita mulai interview-nya,” ucap Bima dengan senyuman manis terlukis di bibirnya, terlihat jauh berbeda dengan apa yang ditunjukkan di hadapan Rizal tadi.

Entah berapa lama waktu berlalu sejak interview dimulai, tapi Dara merasa cukup lelah karena jantungnya terus berdetak kencang. Bukan hanya karena takut menjawab salah, tapi juga karena cara Bima menatapnya membuat gadis itu merasa gugup.

Netra hitam gelap milik Bima menatap tajam dirinya, hampir tidak berkedip. Bibir pria itu menyunggingkan senyum penuh arti setiap mengajukan pertanyaan dan juga ketika mendengar jawaban Dara, seakan apa pun yang gadis itu katakan menghibur dirinya.

“Kamu bisa mulai bekerja besok, Dara," ucap Bima pada akhirnya seraya mengangsurkan tangannya pada Dara.

Selama sesaat, Dara terdiam. "Aku ... diterima?"

"Kamu tidak terlihat senang, apa kamu berubah pikiran?" tanya Bima.

Pertanyaan pria itu langsung membuat Dara tersentak dan menggenggam tangan Bima. “T-tentu saja aku senang! Terima kasih, Pak Bima!”

Melihat Dara begitu bahagia, Bima juga secara otomatis mengukir senyum di bibirnya. "Jangan begitu kaku, panggil aku Bima," balas pria itu. Kemudian, dia memperkuat genggaman tangannya dan mendekatkan wajahnya sedikit. "Dilihat dari bagaimana kamu bersikap lebih santai di hadapanku, sepertinya kamu sudah ingat padaku?"

Pipi Dara kembali bersemu. Dengan ragu-ragu, dia menganggukkan kepalanya.

“Aku ingat.”

Suara Dara seperti cicit ayam, tetapi begitu jelas terdengar oleh Bima. Pria itu tersenyum semakin lebar. “Coba katakan, aku siapa?"

Dara mengangkat pandangannya, terlihat sedikit bingung. "Kamu Bima anak Paman Handoko, 'kan?" Dia lanjut berucap, "Kita dulu sempat bermain bersama sewaktu kecil."

Jawaban Dara membuat pancaran mata Bima sedikit meredup. Namun, pria itu kemudian menegakkan bahunya dan menaruh kedua tangannya di meja guna mendekatkan diri kepada Dara. “Tidak mungkin hanya itu." Sebuah senyuman penuh arti terpampang di wajah Bima. "Kamu juga ingat dengan janji kita, bukan?”

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
kakak dev dimari
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
oh ternyata calon jodoh nya dara toh wkwwkwk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Jerat Cinta Sang Duda   BAB 6 - Insiden Di Rumah Bima

    "Ya ampun, Tante turut prihatin dengan kejadian yang menimpa kalian." Dara, yang sekarang terduduk di sofa ruang tamu kediaman Keluarga Handoko, hanya tersenyum canggung di tempatnya. Ya, sekarang Dara sudah berada di rumah Bima dan tengah berbincang dengan ibu pria tersebut, Winda. Wanita tersebut baru saja mendengar mengenai musibah yang menimpa Dara, dan keluarganya.Di dalam hati, Dara merasa sangat malu. Awalnya, ketika Bima mengungkit perihal janji masa kecil mereka, Dara mengacu pada janji 'pernikahan'. Ternyata, janji yang sekarang tengah diwujudkan oleh Bima adalah pertemuan mereka kembali, termasuk pertemuannya dengan keluarga Handoko.Tante Winda kemudian mengambil kedua tangan Dara dan digenggamnya dengan hangat. "Andai saja Bima menemuimu lebih cepat ...."Dara tersenyum menyambut ketulusan yang diberikan Tante Winda padanya. "Nggak apa-apa, Tan. Saat ini pun, Dara berterima kasih sekali pada Bima."Senyum kemudian terukir dari bibir mamanya Bima. "Jangan sungkan minta tolong

    Last Updated : 2023-03-06
  • Jerat Cinta Sang Duda   Bab 7 - Jadi Istri Bima

    “Ya ampun, Tante minta maaf ya, Dara, karena nggak nemenin kamu sampai ke kamar yang Tante maksud.” Dara baru saja bercerita kejadian dia dan Bima di kamar tadi pada Tante Winda saat mereka tengah berada di meja makan. Dara benar-benar merasa bersalah, karena kesoktahuannya, dia malah memasuki kamar Bima tanpa izin. Namun, wanita paruh baya itu juga menunjukkan rasa bersalah yang sama pada Dara.“Dara yang salah, Tan, karena nggak tanya lagi.” Cengiran muncul di wajah Dara usai berkata demikian.Dia canggung setengah mati, karena ketahuan salah masuk kamar, dipergoki oleh yang punya kamar, dan kejadian itu terjadi ketika orang tua Bima ada di sini. Sementara Dara setengah mati menahan rasa malu, pria di hadapannya justru terlihat santai sekali, seolah tidak ada hal yang baru saja terjadi.“Kamu juga, Bima! Lain kali kalau mau masuk kamar itu ketuk pintu dulu!” Alih-alih menyalahkan Dara, Tante Winda justru menyalahkan putranya sendiri.Pria yang jadi korban kesalahan mamanya itu berd

    Last Updated : 2023-03-13
  • Jerat Cinta Sang Duda   BAB 8 - Masih ada banyak waktu

    “Kalau kamu, Dara … kamu mau kan, jadi istrinya Bima?”Dara menjadi kikuk dengan pertanyaan tentang pernikahan. Dia bingung ingin menjawab apa, terlebih lagi dia belum pernah mengasuh anak sebelumnya. Kepalanya menjadi pusing memikirkan ini semua.“Aku belum siap untuk menikah saat ini,” jawab Dara.“Tante tahu perasaanmu saat ini bagaimana. Tapi kamu harus memikirkan masa depanmu,” ucap Ibu Winda.Memang itu yang Dara rencanakan saat ini, dia akan giat bekerja mengumpulkan uang demi membantu perekonomian keluarganya yang telah bangkrut. Dia sama sekali belum memikirkan masalah pernikahan.“Iya Tante,” jawab Dara singkat padahal dia sama sekali tidak menolak kalau Bima sendiri yang melamarnya. Kenapa harus Tante Winda.***Bima mengantar Dara Pulang menggunakan mobilnya karena hari sudah sore dan besok dia sudah mulai bekerja.“Dara, jangan terlalu memikirkan permintaan mama,” ucap Bima sambil menyetir mobilnya.“Eh, iya,” jawabnya singkat.“Aku dan mantan istri bercerai karena dia s

    Last Updated : 2023-05-08
  • Jerat Cinta Sang Duda   BAB 9 Tolong Bujuk Bima

    Dara menatap Bima dengan gugup, dia juga masih ada rasa sebenarnya dengan Bima tapi kondisinya saat ini bebeda. Dia belum siap membuka lembaran baru untuk memulai kisah asmara lagi dengan seorang pria. Ditambah lagi Bima seorang duda beranak satu, gadis itu berpikir kalau anak Bima pasti akan membenci seorang ibu tiri sepertinya.“Aku akan memikirkannya,” jawab Dara lirih.“Aku harap tidak kecewa dengan pilihanmu nanti,” balas Bima.“Selamat malam, sampai jumpa besok di kantor,” ucap Dara lalu dia melambaikan tangan kepada Bima.Bima melajukan kembali kendaraannya pulang ke rumah. Dia berpikir masih ada banyak waktu untuk memulai kembali hubungan asmaranya dengan Dara. Bima menjadi tak sabar menunggu hari esok saat bertemu dengan Dara di perusahaan.***“Aku sedikit gugup, ini adalah pertama kalinya aku berkerja,” gumam Dara.Gadis cantik itu melangkahkan kakinya ke ruang personalia untuk melapor bahwa hari ini adalah kesepakatan dia mulai bekerja. Kepala Personalia yang sudah menungg

    Last Updated : 2023-05-09
  • Jerat Cinta Sang Duda   BAB 10 - Lelaki Yang Menggangguku

    Rizal menatap wajah Dara yang semakin cantik kala panik itu, lalu dia tersenyum dan menggenggam tangan Dara.“Aku mohon padamu, Dara. Kamu dekat ‘kan sama Bima, tolonglah aku,” pinta Rizal.Dara segera menarik tangannya dari genggaman Rizal, dia tidak mau ada yang melihatnya lalu salah paham. Apalagi sekrang Rizal berpacaran dengan Irma, masalah akan meluas kalau Irma melihat hal ini.“A-ku tidak dekat dengan Bima,” ucap Dara lalu berjalan pergi meninggalkan Rizal namun pria munafik itu mengejarnya. Dia meraih pergelangan tangan Dara sehingga Dara menghentikan langkah kakinya.“Dara, kenapa kamu tidak mau menolongku?” tanya Rizal tanpa rasa malu.Dara membalikkan pandangannya ke Rizal, dia menatap lekat-lekat wajah pria licik itu. Sorot mata Dara menunjukkan kebencian yang amat dalam. Rizal ini sebenarnya pura-pura tidak tahu atau memang beginilah sikap aslinya mendekati orang jika memang menguntungkan baginya.“Aku tidak mau menolongmu. Jadi sia-sia saja kamu datang kepadaku,” jawab

    Last Updated : 2023-05-10
  • Jerat Cinta Sang Duda   BAB 11 - Kamu Masih Mencintainya?

    Raut wajah Rizal langsung berubah ketika melihat siapa yang datang. Dara langsung berlari berlindung ke belakang tubuh tinggi tegap itu.“Tentu saja aku tahu hukum itu, tapi aku tidak mengancam orang,” ucap Rizal.“Apa kamu pikir aku ini tuli? Jelas sekali kamu menganca karyawanku!” seru Bima dengan tatapan yang tajam.Rizal menyeringai tipis, sepertinya memang ada hubungan di antara mereka berdua. Dengan begini Rizal mempunyai kesempatan untuk menekan Dara dan mendapatkan apa yang dia inginkan.“Dia hanya karyawan biasa, aku rasa Pak Bima mempunyai pekerjaan yang lebih penting daripada mengurusi karyawan rendahan seperti Dara,” ucap Rizal.Bugh!” Bima langsung memberikan bogem mentah kepada Rizal yang kurang ajar itu, mulutnya sungguh menyakiti hatinya, mengatakan Dara karyawan rendahan seolah Dara itu adalah sampah yang tidak berguna. Bukankah tujuh tahun lamanya dia berpacaran dengan Dara dan banyak keuntungan yang ia dapatkan.“Dara, ayo kembali ke kantor,” ajak Bima sembari mengg

    Last Updated : 2023-05-11
  • Jerat Cinta Sang Duda   bab 12 Tenanglah, Rizal.

    Rizal menatap Irma dengan lembut lalu mencumbunya mesra sesaat untuk membuat Irma tetap tenang. “Aku tidak mungkin mencintai orang miskin seperti Dara,” ucap Rizal. “Syukurlah kamu menemui dia pasti hanya untuk mendapatkan kerja sama dengan Bima,” balas Irma. “Kamu kenapa melupakan hal seperti ini, buang rasa cemburumu itu,” ucap Rizal lembut. Mereka kemudian bercumbu mesra lagi karena ingin melupakan masalah sesaat yang tengah dihadapinya. Telepon terus berdering di ruangan Rizal sehingga memecah konsentrasinya bermesraan bersama Irma, membuatnya semakin sakit kepala. “Sial!” seru Rizal, “Mereka sama sekali tidak bisa membuatku tenang sedikit,” ucapnya kemudian. “Angkat telepon itu dahulu, sayang, siapa tahu itu adalah bantuan untukmu,” bujuk Irma sambil mengelus pundak Rizal. Rizal mengangkat telepon yang ada di mejanya. Tentu saja dia mendapatkan kabar yang tidak mengenakkan lagi. Banyak pelanggan yang memutuskan untuk tidak lagi menggunakan produk dari perusahaan karena isu

    Last Updated : 2023-05-12
  • Jerat Cinta Sang Duda   Bab 13 Cerita pada Ayah

    Rizal berubah ekspresi wajahnya, lalu dia dan Irma saling tatap menertawakan Dara yang sangat percaya diri kalau Rizal masih mencintainya."Wanita rendahan sepertimu kenapa masih berharap Rizal mencintaimu," ledek Irma."Kalau tidak masih cinta seharusnya tidak menggangguku," jawab Dara."Aku menikahi seorang baby sister sepertimu? Apa kata dunia?" balas Rizal lalu dia kembali tertawa bersama Irma.Dari dalam mobil Brian memperhatikan mereka bertiga, dia melihat Dara dibully dua orang sekaligus. Dia merekam kejadian itu dan mengirim ke papanya. Brian menurunkan kaca mobil lalu lalu memanggil Dara."Tante, cepatlah. Aku sudah lapar," ucap Brian."Cepatlah pulang, majikanmu sudah memanggilmu!" seru Irma."Aku tak menyangka ternyata kamu hanya menjadi seorang baby sister," ucap Rizal.Dara tidak menggubris lagi ucapan kedua orang itu. Dia berlari menuju mobil lalu meminta sopir untuk segera meninggalkan kedua orang jahat itu ***"Tante, apa kamu dibully?" tanya Brian."Tidak sayang," ja

    Last Updated : 2023-05-13

Latest chapter

  • Jerat Cinta Sang Duda   BAB 132 Tamat

    Nyonya Handoko menggelengkan kepalanya, ini bukan kado untuk Brian tapi seserahan untuk dibawa ke rumah Dara.“Seserahan?” tanya Brian.“Iya sayang, ini untuk ibumu,” jawab Nyonya Handoko.Brian terlihat pusing tidak mengerti apa yang dikatakan oleh neneknya, lalu kakeknya menjelaskan apa itu seserahan secara singkat dan padat pada Brian. Barang yang harus dibawa dari mempelai lelaki ke mempelai wanita.“Oh jadi seperti itu,” ucap Brian.“Betul, besok kamu bantu ayahmu untuk membawa barang seserahan ini untuk ibumu, ya,” balas Tuan Handoko.“Siap,” jawab Brian bersemangat.Hari ini semua orang tampak sibuk mempersiapkan pernikahan Bima dan Dara. Banyak sekali yang mereka akan bawa, mulai dari seserahan inti sampai seserahan berupa makanan ringan, makanan khas daerah hingga pernak-pernik yang lainnya.“Kenapa banyak orang di rumahku,” gumam Brian yang tak biasa ada begitu banyak orang di rumah.“Semua orang ini adalah saudaramu, mereka akan ikut ke pernikahan ayah dan ibumu,” jawab Tua

  • Jerat Cinta Sang Duda   Bab 131 Kenapa Aku Ragu

    “Aku tidak akan melanjutkan lagi kerja sama kerja dengan perusahaan kalian,” jawab Bima.Raut wajah Bima sangat marah, dia menatap jijik beberapa pria yang berada di ruang vip tersebut. Bima sangat tidak senang seseorang yang licik dan berbuat tidak baik.“Ke-napa?” tanya partner kerja itu terbata.“Karena aku sungguh tidak suka orang yang berpikir sempit,” jawab Bima.Romi mendekati mereka, lalu membisikkan kata, “Kalian ketahuan merencanakan sesuatu,”Raut pria itu terkejut, sebentar saja kenapa rancananya sudah ketahuan, apakah Bima hanya sekedar pura-pura mabuk saja. Romi mengikuti Bima pergi dari bar itu, mereka langsung pulang karena sudah lelah. Sela yang berusaha mengejar Bima dengan pakaian yang sexy menjadi mainan pria hidung belang yang melihatnya. Semua itu adalah balasan dari rencana jahatnya sendiri, kenapa harus berbuat jahat kalau ada jalan yang baik.***“Ayah, kenapa baru pulang, apa ayah lupa sehari lagi, ayah akan menikah,” ucap Brian.“Kamu kenapa belum tidur?” ta

  • Jerat Cinta Sang Duda   Bab 130 Lusa Aku Menikah datanglah

    Romi masih menentang Bima meminum gelas itu. Dia takut karena mungkin saja sudah dicampur dengan sesuatu yang dapat mencelakainya."Hentikan Bima," ucap Romi."Tuan Romi, kenapa Anda sepertinya khawatir dengan bos Anda?" tanya Partner kerja."Kalau terjadi sesuatu pada bos saya. Tidak ada yang menggaji saya lagi," jawab Romi.Partnet kerjasama itu menertawakan Romi. Seperti Bima akan diracuni saja, padahal hanya sebatas minum. "Minuman ini aman, biar aku tunjukkan padamu kalau minuman ini benar-benar aman," ucap Parter kerja itu."Lihat baik-baik aku minum minuman ini," imbuh partner kerja satu lagi.Mereka meneguk dari botol sekaligus sampai setengah botol, lalu mengusap mulutnya dengan punggung tangan."Bagaimana apa kalian berdua percaya sekarang?" tanya partner kerja itu. Bima melirik Romi yang begitu khawatir, Bima mengangguk pelan sehingga Romi tak melarang Bima untuk minum minuman yang diberikan oleh Partner kerjanya. “Aku percaya kalian. Berikan satu gelas bir padaku,” jawab

  • Jerat Cinta Sang Duda   BAB 129 Tugas Seorang Ibu

    Mobil melaju dengan kencang ke arah Dara yang sedang jalan-jalan. Banyak orang berteriak, meminta Dara dan keluarganya segera menepi. Menyadari ada mobil yang mengintainya, Dara segera melindungi Brian dan Ibunya dengan cara menarik ke tepi agar tidak tertabrak mobil.“Sial, kenapa tidak kena,” gumam Irma yang sedang menargetkan Dara. Irma segera pergi meninggalkan jalanan itu agar tidak menjadi bulan-bulanan masa.***“Kamu tidak apa-apa, Nak,” ucap Dara sambil melihat keseluruh tubuh Brian. “Tidak,” jawab Brian lirih, dia masih syok.“Putriku, cucuku, apa kalian baik-baik saja,” imbuh Nyonya Subroto.“Aku tidak apa-apa,” jawab Dara yang masih deg-degan.Beberapa orang menghampiri Dara lalu memberikan air minum agar tidak syok, diantara mereka ada yang sudah merekam mobil melaju kencang dan tercantum plat mobilnya.“Terima kasih semuanya,” ucap Nyonya Subroto.“Bu, ayo kita pulang, Brian sepertinya masih syok atas insiden ini,” bisik Dara.Tadi saat

  • Jerat Cinta Sang Duda   Bab 128 Ibu ingin melihatmu tumbuh dewasa.

    Walau sama-sama jalang tapi Irma belum pernah menikah. Belum pula melahirkan anak, dia masih pantas menikah dengan seorang bujang. Sedangkan Sela sudah pernah melahirkan anak dan berstatus janda. "Sela, tapi kamu tetap kalah dengan seorang gadis yang belum pernah melahirkan," ucap Irma."Mimpi saja kalau kamu merasa menang dariku," bisik Sela."Hehe ... Pada akhirnya kamu dikalahkan oleh Dara. Seorang gadis yang merebut anak, suami, juga harta yang dimiliki oleh Bima dan anakmu," ledek Irma.Sela menjadi meradang karena ucapan Irma. Wanita licik itu memang selalu berhasil membuat hati orang panas."Kurang ajar!" umpat Sela."Siapa yang kurang ajar. Aku atau gadis yang merebut semua perhatian yang seharusnya milikmu?" tanya Irma tapi sebenarnya meledek Sela."Kamu dan wanita itu sama saja. Bedanya Dara orang kaya dan kamu kalau tidak jadi simpanan orang adalah orang miskin," jawab Irma kesal.Irma ikut tersulut emosi, memang keluarganya tak kaya. Tapi bermodal wajah cantik dia berhasi

  • Jerat Cinta Sang Duda   Bab 127 Sama-sama Jalang.

    Brian menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin ikut dengan Sela yang jahat melebihi ibu tiri."Kakek, kalau aku ikut Ibu Sela disiksa nanti bagaimana. Tak dikasih makan?" tanya Brian."Ibu Sela juga menyayangimu. Pasti kamu akan dikasih makan dan tidak akan disiksa?" jawab Tuan Subroto."Sini Brian," ucap Sela sambil menarik lengan tangan Brian kasar."Kakek," panggil Brian sambil menarik lengan tangan Tuan Subroto.Melihat tabiat Sela yang begitu kasar Tuan Subroto tidak tega melepas Brian dengan ibu kandungnya."Sela, kamu lihat sendiri 'kan. Brian tidak mau pergi denganmu," ucap Tuan Subroto."Itu karena Anda sudah menghasut anakku agar tak mau ikut bersamaku," balas Sela kesal."Kakek aku takut," ucap Brian lalu merangkul kaki Tuan Subroto."Tidak usah takut, ada kakek," balas Tuan Subroto.Tuan Subroto memandang Sela yang masih meluapkan amarahnya. Sela masih ingin membawa Brian pergi bersama dengannya. "Anak kecil itu tahu siapa yang tulus dan tidak," ucap Tuan Subroto."Alah o

  • Jerat Cinta Sang Duda   Bab 126 Tidak akan merubah semuanya.

    Sekretaris Lina sangat kaget dengan suara seseorang yang membisikkan hal buruk padanya. Gadis itu menoleh dan ternyata orang itu sangat dia kenal, wanita itu menyungingkan senyuman dan melambaikan tangan."Kamu?" ucap Sekretaris Lina."Kenapa kaget begitu melihatku. Aku ini mantan nyonya bosmu, 'kan," jawab Sela."Hanya mantan saja, Anda ada perlu apa ke sini," balas Sekretaris Lina."Lina sepertinya kamu menganggap dirimu tinggi. Aku akan bilang pada Bima kalau kamu mendambakan Bima untuk menjadi suamimu," ancam Sela.Sekretaris Lina agak gugup tapi kalau sampai mulut Sela ember dia akan mendapatkan mala petaka. Bima sangat tidak suka dengan wanita genit yang mendekatinya."Silahkan saja. Semua wanita mendambakan Pak Bima untuk menjadi suaminya. Itu hal yang wajar termasuk Anda," balas Sekretaris Lina."Kurang ajar kamu, Lina," bentak Sela seraya melayangkan tamparan pada Lina.Saat Sela menampar Lina kebetulan pintu kantoe Bima terbuka. Romi dan Bima sedang ingin keluar dari ruangan

  • Jerat Cinta Sang Duda   BAB 125 Kamu Tetap Kesayangan Ibu

    Brian sangat senang ternyata dari keluarga Dara sangat memperhatikannya. Berarti kehadirannya juga akan diterima di keluarga ibu sambungnya itu.“Aku sangat menyukai semua masakan Ibu,” jawab Brian.“Memangnya ibumu bisa memasak?” tanya Nyonya Subroto.“Bisalah, dan masakannya sangat enak,” jawab Brian.Tuan Subroto memeluk Brian, dia mengecup pipi Brian sebagai bentuk ucapan terima kasih karena telah menerima putri semata wayangnya sebagai ibu.“Terima kasih telah menyayangi Dara,” ucap Tuan Subroto.“Aku harus menyayanginya, karena Dara adalah ibuku,” jawab Brian bersemangat.Tuan Subroto iku senang dan tertawa bersama Brian. Beliau mengelus rambut Brian dengan lembut, mempunyai cucu sambung tidak masalah baginya yang penting Dara dan anak sambungnya saling menyayangi.“Apa kakek boleh minta sesuatu padamu?” tanya Tuan Subroto.“Apa itu, Kek,” jawab Brian.“Kelak kamu sudah tumbuh dewasa, kamu harus mencintai ibumu, juga adikmu kalau memiliki adik,” balas Tuan Subroto.“Kalau ibu p

  • Jerat Cinta Sang Duda   Bab 124 Aku merindukanmu

    Romi mengangguk yang menandakan kalau apa yang akan dia sampaikan adalah hal yang sangat penting.Tuan Subroto langsung mengajaknya ke kantornya."Masuklah, Romi," ajak Tuan Subroto."Terima kasih," balas Romi."Duduklah, jadi hal penting apa yang ingin kamu sampaikan?" tanya Tuan Subroto."Ini mengenai Dara," jawab Romi.Romi menjelaskan secara detail apa yang dia dengar. Romi hanya ingin menyampaikan fakta agar Tuan Subroto berjaga-jaga supaya hal yang tidak diinginkan menjelang pernikahan Bima dan Dara tidak terjadi."Kurang ajar lelaki itu. Beraninya berpikir kotor tentang putriku," gumam Tuan Subroto."Aku hanya menyampaikan apa yang terdengar saja," ucap Romi seraya memberikan rekaman untuk Tuan Subroto.Tuan Subroto semakin geram mendengar bukti rekaman itu. Beliau memutuskan untuk menyewa bodyguard untuk mengamankan putrinya. Tidak ada satu orangpun yang bisa menyakiti Dara selama Tuan Subroto masih hidup."Romi, terima kasih atas kerja kerasmu. Aku akan memberimu imbalan," uc

DMCA.com Protection Status