Share

Gosip

Author: FitriElmu
last update Last Updated: 2024-12-01 20:25:19

Kevin ... Menatap dua manusia berbeda jenis kelamin itu dengan tatapan syok. Apalagi, setelah melihat penampilan sang boss yang berantakan.

"Ma-maaf ... Saya tidak sengaja lewat."

Kevin buru-buru pergi.

Tidak! Kevin bisa salah sangka.

"Kevin,  tunggu!"

Kaleaberanjak, hendak mengejar Kevin. Jangan sampai Kevin salah sangka, yang akibatnya gosip bisa menyebar.

Tapi, tangannya ditahan.

"Mau kemana, kamu!"

Barra menyorotnya galak.

"Itu ... Gue harus jelasin ke Kevin. Dia pasti salah paham." Saking paniknya Kalea, sampai dia lupa dengan penggunakan kata formalnya.

"Tidak perlu," ketus Barra.

Kalea cengo. "Hah? Tap ... Tapi kan ...." menunjuk Kevin. Maksudnya, bukankah seharusnya dia mencegah kecurigaan Kevin? Sebelum menyebar ke yang lainnya, dan menjadi gosip dadakan.

"Tidak perlu. Urusanmu dengan saya lebih penting."

Urusan? Apa?

"Kamu harus bertanggung jawab."

"Hah?!"

.

.

Kalea menatap layar p
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Jerat Cinta Elbarra   P! Maksud?!

    "Baru juga jadi sekretaris pak Barra belum ada berapa minggu, udah berulah aja. Dih." Tahan, Kal. Tahan. Bukannya dari kemarin sudah banyak lontaran kalimat kejam yang ditujukan padanya. Gara-gara gosip sialan uang mudah banget menyebar. Okey! Kupingnya kebal. "Bener. Berani banget godain pak Barra. Pasti ngincer hartanya tuh. Secara, dia kan miskin." Mengabaikan, Kalea mempercepat langkahnya. Masuk ke lift. Omongan orang memang kejam. Dan rasanya percuma juga dia membela diri. Gak ada yang percaya. "Tunggu!" Pintu ditahan dari luar. Gak jadi tertutup. Seorang pemuda menyusul masuk. Melempar senyum pada Kalea. "Maaf, boleh bareng?" pintanya sopan. "Hmm. Silakan." Pemuda itu kembali tersenyum. Mengambil tempat di samping Kalea. Lift kembali menutup. Setelah pemuda itu menekankan tombol tujuan mereka, yang ternyata sama. Kalea sadar, pemuda itu menatap ke arahnya. Tapi dia pura-pura tidak tahu. Lagian, dia gak kenal sama pemuda ini. Dan juga, malas memulai basa basi

    Last Updated : 2024-12-01
  • Jerat Cinta Elbarra   Sengaja Dikerjai

    Jemarinya lincah menari di atas keyboard. Bertanding dengan waktu supaya selesai tepat waktu. Syukur-syukur kalau bisa selesai sebelum waktu yang ditentukan. Ada dua puluhan kandidat yang lolos dalam tes wawancara kali ini, setelah sebelumnya menyaring lewat pemberkasan. Hebat sih, dari ratusan pendaftar, bisa-bisanya cuma dilolosin bijian. Wajar, kriteria yang diberikan Barra lumayan sulit ditembus.Alarm ponselnya berbunyi nyaring. Kalea menyudahi pekerjaannya. Mematikan alarmnya. Lantas merenggangkan tubuhnya sebentar. Jam makan siang. Dia harus menyiapkannya dulu. Dia tahu, dirinya sampai saat ini masih jadi trending topik pergosipan dengan Barra. Hanya saja, Kalea bertekad untuk menebalkan kupingnya. Anggaplah anjing menggonggong kafilah berlalu. Menuruti omongan orang gak bikin hidupnya kaya.Sebelum sampai dapur, ternyata dia berpapasan dengan Aji yang mendorong troli menu makan siang untuk pak boss."Sini, biar aku aja yang bawa, Ji," pintanya pada Aji."Gak usah, mbak. Saya

    Last Updated : 2025-01-03
  • Jerat Cinta Elbarra   Khawatir

    "Maaf, Pak. Bisa ditunggu di luar."Barra mengusap wajahnya. Mengurungkan langkahnya. Menatap pintu yang ditutup. Melangkah ke kursi tunggu. Duduk lesu.Tadi, sekembalinya dia dari ruangan pak Prayit, dirinya dikejutkan dengan Kalea yang tergeletak di lantai. Piring yang dipakainya juga jatuh. Isinya berhamburan di lantai. Barra yang melihatnya panik. Tanpa membuang waktu membopong Kalea dan membawanya ke rumah sakit. Tidak peduli banyak mata yang menatapnya keheranan. Terutama karna yang dibopongnya adalah karyawannya sendiri, yang baru kemarin juga digosipkan punya hubungan dengannya. Tapi maaf, Barra sama sekali tidak memperdulikannya. Yang dia pikirkan, cuma keadaan Kalea kini. Bahkan karna itu, dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Lupa kalau itu bisa membuat mereka celaka. Apalagi dia tadi menolak tawaran bantuan karyawannya untuk menyetirkan. Untung saja, sampai rumah sakit Kalea langsung diterima perawat. Eh, tapi itu juga karna dirinya yang ber

    Last Updated : 2025-01-04
  • Jerat Cinta Elbarra   Bertemu Tak Sengaja

    Sampai di kantor, Kalea berlari. Mengabaikan tatapan heran orang-orang. Tujuan utamanya adalah ruangan Barra. Tapi disana sudah tidak ada siapa-siapa."Sial! Dia pasti langsung ke lokasi. Mana filenya masih sama gue. Gimana dia mau meeting kalau data-datanya aja masih sama gue. Haish!"Kalea kembali ke ruangannya. Lagi-lagi dia mengabaikan tatapan dan pertanyaan dari teman-temannya, yang tentu saja keheranan melihatnya kembali. Padahal baru tadi bikin heboh kantor karna dibopong sang presdir.Kalea mengeprint dokumennya. Menatanya dengan cepat dan cekatan. Sesekali melirik jam tangannya."Sial!" Desisnya tak sabar.Setelah memastikan beres, Kalea kembali berlari ke parkiran. Mengendarai mobil kantor yang tadi dipakainya menuju lokasi. Untung aja dia ada bakat-bakat pembalap. Jadi lihai saja menyalip kanan kiri. Sesekali umpatan lolos dari bibirnya.Sampai lokasi, Kalea mengecek sekilas waktunya. Segera mencari lokasi pertemuan.

    Last Updated : 2025-01-05
  • Jerat Cinta Elbarra   Luka itu Kembali

    Gara-gara itu, Kalea gak bisa lagi makan menu daging sapi. Entah sengaja atau gimana, Barra langsung mencegahnya saat dirinya ingin mengambil daging tersebut. Yang lebih ngeselin, Barra juga sengaja selalu menyelipkan memesan daging sapi disetiap menu makan siang mereka, atau saat meeting di luar dengan klien. Padahal, steak itu sangat menggoda. Tapi gara-gara Barra, dia cuma bisa menatap ngenes. Seenggaknya kalau emang niat perhatian, ya minimal jangan pesen daging sapi kek, ganti menu lain. Ini mah enggak. Ngelarang doang, tapi dirinya santai menikmati hidangannya. Sedangkan dirinya diberikan menu sayuran. Huh! Dia cuma pura-pura alergi daging sapi, bukan mendadak jadi vegetarian. Daging banyak macamnya loh. Ada ikan-ikanan juga. Emang sengaja aja Barra mengerjainya."Kalea gak pesan steak?" Di acara makan-makan petinggi perusahaan yang diadakan di sebuah resto, yang kebetulan dia juga ikut sebagai sekretaris Barra, Pak Lino heran melihat menu pesanannya salad.

    Last Updated : 2025-01-06
  • Jerat Cinta Elbarra   Mimpi Kalea

    Sejak dirinya lahir ke dunia, menjadi bagian dari sesaknya dunia, hingga usia remaja, Kalea rasa, dirinya adalah manusia yang beruntung. Punya orang tua yang harmonis dan melimpahinya dengan kasih sayang. Papanya yang penuh perhatian dan selalu menyempatkan waktu untuk keluarga. Dan mamanya yang selalu ada untuknya. Semuanya sempurna. Ditambah dengan tetangga sebelah yang juga sangat baik. Apalagi, putra pertama si tetangga yang gak cuma tampan, tapi juga baik hati. Yang selalu sedia menjadi sosok yang baik untuk dirinya yang semata wayang. Mungkin, satu-satunya pengganggu dimasa kecilnya hanyalah Elbarra, putra kedua si tetangga. Yang entah kenapa seperti punya dendam padanya. Kalau gak jahil, ya bikin dirinya nangis. Untung saja abangnya Barra malah sering belain dia dibanding si Elbarra nakal.Masa kecilnya benar-benar sempurna. Menjadi kesayangan keluarga, menjadi adik sekaligus anak perempuan di kelurga tetangga. Ah, indah sekali masa-masa itu.Entah apakah ad

    Last Updated : 2025-01-07
  • Jerat Cinta Elbarra   Hinaan Adik Tiri

    "Mbak Kalea!"Langkah Kalea terhenti. Terkejut mendapati siapa yang memanggilnya. Alfin."Ngapain kamu disini, Fin?"Alfin, adik tirinya itu bisa berada di halaman kantornya. "Mbak, aku mau ngomong." Alfin memegang tangannya. Tapi langsung Kalea tepis."Disini aja.""Gak, mbak. Banyak orang.""Gue keburu telat, Fin.""Tapi ini penting." Alfin kembali memegang tangannya sebelum dia sempat protes lagi. Dan menarik paksa ke parkiran yang lebih sepi."Lo apain mama?" Sorot Alfin berubah tajam. Bahkan tak ada panggilan sopan seperti tadi. "Lah, gue gak ngapa-ngapain," tukas Kalea, mengusap tangannya yang memerah. Cukup kuat Alfin menarik tangannya tadi."Halah! Jangan bohong. Lo marahin mama kan? Ngehina-hina mama?" Sinis Alfin. Kalea menatapnya aneh. Dia memang tidak dekat dengan Alfin. Bertemu juga cuma beberapa kali. Tapi, biasanya Alfin tidak sekasar itu bicara dengannya."Lo ngomong apa sih, Fi

    Last Updated : 2025-01-07
  • Jerat Cinta Elbarra   Kena Semprot

    "Kal, lo baik-baik aja?" Kevin yang sedari tadi melihat Kalea bolak balik komputer dan mesin print menatap prihatin. Apalagi, dilihatnya gadis itu suram. Tak seperti biasanya. Kalea hanya mengangguk. Sesekali mendekat ke komputer. Memeriksa jika ada tulisan yang salah. Ayolah, dia harus profesional, bukan? Jangan sampai karna mementingkan egonya, dia malah menganggu kinerja Barra. "Perlu gue bantu?" tawar Kevin."Gak usah, Vin. Bentar lagi juga beres, kok," sahut Kalea, dengan tanpa mengalihkan netranya dari layar komputer. Sesekali membenarkan kacamata bacanya yang melorot."Kalau gitu gue print-kan?""Gak usah, Vin. Thanks.""Gak papa, Kal. Sini." Kevin merebut flashdisk dari tangan Kalea. Dan gadis itu mengela napas pasrah. Baiklah, mungkin dia bisa istirahat sejenak sebelum kembali berhadapan dengan Barra. Netranya menatap Kevin yang tengah sibuk dengan printer. Menata kertas yang keluar, dan memberinya klip."Thanks, Vin," ucap Kalea

    Last Updated : 2025-01-08

Latest chapter

  • Jerat Cinta Elbarra   Minuman Aneh

    "Ganti disini saja," tukas Barra saat dirinya mendekat. Pria itu tampak sibuk dengan ponselnya. Sampai melihat ke arahnya saja enggan. Namun, reaksi yang didapatnya justru lain. Barra menatapnya tajam dengan mata menyipit. Dengkusan lirih terdengar. Tanpa kata, pria itu beranjak dari duduknya, mengabaikan Kalea yang bingung dengan reaksi pria tersebut. "Emang jelek banget, ya?" Kalea bermonolog. Menatap penampilannya sendiri. Ya wajar saja. Dia ambil baju termurah disini. Apa yang diharapkan? "Coba ini." Barra menyodorkan gaun ke arahnya. Gaun cantik yang sebenarnya dia incar. Tapi urung karna harganya di luar nalar. "Tapi ini mahal, pak. Gaji saya kurang." "Memang apa urusannya dengan gajimu? Cepat, dicoba sana." Kalea menerimanya ragu. Dia masih bimbang. Tapi akhirnya dia kembali ke ruang ganti. Dengan membawa gaun tersebut. Menatap nanar bandrol harga di gaun itu. Lima puluh juta. Yang

  • Jerat Cinta Elbarra   Pergi Berdua

    "Aaahh ... Akhirnya selesai juga," Kalea merentangkan tangan, memutar pelan lehernya ke kanan dan kiri. Lantas mematikan laptop dan bersiap-siap untuk pulang. Kalea mengerling pandang ke ruangan sebelah. Belum ada tanda-tanda si boss bakal keluar. Ck. Jangan bilang pemuda itu lembur. Alamat dia juga gagal pulang. Ya kali, dia nekat pulang sementara bossnya saja belum pulang. Huft. Padahal dia sudah beres. Tinggal pulang.Kalea meletakkan dagunya di meja kerja. Membuat bibirnya manyun otomatis. Beberapa saat kemudian ponselnya berdering. Tanda ada panggilan masuk. Dengan malas gadis itu merogoh tasnya. Mengambil ponsel tanpa merubah posisinya. Bahkan menekan tombol hijau dengan gerakan malas. "Halo ...""Jangan langsung pulang."Gadis itu tersentak. Sontak menegakkan tubuhnya, mengangkat wajah. Menjauhkan ponsel demi memastikan siapa yang memanggil. Padahal dia tahu, itu suara Barra."Eoh?" ucapnya, cengo."Tunggu seben

  • Jerat Cinta Elbarra   Pindah Kerja

    Pagi-pagi, Kalea geger melihat mejanya sudah dihuni karyawan lain."Loh, Miko! ini kan meja gue?" seru Kalea. Menatap tak terima. "Itu kan kemarin, Kal. Sekarang meja gue.""Lah, mana bisa?! Tiba-tiba pindah aja," sungut Kalea, kesal.Hana dan Kevin yang melihat keributan itu hanya menonton. Mereka juga gak tahu tiba-tiba Miko pindah ke meja Kalea. Dia bilang dia dapat perintah."Lah, gue juga cuma disuruh, Kal. Mana mungkin gue main pindah-pindah aja. Yang ada kena SP gue ntar," Miko membela diri.Iya juga sih. Tapi, tetep aja kan ...."Terus, gue dimana, dong?" Kalea mencebik. Harusnya gak tiba-tiba gini dong. Ditambah, perintahnya sepihak. Dia aja gak tahu apa-apa."Ya gue gak tahu, Kal." Miko menggendikkan bahu santai. Kembali merapikan meja yang beralih jadi miliknya itu."Emang yang nyuruh siapa, Mik?" Kevin menimpali. Tatapannya menyelidik. Siapa tahu Miko bohong."Pak Lino. Tadi pagi gue ditelpon beliau, disur

  • Jerat Cinta Elbarra   Gengsi

    Netranya tertuju pada pemuda yang sedang menikmati makanannya. Nampak lahap, padahal makanan warteg. Kalea memang tadi keluar, membelikan pakaian untuk Barra, sekalian makan. Dia tidak punya uang banyak. Untuk dirinya saja dia berhemat. Jadi dia membelikan seadanya. Bukan pakaian bermerek seperti yang biasa dipakai Barra. Yang penting nyaman dan bisa buat ganti. Mau dipakai syukur, enggak ya terserah. Ah, untung saja masih ada toko yang buka. Coba kalau enggak?Tapi lihatlah, pakaian itu pas di tubuh Barra. Kaos pendek putih oversize  sesiku, menampakkan otot lengan yang kekar. Ternyata waktu berlalu. Barra yang dikenalnya dulu, jauh berbeda. Termasuk proporsi badannya. Pria ini, pasti banyak berolahraga. Otot liatnya tercetak bagus. Urat tangannya menyembul dengan jemari panjang lentiknya. Tangannya saja kalah lentik dengan milik Barra. Tangannya mungil, agak bantet dikit. Tanpa sengaja Kalea melebarkan jemarinya. Membandingkan dengan milik Barra.  Pandangannya j

  • Jerat Cinta Elbarra   Nginap

    Karna kesalnya, Kalea tidak mempedulikan bagaimana Barra pulang. Dia bahkan mengabaikan Barra yang ternyata mengikuti di belakangnya. Salah sendiri, gak peka. Seharusnya kalau memang gak tahu jalan, kan bisa bangunin dia. Bukan malah diem-diem menyesatkan. Terus, harusnya dia juga inisiatif nelpon siapa kek. Emangnya supirnya tadi gak merasa kehilangan bossnya? Aneh banget. Jadi cowok kok gak ada inisiatif.Untung saja bajunya sudah kering. Tapi tetap saja dingin. Apalagi malam setelah hujan begini. Ditambah, capek setelah bekerja. Tapi demi bisa cepat pulang, dia terpaksa menahan semuanya. Masuk ke gang, Kalea sedikit melirik ke belakang. Masih ada derap langkah Barra. Berarti Barra mengikutinya? Kalea mengela napas. Baiklah. Dia coba lihat sampai depan kosan. Apa Barra masih akan mengikutinya? Daripada dia salah omong lagi, dan dikatai kepedean.Ternyata benar. Barra masih di belakangnya. Kalea mengela napas. Mengurungkan niat membuka pagar.Ga

  • Jerat Cinta Elbarra   Kebablasan

    Halte.Kalea memandang lekat akun rekening online-nya. Sejumlah nominal tertulis disana. Helaan napas berat terembus. Memejamkan mata, seraya menyandarkan kepala di dinding halte. "Gue benci lo! gara-gara lo mama gue terbuang! Gara-gara mama lo hidup gue hancur! Papa jadi miskin gara-gara milih mama sialan lo itu!"Kalimat Alfin terus terngiang-ngiang di kepalanya. Dia bisa merasakan betapa hancurnya Alfin. Korban keegoisan para orang tua. Sama seperti dirinya. Hanya saja, dirinya memilih menjauh dari sumber rasa sakit. Sedangkan Alfin, mungkin dia tidak ada pilihan. Sehingga dia merasa hanya dirinyalah yang menjadi korban disana. Jujur, dia ingin menyahut sama kerasnya dengan teriakan Alfin padanya. Bahwa bukan cuma Alfin yang terluka. Tapi dia juga! Bukan cuma Alfin yang kehilangan fasilitas hidup nyamannya. Tapi dia juga! Bukan cuma Alfin yang sengsara!Tapi ... Dia tak tega. Alfin jauh lebih muda darinya.Masih dalam posisi yang sama. Kal

  • Jerat Cinta Elbarra   Kena Semprot

    "Kal, lo baik-baik aja?" Kevin yang sedari tadi melihat Kalea bolak balik komputer dan mesin print menatap prihatin. Apalagi, dilihatnya gadis itu suram. Tak seperti biasanya. Kalea hanya mengangguk. Sesekali mendekat ke komputer. Memeriksa jika ada tulisan yang salah. Ayolah, dia harus profesional, bukan? Jangan sampai karna mementingkan egonya, dia malah menganggu kinerja Barra. "Perlu gue bantu?" tawar Kevin."Gak usah, Vin. Bentar lagi juga beres, kok," sahut Kalea, dengan tanpa mengalihkan netranya dari layar komputer. Sesekali membenarkan kacamata bacanya yang melorot."Kalau gitu gue print-kan?""Gak usah, Vin. Thanks.""Gak papa, Kal. Sini." Kevin merebut flashdisk dari tangan Kalea. Dan gadis itu mengela napas pasrah. Baiklah, mungkin dia bisa istirahat sejenak sebelum kembali berhadapan dengan Barra. Netranya menatap Kevin yang tengah sibuk dengan printer. Menata kertas yang keluar, dan memberinya klip."Thanks, Vin," ucap Kalea

  • Jerat Cinta Elbarra   Hinaan Adik Tiri

    "Mbak Kalea!"Langkah Kalea terhenti. Terkejut mendapati siapa yang memanggilnya. Alfin."Ngapain kamu disini, Fin?"Alfin, adik tirinya itu bisa berada di halaman kantornya. "Mbak, aku mau ngomong." Alfin memegang tangannya. Tapi langsung Kalea tepis."Disini aja.""Gak, mbak. Banyak orang.""Gue keburu telat, Fin.""Tapi ini penting." Alfin kembali memegang tangannya sebelum dia sempat protes lagi. Dan menarik paksa ke parkiran yang lebih sepi."Lo apain mama?" Sorot Alfin berubah tajam. Bahkan tak ada panggilan sopan seperti tadi. "Lah, gue gak ngapa-ngapain," tukas Kalea, mengusap tangannya yang memerah. Cukup kuat Alfin menarik tangannya tadi."Halah! Jangan bohong. Lo marahin mama kan? Ngehina-hina mama?" Sinis Alfin. Kalea menatapnya aneh. Dia memang tidak dekat dengan Alfin. Bertemu juga cuma beberapa kali. Tapi, biasanya Alfin tidak sekasar itu bicara dengannya."Lo ngomong apa sih, Fi

  • Jerat Cinta Elbarra   Mimpi Kalea

    Sejak dirinya lahir ke dunia, menjadi bagian dari sesaknya dunia, hingga usia remaja, Kalea rasa, dirinya adalah manusia yang beruntung. Punya orang tua yang harmonis dan melimpahinya dengan kasih sayang. Papanya yang penuh perhatian dan selalu menyempatkan waktu untuk keluarga. Dan mamanya yang selalu ada untuknya. Semuanya sempurna. Ditambah dengan tetangga sebelah yang juga sangat baik. Apalagi, putra pertama si tetangga yang gak cuma tampan, tapi juga baik hati. Yang selalu sedia menjadi sosok yang baik untuk dirinya yang semata wayang. Mungkin, satu-satunya pengganggu dimasa kecilnya hanyalah Elbarra, putra kedua si tetangga. Yang entah kenapa seperti punya dendam padanya. Kalau gak jahil, ya bikin dirinya nangis. Untung saja abangnya Barra malah sering belain dia dibanding si Elbarra nakal.Masa kecilnya benar-benar sempurna. Menjadi kesayangan keluarga, menjadi adik sekaligus anak perempuan di kelurga tetangga. Ah, indah sekali masa-masa itu.Entah apakah ad

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status