Share

BAB 95

Penulis: Selfie Hurtness
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Jadi kapan?"

Tjandra yang tengah sibuk dengan iPad-nya menoleh, mendapati Feni keluar dari kamar mandi dan duduk di tepi ranjang. Tampak sang istri menatapnya dengan seksama, membuat Tjandra menghela napas panjang dan meletakkan benda itu di meja. 

"Apanya yang kapan?" Tjandra balik bertanya, fokus menatap Feni yang sudah terindikasi hendak mengajaknya ribut. 

"Morgan bawa calonnya, lah! Apa lagi sih memangnya?" Feni bersungut-sungut, membuat tawa Tjandra hampir pecah melihat berapa masam wajah sang istri. 

"Ohh." Tjandra sudah menebak, pasti ini yang hendak Feni bahas. "Lusa, kemarin Morgan bilang lusa dia mau bawa Clara ke rumah."

Feni menghela napas panjang. Dia merebahkan tubuhnya di atas kasur, menarik bedcover dan menutupi tubuhnya. Tjandra meraih kembali iPad yang tadi dia letakkan. Agaknya Feni tidak terlalu rewel malam ini. Ancamannya tadi benar-benar mampu membungkam sang istri yang biasanya ribut dan rewel setengah mati.&

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Lila Khalila
ayo dong dilanjuttt,, jd penasaran dwehhh
goodnovel comment avatar
Agustina Ery
kasihan kamu in
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 96

    "Morning!" Clara hampir berteriak ketika tangan kekar itu melingkar di pinggangnya, memeluknya dengan begitu erat.Clara tersenyum, mencubit lengan Morgan karena dia tahu di ruangan itu tidak hanya mereka berdua yang ada di sana, Mbok Sam pun ada, nampak menahan senyum sambil fokus memotong sayuran."Lepas!" bisik Clara setengah tersenyum ketika tangan itu malah semakin erat memeluk tubuhnya."Kenapa sih?" Morgan malah menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Clara, membuat tubuh Clara meremang seketika."Ada Mbok Sam!" kembali Clara melotot, menatap Morgan yang nampak acuh dan tidak bergerak sedikitpun dari posisinya.Morgan meraih pisau yang ada di tangan Clara, meletakkan benda itu di meja dan menarik Clara pergi dari dapur."Eh ... kemana? Aku mau bantuin Mbok Sam!" Clara mencoba mempertahankan diri, tentu dia tidak enak dengan wanita paruh baya yang bekerja di rumah Morgan. Kerja Mbok Sam jadi bertambah semen

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 97

    “Kenapa ingin jadi pediatric?”Jimmy mengurungkan niatnya menyuapkan nasi itu. Ditatapnya Indira dengan saksama. Ah ... bahkan cara dia makan dan mengunyah makanan begitu mirip dengan Kirana. Apakah dia reinkarnasi dari Kirana? Tapi apakah betul reinkarnasi itu ada? Atau malah dia ini kembaran Kirana?“Sejak dulu, pertama kali koas di stase anak, saya sudah jatuh cinta dengan ilmu kesehatan anak, Dok.” Jawab Jimmy jujur apa adanya. Memang itu alasan dia masuk PPDS anak.Indira mengangguk, membuat Jimmy akhirnya bisa fokus pada nasi uduk yang ada di hadapannya. Apakah Indira memang seperti ini? Seperti ini dalam artian dia selalu ramah dan welcome kepada semua orang seperti saat ini dia memperlakukan Jimmy. Ataukah ... Ah! Jimmy membuang perasaan itu jauh-jauh. Kenapa dia bisa jadi GR begini?“Istri dokter juga?”Hampir saja Jimmy tersedak nasi yang memenuhi mulutnya, ia bergegas meraih botol air mineral dan meneg

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 98

    Indira masih melamun dengan bayangan residen itu di kepalanya, ketika mendadak pintu ruang prakteknya terbuka dan sang suami muncul dari pintu itu.Wajah Arga nampak masam, melangkah tanpa banyak bicara lalu menjatuhkan diri di depan meja Indira. Indira mengubah posisi duduk santainya jadi serius, menatap lelaki itu dengan kening berkerut."Kau tidak coba mengagalkan spermaku membuahimu, kan, In?" Tanya Arga tanpa basa-basi."Apa maksudmu?" Indira terkejut, bukan apa-apa, hanya saja yang Arga tuduhkan itu ada benarnya! Diam-diam ketika sudah di rumah sakit, ia menenggak pil kontrasepsi darurat agar pergumulan terpaksa yang terjadi semalam tidak menghasilkan apapun meskipun Arga berkali-kali menumpahkan spermanya di dalam."Sudah cek ke obsgyn? Atau setidaknya pakai testpack?" Nampak Arga menyelidik, membuat Indira menghela napas panjang."Belum, kenapa?" Tanya Indira mencoba santai."Kenapa katamu?" Suara

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 99

    "Temani saya nanti malam! Bisa?"Jantung Jimmy seperti hendak lompat dari tempatnya, dia tidak salah dengar, bukan? Apa yang Indira tadi katakan? Dia ingin Jimmy menemaninya nanti malam? Menemani yang seperti apa? Pikiran Jimmy sudah kemana-mana, dia hendak memperjelas apa maksud Indira, namun lidahnya mendadak kelu. Tidak ada suara yang keluar meskipun Jimmy sudah mati-matian mencoba bersuara."Saya tunggu di La Bella Resto, Jim. Jam tujuh tepat!" Indira lantas bangkit, menyunggingkan senyum manisnya lalu melangkah dengan begitu anggun meninggalkan Jimmy yang masih tertegun di tempatnya duduk.Sedetik dua detik otak Jimmy masih membeku, tidak bisa berpikir apapun. Tidak bisa mengirimkan sinyal perintah apapun ke organ tubuhnya!Hingga kemudian Jimmy lantas bisa berpikir dengan jernih ketika ia berhasil menguasai dirinya, ketika dia berhasil mengenyahkan pikiran-pikiran kotor itu dari dalam otaknya."Astaga! Kenapa pikiranku sampai sana

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 100

    Tangan Clara sontak terulur, mencubit hidung Morgan dengan gemas. Namun Morgan tidak terlalu mempermasalahkannya, ia lantas melepaskan pelukan, menarik tangan itu dan menjatuhkan diri di atas sofa.Tubuh itu dia tarik hingga jatuh tepat di pangkuan Morgan. Menarik bahunya hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa centi. Mata mereka beradu dengan senyum yang begitu manis merekah di wajah Morgan. Ia menekan kepala Clara dan meraih bibir itu dengan begitu ganas.Tidak ada percakapan lanjutan yang terjadi, karena baik Clara atau Morgan lebih memilih fokus pada agenda dadakan mereka saat ini. Mata mereka kembali beradu. Tanpa perlu banyak bicara, baik Morgan ataupun Clara sudah paham dan mengerti apa arti masing-masing tatapan mata itu. Perlahan-lahan mulai menikmati detik demi detik mereka dalam ruangan itu. Ruangan yang selama ini begitu kaku, perlahan-lahan melunak oleh desah tertahan keduanya.Ini kali pertama Morgan melakukan kegilaan ini, ka

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 101

    Jimmy menatap bayangan dirinya di cermin. Dia sudah kembali ke rumah kostnya. Tempat yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah sakit. Tentu Jimmy sudah hitung betul-betul keuntungan jika mencari rumah kost yang jaraknya begitu dekat dengan rumah sakit. Dia akan menghemat waktu perjalanan dan bisa segera meluncur kapanpun jika dibutuhkan. Tinggal satu jam lagi! Sekarang pukul 6 dan Jimmy sudah begitu rapi dengan kemeja dan celana bahan. Bertemu dengan anak pemilik rumah sakit yang juga seniornya, tentu Jimmy harus rapi dan sopan, bukan? Mendadak Jimmy ragu. Sebenarnya apa tujuan Indira hendak bertemu dengannya malam ini? Bukan apa-apa, Jimmy takut terlalu tinggi berekspektasi dan berakhir dengan kekecewaan dan rasa malu. Apa yang sebenarnya ada dalam pikiran Jimmy menanggapi ajakan Indira yang terlihat begitu 'lain' tadi? Apa arti dari kata 'Temani saya malam ini?'Temani yang seperti apa? Temani makan malam dan membahas apa-apa yang harus Jimmy lakukan

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 102

    Feni mengeram, tampak meja makan mereka begitu riuh dan ramai. Semua berkat kedatangan sosok itu, wanita yang sialnya benar-benar luar biasa baik penampilan maupun pembawaannya. Pantas saja Morgan kekeuh hendak menikahi wanita ini, Callista kalah telak rupanya! "Om buka aja nih kartu Morgan, jarang dia serius sampai merengek minta nikah begini. Biasanya cewek cuma buat main-main sama dia!""Ah Papa! Jangan gitu lah, bongkar aib nih!" Morgan sontak mencebik, menatap gemas ke arah Tjandra yang tergelak itu. "Loh daripada dia tahu dari orang lain, lebih baik jujur di awal, kan, Gan?" Tjandra tidak mau disalahkan, intinya Clara harus tahu bahwa lelaki yang hendak menikahinya ini adalah playboy insyaf. Sementara itu Clara hanya mengulum senyum sambil mengangguk pelan, membuat Morgan geleng-geleng kepala karena kelakuan sang pala yang begitu entengnya membuka aib Morgan di depan Clara. Semua nampak begitu gembira, tertawa lepas sambil menik

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 103

    "Ibu nggak pamit dia mau kemana gitu?" Arga mengintrogasi salah satu asistennya, bagaimana tidak kalau mendadak tanpa pamit sang istri lenyap dari rumah.Mobil Indira masih ada di halaman rumah mereka, yang mana artinya dia pergi tanpa membawa mobil. Lantas dia naik apa? Hendak kemana sampai-sampai mobilnya tidak dibawa? Ini lain dari kebiasaan Indira selama ini."Nggak bilang, Pak. Saya juga nggak berani tanya karena ibu tadi kayak buru-buru banget."Arga mengeram, ia menghirup udara banyak-banyak. Mengusap wajahnya dengan kedua tangan lalu kembali menatap Sari dengan seksama."Pakai baju dinas atau apa?" tentu dugaan Arga sang istri ada cito, pergi ke rumah sakit seperti kebiasaan para petugas medis macam mereka. Tapi kenapa mobilnya tidak dibawa?"Nggak, Pak!" Sari menggeleng, "Ibu dandan cantik banget."Mata Arga sontak terbelalak, ia menatap Sari dengan tatapan tidak percaya. Arga tidak salah dengar, bukan? Dari ekspresi dan

Bab terbaru

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 7

    Siang ini cuaca begitu terik. Langit bernuansa biru menyegarkan mata. Bersih tanpa ada satupun awan yang menggantung.Lelaki paruh baya itu nampak tengah menggendong bayi laki-laki di dalam sebuah ruangan inap VVIP di rumah sakit miliknya sendiri. Senyum lelaki itu sejak tadi terus mengembang dengan mata memerah. Wajahnya nampak begitu bahagia dengan bayi laki-laki dengan berat badan lahir 3700 gram dan panjang 53 cm itu. Satria Dwipangga Putra. Sebuah nama yang kedua orang tua bayi tampan itu berikan. Nama yang terdengar begitu gagah dan jantan sekali. "Papa udah satu jam-an gendong Angga, nggak capek, Pa?"Dicky menoleh, nampak Jimmy berdiri di sampingnya. Dia sendiri malah tidak sadar sudah selama itu menggendong cucu tampannya ini. Dicky tersenyum, menyerahkan bayi merah itu pada sang ayah. "Berikan ke Indira, sudah jamnya dia menyusu, Jim."Jimmy menerima Angga dengan hati-hati, tersenyum lalu membawa Angga mendekati sang mama yang menanti di atas ranjang. Dicky hanya menata

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 6

    Dicky melangkah dengan tergesa dan sedikit panik begitu ia selesai menerima panggilan telepon itu. Keringat dingin mengucur membasahi dahi dan wajahnya. Dia panik, sangat panik! Tidak dia hiraukan siapa-siapa saja yang berpapasan dengannya, fokusnya hanya melangkah menuju VK, tempat di mana Indira, anak bungsu kesayangan Dicky dibawa setelah didera kontraksi. Dicky langsung masuk ke dalam, tertegun melihat pemandangan itu ada di depan matanya. Hati Dicky bergetar hebat. Matanya memanas. Dadanya mendadak sesak. Pemandangan itu seperti menampar dirinya dengan begitu keras, menyadarkan dia bahwa apa yang Indira katakan perihal Jimmy itu ada benarnya. Dicky tersenyum, menyeka air matanya perlahan-lahan. Agaknya memang dia harus menurunkan Arga dari tahta hatinya. Memberi kesempatan Jimmy yang statusnya sekarang sudah menjadi menantunya untuk menunjukkan kepada Dicky bahwa dia juga layak. Sama halnya dengan Arga untuk menjadi bagian dari keluarganya, menyandang gelar menantu keluarga Pr

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 5

    Clara tiba-tiba terjaga, matanya yang masih separuh terbuka itu kontan melirik jam dinding. Ia segera bangkit, turun dari ranjang kemudian meraih sesuatu yang dia simpan di dalam laci nakas. Benda yang sudah dari dulu sekali dia beli dan persiapkan. Tanpa banyak bicara Clara segera masuk ke dalam kamar mandi, jantungnya berdegup kencang. Antara penasaran dan takut kecewa, Clara akhirnya memutuskan untuk segera memastikan apa yang akhir-akhir itu menganggu pikirannya. Dengan hati-hati dia menampung urin miliknya. Urin yang pertama kali dia keluarkan di pagi hari dan inilah yang akan dia pakai nantinya. Tangan Clara sedikit bergetar ketika mencelupkan benda itu ke dalam urin yang sudah dia tampung. Tidak perlu terlalu lama, Clara segera mengangkat benda itu sesuai dengan petunjuk pemakaian. Jantungnya berdegup kencang menantikan ada atau tidaknya pertambahan garis merah di sana. Sedetik. Dua detik. Tiga detik. Clara masih setia menunggu dengan perasaan tidak karu-karuan. Dan di d

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 4

    "Key!" Arga tidak tahan lagi, dipeluknya tubuh itu dengan begitu erat. Aroma rambut yang masih basah menguatkan aroma floral yang khas, membuat hasrat Arga yang sudah cukup lama fisik tahan dan pendam, menyalah dan membara seketika. "Ya, Mas?" Balas suara itu lirih, nampak suara itu terdengar malu-malu. "Capek?" Arga menyandarkan kepalanya di bahu, menatap bayangan mereka di cermin besar yang menempel di salah satu sudut kamar mereka. "Lumayan, Mas."Arga tidak peduli kalau Kezia nampak sedikit risih dengan aksinya ini. Toh setelah ini Arga akan melakukan sesuatu yang mungkin akan membuat gadis belia ini tidak hanya risih, tetapi juga akan .... Arga membalikkan tubuh itu, mata mereka beradu, membuat Arga rasanya ingin melumat Kezia dalam sekali hap. Wajah itu memerah, dan bibir itu ... Arga sudah tidak sabar lagi, dia segera meraih bibir merona yang sudah sangat lama menggoda Arga dengan begitu luar biasa. Bibir itu ... Arga bisa rasakan bibir itu begitu manis. Gairah yang sudah

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 3

    Kezia menatap bayangan dirinya di cermin. Itu benar dia? Yang dibalut dengan makeup dan busana pengantin itu benar dirinya? Dan yang lebih penting, benar dia sudah siap hendak menikah di usia yang semuda ini? Dengan perlahan-lahan Kezia menghela napas panjang, menghirup udara lalu kembali menghela napas perlahan dan itu dia ulangi sampai berulang kali. Lelaki yang hendak dia nikahi bukan lelaki biasa. Selain dia seorang dokter yang sudah spesialis dan jarak umur yang lumayan banyak, Arga punya masalalu yang bisa dikatakan tidak 'bersih'. Kezia menghela napas panjang, bahkan pengakuan demi pengakuan Arga tempo lalu masih terngiang dan terbayang-bayang dalam benaknya. 'Aku bukan laki-laki baik, Key. Selain mantan istriku yang berselingkuh, aku juga berselingkuh.''Aku pernah memperkosa mantab pacarku dan itu kulakukan saat aku sudah resmi menikah. Menjeratnya dalam hubungan gelap selama bertahun-tahun. Dia aku jadikan selingkuhan selama itu.''Aku kembali memperkosa dan menyiksanya,

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 2

    Callista turun dari mobil, jujur semenjak kematian sang mama, entah mengapa hidupnya jauh lebih bebas. Dia tidak harus terkurung lagi di apartemen, keluar dengan masker dan kaca mata hitam macam buronan yang takut ketahuan. Kini jujur hidupnya jauh lebih baik, lebih tenang dan damai terlebih setelah ia resmi dinikahi Rudi. Mimpi apa Callista bisa dinikahi lelaki semanis Rudi? Ya walaupun awalnya dia begitu kaku dan sama sekali tidak romantis, namun lama kelamaan Rudi luluh juga di tangannya! Lelaki itu bahkan sangat manis sekarang. Membuat Callista rasanya sampai tidak bisa menghitung lagi berapa kali dia jatuh cinta pada Rudi sampai detik ini. Callista melangkah masuk ke Hypermart. Ada beberapa bahan makanan dan barang-barang lain yang hendak dia beli. Kini dia sudah bisa sedikit demi sedikit memasak. Suaminya yang dengan sabar mengajari dia mengolah bahan makanan di dapur. Meskipun Rudi sendiri sebenarnya tidak memaksa Callista harus bisa memasak, tapi Callista sendiri yang memaks

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   EXTRA PART 1

    Dicky menatap nanar undangan yang tadi Arga dan gadis belia itu hantarkan ke mejanya. Ada semacam perasaan tidak rela di hati Dicky melepas Arga menikah dengan wanita lain. Bagaimanapun, sebelum Indira jatuh cinta pada Arga, Dicky sudah lebih dulu jatuh cinta. Jatuh cinta dalam artian lain, bukan cinta seperti pada lawan jenis. Dia sudah lebih dulu membidik Arga henda dia jadikan mantu, ketika kemudian secara kebetulan anak gadisnya sendiri yang meminta agar dijodohkan dengan residen jantung tahun ke tiga itu. Sebuah kebetulan, bukan? Dengan penuh semangat, dulu Dicky langsung melobi ke orang tua Arga. Tidak peduli dia ada di pihak perempuan, lelaki seperti Arga ini tidak bisa dia lepaskan begitu saja. Arga benar-benar sosok lelaki sempurna di mata Dicky, sosok menantu idaman semua bapak mertua. Satu kesalahan fatal Dicky saat itu adalah tutup mata dengan kondisi Arga yang sebenarnya. Dia tidak mencoba mencari tahu apakah lelaki muda, calon dokter spesialis seganteng Arga ini masih

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   ENDING

    Morgan meraih dan mencengkeram kuat tangan sang istri. Mereka duduk di barisan bangku paling depan, menyaksikan acara sakral itu di mulai. Clara menoleh dan tersenyum, bisa Morgan lihat istrinya begitu cantik dengan dress warna tosca yang memamerkan bahunya yang putih bersih. "Inget momen kita dulu, nggak?" Bisikan Morgan tanpa melepaskan genggaman tangan mereka. "Aku rasa, sampai nanti rambutku memutih semua pun aku tidak akan pernah melupakannya, Sayang!" Balas Clara sama lirihnya. Morgan tersenyum, mengangkat tangan itu lalu mengecup punggung tangan sang istri dengan begitu lembut dan manis. Sementara Clara, ia tersenyum membiarkan sang suami mengecup tangannya. Siapa yang mengira bahwa kepahitan hidup yang dulu Clara alami akan berubah semanis ini? Dari harus rela membiarkan Arga menikahi wanita lain, jatuh dalam jerat ambisi Arga yang masih begitu ingin memilikinya sampai melakukan segala cara, hingga kemudian, Tuhan mempertemukan Clara dengan Morgan dalam kecelakaan yang men

  • Jerat Ambisi Cinta sang Dokter   BAB 192

    Rudi membeliak ketika akhirnya miliknya bisa terbenam sempurna di dalam inti tubuh Callista. Segala macam prinsip yang selama ini dia pegang teguh luruh sudah. Terlebih betapa hangat dan nikmat sensasi yang Callista suguhkan makin membuat Rudi lupa diri. Rudi menundukkan wajah, menyeka air mata yang menitik di wajah itu. Dikecupnya bibir itu dengan lembut, lalu dengan begitu lirih dia berbisik. "Ini yang kamu minta, kan? Masih meragukan aku?"Mata itu terbuka, masih memerah dengan bayang-bayang air mata. Bukan hanya matanya yang memerah, wajah gadis yang begitu cantik dan menggemaskan di mata Rudi itu juga memerah. Kalau saja rasa nikmat itu tidak menguasai dan menghipnotis Rudi dengan begitu luar biasa, mungkin Rudi akan menyudahi aktivitas ini. "Mas, pelan!"Rudi tersenyum, ia masih belum bergerak sedikitpun, walaupun sebenarnya dia begitu ingin, tapi dia tahan barang sebentar. "Aku nggak bisa janji, Sayang." Rudi balas berbisik, menarik miliknya perlahan-lahan dari dalam sana la

DMCA.com Protection Status