Akbar mengakhiri panggilan Aldi, kedua tangannya mengepal karena kesal. Dulu bocah itu mengacaukan rumah tangganya. Saat ini, ia tidak ingin hal itu terulang lagi.
"Rupanya kamu berani bermain denganku," ujar Akbar. Menoleh karena mendengar Sussana bergumam, menghampiri wanita yang sedang mengandung anaknya.
"Kenapa, sayang?" tanya Akbar sambil mengusap lembut surai Sussana. Tanpa disadari Sussana, ia tidur memeluk erat Akbar. Akbar tidak menolak, bahkan ia merasa senang jika istri kecilnya bisa agresif.
Esok pagi, Akbar yang sudah siap ke kantor lengkap dengan pakaian kerjanya. Sedangkan Sussana baru saja bangun, mengucek kedua matanya memastikan dimana ia berada.
"Kita di rumah Papih," ujar Akbar seakan tau yang menjadi kebingung
Haiiii, jangan lupa jejaknya ya
"Asal kamu tau, aku dan Pak Akbar memiliki hubungan. Hubungan saling memuaskan, jadi jangan senang dulu dinikahi oleh Pak Akbar. Nyatanya dia masih butuh pelampiasan dengan orang lain,” Maya sengaja menyampaikan hal yang tidak benar agar hubungan antara Sussana dan Akbar memburuk, hingga ada celah untuknya mendekati Akbar. "Sampai Pak Akbar tau aku melakukan ini, affair antara kami akan tersebar," ancam Maya. Sussana menitikan air mata, karena sakit di rahangnya dan juga hatinya. Setelah Maya melepaskan tangan dari rahang Sussana dan meninggalkannya, Sussana bergegas kembali ke ruangan Akbar. "Dari mana?" tanya Akbar namun tatapannya pada layar komputer. Sussana diam tidak berani menoleh, karena dia yakin tampilan wajahnya saat ini akan menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran. "Lain kali, bawa ponsel kamu," ucap Akbar. "Aku mau pulang," sahut Sussana yang saat ini kembali duduk pada sofa dan membelakangi Akbar. "Aku berencana
Aldi berdecak, “Yah, padahal ini penting banget apalagi suami kamu yang sudah tua itu sedang di luar kota.” “Dewasa Kak bukan tua,” Sussana meralat kalimat Aldi. “Udahlah, mending kita cabut,” ajak Irgi. “Eh nanti dulu. Sussana, kata kuncinya adalah Akbar dan Inggrid,” ujar Aldi sambil berlalu. "Maksud Kak Aldi apa?" Sussana kini berjalan berusaha mengejar Aldi. "Na." "Sussana." Panggil Irgi dan Reni serempak. "Udahlah Na, dia cuma mau provokasi loe aja" ujar Reni sambil menahan Sussana dengan mencekal lengan Sussana. Aldi tertawa, "Sebelumnya ke Surabaya, mereka punya cerita di sana. Sekarang ke mana?" Aldi memegang dagunya seakan sedang berfikir. "Ahhhh," ucapnya, "Jogya. Kenapa? Benar ucapan aku." Sussana menghela nafasnya, jujur ia tidak ingin berurusan dengan pria brengsek itu tapi ia penasaran dari mana Aldi tau urusan pekerjaan suaminya, dan tentang rahasia yang dimaksu
Berada di luar kota hanya dua hari dari perkiraannya yang akan menghabiskan waktu satu minggu, karena khawatir Sussana akan terpengaruh dengan Aldi.Meski hanya dua hari, rasa rindu itu tetap membuncah. Bahkan saat mereka sampai apartement Akbar langsung menyatukan bibir mereka. Sussana hanya bisa meremas kemeja Akbar bagian depan. Bahkan ciuman Akbar tersebut terasa sedikit kasar, bak seorang manusia kelaparan yang baru bertemu makanan. Sussana kewalahan, nafasnya terengah saat pagutan itu terpaksa berhenti karena tubuh Akbar yang ia dorong. "Pak Akbar, ihhhh," ucapnya. "Kamu enggak mau ubah panggilan ke aku?" tanya Akbar sambil merapihkan helaian rambut Sussana. Wajah istrinya dilihat dari dekat seperti ini tampak semakin menggemaskan. "Diganti apa?" Akbar hanya mengedikkan bahunya, "Enaknya kamu mau panggil apa?" Sussana yang sedang duduk setengah berbaring pada sofa tampak berfikir, "Hmm, Abang gak cocok. Kak
Masih sangat pagi saat Sussana terbangun dan bergegas ke kamar mandi, berada di wastafel memuntahkan isi perutnya yang masih kosong. Entah mengapa ia merasakan kembali rasa mual bahkan muntah seperti awal kehamilan. Sayup-sayup terdengar suara di kamar mandi membuat Akbar terjaga dan menoleh pada ranjang disebelahnya. Tidak menemukan Sussana di sana, ia pun beranjak menuju kamar mandi. “Loh, mual lagi?” tanyanya sambil memijat tengkuk Sussana. Wajah istrinya terlihat pucat, setelah membasuh dan mengelap dengan handuk kecil yang tergantung di sana, Akbar merengkuh Sussana dan membawanya kembali ke ranjang. “Aku buatkan teh hangat dulu,” ucap Akbar lalu menyelimuti tubuh Sussana. Menghabiskan setengah dari isi gelas yang Akbar sodorkan membuat perutnya terasa hangat, “Mas Akbar,” panggil Sussana dengan manja, “usapin punggung aku.” Akbar menghampiri Sussana setelah meletakan gelas yang dibawanya ke atas nakas, berbaring di belakang tubuh Sussana yang sedang dal
“Ini peringatan terakhir, jangan main-main denganku. Saya kenal sebagian besar wanita yang kamu dekati. Saya bisa hancurkan kamu lewat mereka,” ungkap Akbar, “saya rasa kamu paham apa yang saya sampaikan. Silahkan lanjutkan pilihan hidup kamu dan jangan mengusik Sussana.” Setelah kepergian Akbar dan orang-orangnya, Aldi hanya bisa mengumpat karena tidak dapat berkutik melawan Akbar. Ia menghubungi seseorang dan melakukan janji untuk bertemu secepatnya. Malam harinya, Aldi sudah berada di depan unit apartement. Menekan belnya tidak lama kemudian terbukalah pintu, "Masuklah," titah Inggrid. "I'm give up, merayu Sussana agar hubungan mereka renggang apalagi bubar sangat sulit. Entah karena ia sudah sangat mencintai suaminya atau memang sudah tidak percaya padaku," ungkap Aldi. Inggrid yang memakai gaun tidur menyilangkan kedua tangan di dada, gaun pendeknya mengekspos kedua kaki yang terlihat jenjang dan mulus tanpa noda. "Oke,
"Shitttt," maki Akbar lalu menjauhkan tubuhnya dari Sussana yang langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos. Akbar meraih ponsel yang berada di atas nakas, ternyata panggilan dari Bowo yang sedang lembur. Cukup lama Akbar memberi arahan melalui telpon, setelah mengakhiri panggilannya, Akbar menoleh ke arah Sussana. Wanita dengan perut buncit dan terlihat semakin seksi itu sudah terlelap bergelung dengan selimut. "Dasar Bowo, ganggu aja. Udah begini mana aku tega bangunkan Sussana." . . . Esoknya, yang bertepatan dengan hari minggu, Akbar dan Sussana yang masih memejamkan mata sengaja bermalas tubuh untuk tidak bangun awal seperti hari biasanya. Sussana yang memeluk perut Akbar, bergerak merubah posisinya. Membuat Akbar terbangun dan menegang. "Ahhh, masih pagi udah turn on aja. Apa karena semalam gagal ya. Sayang, geser dulu. Posisi kita bahaya nih, aku bisa langsung terkam kamu kalau kamu enggak pindah posisi." Masih dengan memeluk Akbar namun salah satu lutut
“Aku sudah tidak ada urusan dengan Aldi,” ucap Inggrid. “Owh ya,” Sussana membuka ponselnya dan menampakan foto Aldi yang masuk ke dalam apartement Inggrid.Inggrid menatap tajam pada Sussana, Akbar meraih ponsel Sussana dan melihat foto yang dimaksud. Beberapa hari yang lalu saat Sussana pulang dijemput oleh orang-orang kepercayaan Akbar waktu ia bertemu Aldi di cafe. Sussana berniat mencari tau keseharian Aldi dan hubungannya dengan mantan istri Akbar. Mendapat rekomendasi dari ayahnya untuk melibatkan orang-orang kepercayaannya dan diperoleh beberapa informasi terkait Aldi, termasuk kedekatannya dengan Inggrid dan wanita lainnya. Kembali ke saat ini, "Inggrid, sebaiknya kamu pergi. Jangan buat keributan disini," titah Papih Akbar."Aku akan pergi, tapi kamu harus tau hal ini Sussana. Kelakuan suaminya saat di luar rumah." Inggrid memberikan amplop coklat pada Sussana. Sussana membuka amplop yang diberikan Inggrid, menata
Kedua mata Sussana nampak berembun bahkan kini mulai terisak. “Mas Akbar jahat, aku benci mas Akbar.” Sussana memukuli dada Akbar. Akbar merengkuh Sussana dalam pelukannya, “Maaf, sayang. Tapi aku sungguh-sungguh hanya mencintai kamu,” ungkap Akbar. “Sussana, kamu enggak kangen aku?” tanya Akbar. Masih berada dalam rengkuhan tubuh Akbar, Sussana hanya diam. Tidak perlu ditanya bagaimana rasa rindu Sussana pada Akbar, namun ia tidak ingin mengungkapkan. Walaupun Akbar sebenarnya sudah mendengar kerinduan Sussana. "Enggak," ucap Sussana lalu menjauh dari pelukan Akbar. Akbar meletakan dahinya pada bahu Sussana, sedangkan tangannya melingkar pada perut buncit wanita itu. "Tapi aku kangen banget." "Mas Akbar mending cepat pergi sebelum Bunda datang," ujar Sussana. Akbar mengeluarkan ponselnya dan menunjukan beberapa video yang bisa menjelaskan kejadian malam itu."Kamu harus percaya, sayang. Aku enggak ada sedikitpun