Share

Bab 1946

Penulis: Angin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-15 18:00:00
Saat Chandra masih kebingungan, telepon dari Sonia masuk.

“Bersiaplah. Aku akan mengirim orang untuk menjemputmu bersama Grace dan Amanda ke Istana Bunga,” kata Sonia singkat sebelum menutup telepon tanpa memberi Chandra kesempatan untuk berbicara.

Chandra hanya bisa menghela napas panjang. Di titik ini, dia hanya bisa menjalani semuanya langkah demi langkah. Namun, dia tidak tinggal diam. Chandra segera menghubungi Maggie, meminta untuk menggerakkan jaringan Kelompok Gunung Langit guna mencari informasi tentang keberadaan Chaca.

Tidak lama kemudian, orang-orang yang dikirim Sonia tiba. Chandra memutuskan untuk tidak menolak. Di bawah arahan murid-murid Istana Bunga, Chandra, Grace, dan Amanda naik mobil menuju bandara, kemudian terbang ke kota tempat Istana Bunga berada.

Istana Bunga adalah sekte yang didirikan oleh Sonia, terletak di wilayah Someria. Sekelompok pegunungan menjulang tinggi menjadi tempat berdirinya sekte ini, dengan puncak utama yang menjulang ke langit dan dihiasi ba
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jenderal Naga   Bab 1947

    Chandra mengabaikan perkataan Sonia.“Sudahlah, aku tidak mau bicara panjang lebar. Persiapkan dirimu dengan baik untuk pernikahan besok. Pesilat yang hadir sangat banyak kali ini. Jangan sampai kau memasang wajah masam dan menjadi bahan tertawaan seluruh dunia seni bela diri kuno,” ujar Sonia sambil tertawa manis sebelum pergi meninggalkan Chandra.Malam itu terasa panjang. Chandra tidak bisa memejamkan mata. Dia terus menunggu kabar tentang Chaca.Malam berlalu dalam keheningan. Keesokan paginya. Pagi-pagi sekali, murid-murid Istana Bunga datang membawa pakaian baru untuk Chandra. Pakaian itu berupa busana tradisional berwarna merah. Sonia memang merancang pernikahan ini dengan gaya klasik, bukan seperti pernikahan modern pada umumnya.Chandra tidak menolak dan segera mengenakan pakaian itu. Setelah berpakaian rapi, dia dipandu oleh murid-murid Istana Bunga menuju aula utama Istana Bunga.Saat Chandra tiba, aula utama sudah dipenuhi banyak tamu. Di antara kerumunan, ada beberapa waja

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Jenderal Naga   Bab 1948

    "Berhenti!" Suara lantang menggema di aula utama, membuat semua orang terdiam dan menoleh. Seorang pemuda dengan pakaian sederhana dan sebilah pedang panjang di tangan melangkah masuk. "Itu Titan dari Negara Akasa!" "Kenapa dia ada di sini?" Bisik-bisik mulai memenuhi ruangan. Sonia, yang berdiri di tengah aula, mengerutkan dahi. Sementara itu, Chandra, di sisi lain, tersenyum kecil. "Bagus," pikirnya, "akhirnya ada yang membuat keributan." Dengan tatapan serius, Sonia memandang Titan yang tampak marah. Suaranya dingin saat bertanya, "Titan, apa maksud kedatanganmu ke sini?" Titan melangkah ke tengah aula, matanya beralih dari Chandra ke Sonia dengan tajam. "Mengapa?" tanyanya penuh emosi. Sonia menjawab datar, "Apa maksudmu dengan 'mengapa'?" Dengan wajah penuh luka batin, Titan berseru, "Selama setahun ini, bagaimana aku memperlakukanmu? Tapi kau menyembunyikan semuanya dariku. Kau bahkan rela menjadi yang kedua demi menikah dengan Chandra. Sonia, kau benar-benar ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Jenderal Naga   Bab 1949

    Dalam beberapa hari terakhir, Paul mengerahkan seluruh kekuatan Negara Naga, dibantu jaringan lokal di Someria, untuk menemukan Chaca. Sekarang, keberadaannya sudah terlacak. Hanya dua jam lagi, operasi penyelamatan akan selesai. Yang perlu dilakukan Chandra hanyalah mengulur waktu. Setelah itu, semuanya akan selesai.Chandra menutup telepon tanpa menunjukkan emosi. Wajahnya tetap tenang, seperti tidak ada yang terjadi.Di aula utama Istana Bunga, Titan berdiri memegang pedang panjangnya, berhadapan langsung dengan Sonia. Rambut panjang Sonia berkibar, diselimuti aura kekuatan. Dengan satu gerakan tangannya, sebuah pedang hitam melesat dari kejauhan menuju genggamannya. Pedang itu bergetar, seolah merespons pemiliknya, dan kini diarahkan langsung ke Titan."Pergi," ujar Sonia dengan suara dingin. Titan tidak bergerak. Tatapannya tetap pada Sonia, penuh rasa sakit dan keputusasaan. Selama bertahun-tahun, Titan tidak pernah tertarik pada wanita mana pun. Di puncak kekuasaan, dia berdir

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Jenderal Naga   Bab 1950

    Chandra memandang Sonia dengan tatapan dingin. Jika Sonia tidak mau mengungkapkan keberadaan Chaca, demi mengakhiri ancaman ini, dia tidak akan ragu untuk mengambil tindakan tegas.“Hahaha ....” Sonia tertawa keras, tetapi tawanya dipenuhi amarah.“Chandra, kau mempermainkanku?”Di aula utama, ratusan tamu mulai kebingungan, tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.“Apa yang terjadi?”“Mereka sepertinya bertengkar.”“Kenapa pernikahan ini berubah jadi seperti ini?”“Chaca? Siapa Chaca? Jangan-jangan Sonia menculik anak Chandra untuk memaksanya menikah?”Suara bisik-bisik memenuhi aula.Chandra tetap fokus pada Sonia, mengabaikan keramaian di sekitarnya. Dia berkata dengan tegas, satu kata demi satu kata, “Aku tanya sekali lagi, di mana Chaca?”Dia masih memberi Sonia kesempatan terakhir. Dalam hatinya, dia percaya bahwa Sonia sebenarnya bukan orang yang jahat, hanya saja cintanya yang berlebihan membuatnya melakukan hal-hal yang tidak seharusnya.“Sonia ....” Chandra melanjutkan.So

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Jenderal Naga   Bab 1951

    Senior Suku Tantra, Jayhan, berdiri dengan tenang di aula utama Istana Bunga. Wajahnya dingin dan penuh wibawa, memancarkan aura intimidasi yang membuat siapa pun enggan mendekat. Di usianya yang baru menginjak tiga puluh tahun, Jayhan telah menjadi figur luar biasa. Lahir di Alam Niskala dan dibimbing langsung oleh salah satu dari sepuluh tokoh terkuat di sana, pemimpin Suku Tantra, Jayhan mengukir nama sebagai salah satu yang terhebat. Dengan bakat luar biasa dan sumber daya melimpah, ia bahkan melampaui kekuatan Santara.Namun, hari ini Jayhan merasa kecewa. Ia mengharapkan kehadiran tokoh besar seperti Basita atau Raja Januar, tetapi yang ditemuinya hanyalah pesilat-pesilat kelas bawah. Hanya satu orang yang menarik perhatiannya—Chandra. Jayhan memandang Chandra dengan tatapan dingin. Suaranya datar namun mengandung ancaman saat berkata, “Membunuhmu sudah cukup. Sisanya, tak ada artinya.”Lalu, Jayhan berpaling ke arah Santara dan memberi perintah singkat, “Habisi dia.”Santara me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Jenderal Naga   Bab 1952

    Santara mencengkeram tubuh Chandra dengan kekuatan luar biasa. Rasanya seperti tertindih gunung, membuat Chandra benar-benar tak mampu bergerak. Santara melayangkan pukulan keras ke tubuhnya. “BUGH!” Dampaknya seketika memutuskan banyak meridian di tubuh Chandra, membuatnya memuntahkan darah segar. Belum cukup, Santara mengayunkan tendangan kuat yang membuat tubuh Chandra terlempar jauh, menghantam gunung di kejauhan. “BOOM!” Dentuman itu membuat tanah bergetar hebat. Tubuh Chandra tergeletak di antara reruntuhan gunung, tak bergerak sama sekali. Dari kejauhan, para pesilat yang melarikan diri menyaksikan semua itu dengan wajah pucat dan penuh keterkejutan. Mereka tahu Santara kuat, tetapi Chandra juga bukan orang sembarangan. Bagaimana bisa dia tak memiliki peluang untuk melawan? Jayhan, yang mengambang di udara, tiba-tiba mengangkat tangannya. “Berhenti,” katanya pelan. Namun, suaranya bergema seperti guntur di telinga semua orang. Dengan satu lambaian tangan, Jayhan menc

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Jenderal Naga   Bab 1953

    Jayhan tertegun. Di Bumi, energi spiritual sangatlah tipis. Namun, saat ini, energi itu berkumpul dengan luar biasa kuat di satu titik. Fenomena seperti ini hanya mungkin terjadi jika seseorang menggunakan teknik kultivasi tingkat tinggi. Dengan satu lambaian tangan, Jayhan menciptakan kekuatan besar yang menyapu puing-puing. Chandra, yang tengah menggunakan Sembilan Transformasi Tubuh Emas, tak mampu melawan kekuatan itu. Tubuhnya terangkat dan terlempar ke hadapan Jayhan sebelum jatuh dengan keras ke tanah. “Kau masih hidup?” Santara tampak terkejut. Dia tahu betapa mematikannya serangan yang dilancarkannya tadi. Tidak ada seorang pun di bawah Alam Mahasakti yang seharusnya bisa bertahan. Namun, Chandra ternyata masih bernapas.Chandra terbaring di tanah. Tubuhnya menggigil hebat, dan darah segar kembali keluar dari mulutnya, membasahi tanah di sekitarnya. “Chandra ....” Sonia yang melihat itu segera mencoba mendekatinya. Tetapi, sebelum sempat mencapai Chandra, kekuatan tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Jenderal Naga   Bab 1954

    Jayhan berdiri dengan percaya diri, memandang Chandra yang terhuyung-huyung dengan tubuh penuh luka. Meski kekuatannya jauh melampaui Santara, ketahanan Chandra berhasil membuat Jayhan terkejut.“Anak muda, aku sungguh meremehkanmu,” ujar Jayhan, senyum tipis menghiasi wajahnya. “Kabarnya hari ini adalah hari bahagiamu. Kau akan menikahi tiga wanita sekaligus, bukan? Aku penasaran, seberapa lama kau bisa bertahan.”Jayhan melambaikan tangannya, memunculkan kekuatan besar yang menarik tubuh Sonia dari kejauhan. Tubuh Sonia terlempar dan jatuh di samping Chandra yang terkapar lemah. Dengan gerakan tenang, Jayhan mencabut pedang panjangnya, lalu menempatkan ujungnya di leher Sonia.“Chandra,” katanya dengan nada sinis, “apa kau akan merasa sakit hati jika aku membunuhnya sekarang?”Sonia, meski lemah, tidak gentar. Dengan suara serak tetapi penuh keberanian, dia menjawab, “Bunuh saja. Tidak perlu banyak bicara.”Mati di sisi Chandra? Itu sudah cukup bagi Sonia. Dia merangkak pelan mendeka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19

Bab terbaru

  • Jenderal Naga   Bab 1961

    Tugas seorang prajurit adalah melindungi rakyat. Itulah tanggung jawab dan kewajiban yang telah terasah selama lebih dari sepuluh tahun Chandra menjalani kehidupan sebagai seorang pejuang. Jika semua orang hanya memilih mundur dan tidak ada yang berani maju, dunia ini akan hancur. “Ya,” Sang Penjaga mengangguk pelan. Dia setuju dengan apa yang dikatakan Chandra. Sejak zaman purba, berkat keberadaan orang-orang seperti itu lah, Bumi bisa tetap terjaga hingga sekarang. “Penjaga, apakah aku masih punya harapan untuk hidup?” Chandra, yang kini hanya berupa tubuh astral, memandang sang Penjaga dengan penuh harap. Dia tidak ingin mati. Masih banyak hal yang harus dia lakukan, masih banyak hal yang belum selesai. “Masih ada harapan,” ujar Penjaga dengan suara pelan. “Namun, dengan hidupmu yang baru nanti, tanggung jawabmu akan menjadi lebih besar, dan tekanan yang kau rasakan akan jauh lebih berat.” Chandra, tanpa ragu, berkata, “Aku siap menanggung semuanya.” Sang Penjaga melamb

  • Jenderal Naga   Bab 1960

    Orang itu adalah Penjaga Pustaka Agung. Dia menyaksikan kondisi Istana Bunga yang kini telah menjadi puing-puing. Pada wajahnya yang samar dan tak nyata, tersirat sebuah ekspresi penuh keikhlasan bercampur pilu. “Demi bangsa dan rakyat, dengan semangat leluhur bumi, dunia ini membutuhkan orang-orang seperti dirimu. Jika semua orang hanya memikirkan keselamatan dirinya, bumi ini tak akan disegel di masa lalu, tetapi benar-benar lenyap,” gumam sang Penjaga dengan suara pelan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. “Tiga jiwa, tujuh roh, berkumpullah.” Tangannya yang samar mulai bergerak, menciptakan formasi tanda yang misterius. Seketika, sebuah kekuatan tak kasat mata terpancar dari tangannya, menyebar ke seluruh penjuru bumi hingga mencapai area Istana Bunga. Di tengah puing-puing itu, titik-titik cahaya putih perlahan berkumpul di udara, membentuk sebuah bayangan yang tak nyata. Bayangan itu melesat cepat, meninggalkan area tersebut, bergerak menuju arah Gunung Langi

  • Jenderal Naga   Bab 1959

    Gunung tempat Istana Bunga berdiri hancur dalam sekejap, lenyap menjadi abu. Puluhan kilometer di sekitarnya berubah menjadi puing-puing tanpa ada tanda-tanda kehidupan yang tersisa. “Apakah Chandra sudah mati?”“Apakah dia menggunakan teknik pamungkas untuk membasmi musuh?” Bisikan penuh kebingungan terdengar di antara orang-orang yang selamat. Setelah keadaan mulai tenang, para pesilat yang sebelumnya melarikan diri kembali ke lokasi, berharap menemukan Chandra di tengah reruntuhan. Di antara puing-puing, terdengar suara batu yang bergerak. Sosok seorang pria yang bersimbah darah perlahan bangkit. Dia duduk di atas batu besar, terengah-engah sambil memegangi luka-lukanya. “Sialan! Hampir saja aku mati karenanya,” gumam Jayhan dengan nada berat. Wajahnya muram. Jayhan tidak pernah menyangka Chandra akan menyerangnya tiba-tiba. Jarak yang terlalu dekat dan kurangnya kewaspadaan membuatnya terkena serangan langsung. Meski kekuatan Jayhan luar biasa, serangan itu hampir mere

  • Jenderal Naga   Bab 1958

    "Bagaimana mungkin? Kenapa ada aura yang begitu kuat?" Semua orang merasakan kehadiran aura menakutkan dari puncak gunung. Mereka semua diliputi rasa ngeri yang membuat bulu kuduk merinding. Krak... Krak... Krak. Di bawah tekanan aura tersebut, pegunungan tempat Istana Bunga berdiri mulai menunjukkan tanda-tanda keretakan. Orang- orang di kaki gunung berubah wajah seketika. "Celaka! Cepat lari!" Dengan panik dan wajah pucat pasi, mereka bergegas melarikan diri. Di puncak gunung. Chandra sedang menggabungkan dua aliran energi murni di dalam tubuhnya. Kedua energi tersebut menyatu menjadi kekuatan baru yang sangat luar biasa. Dia berusaha keras mengendalikan kekuatan itu, tetapi kekuatan tersebut terlalu besar, terlalu mengerikan. Begitu besar hingga hampir tidak mampu Chandra kendalikan. "Hahaha!" Jayhan tertawa terbahak-bahak, penuh kegilaan. Kekuatan ini luar biasa. Seseorang yang bahkan belum mencapai tingkat Alam Mahasakti mampu menunjukkan teknik sehebat ini. Ini bu

  • Jenderal Naga   Bab 1957

    Jayhan sangat cemas. Dia sangat ingin tahu tentang ilmu yang dipelajari Chandra. Dia tahu, nenek moyang Bumi pernah melahirkan banyak pesilat hebat, dan para pesilat itu meninggalkan ilmu-ilmu luar biasa. Jayhan curiga Chandra telah mendapatkan salah satu ilmu tertinggi itu. Sementara itu, Chandra tampak berpikir serius. Dia belum mengambil keputusan. Melihat Chandra ragu-ragu, Jayhan segera berkata, “Tenang saja, aku selalu menepati janji. Setelah kau memberikan ilmu itu kepadaku, aku akan melindungimu. Bahkan setelah segel Bumi terbuka, aku pastikan kau akan hidup dengan baik.” Namun, kekhawatiran Chandra bukan tentang memberikan ilmu itu, melainkan apakah ia bisa menggunakan ilmu pamungkasnya untuk membunuh Jayhan. Jayhan sangat kuat, bahkan terlalu kuat. Jika Jayhan sedikit saja waspada, rencananya pasti gagal. Untuk membunuh Jayhan, Chandra butuh membuatnya benar-benar lengah. Dia sadar, menggunakan Sangkar Kosmik begitu saja tidak akan berhasil. Jayhan pasti akan bers

  • Jenderal Naga   Bab 1956

    "Silakan, katakan."Jayhan benar-benar menginginkan ilmu yang dikuasai oleh Chandra. Bukan hanya satu atau dua pertanyaan—puluhan pun akan ia jawab tanpa ragu.Chandra menatap Jayhan dengan serius, lalu bertanya, “Apakah di Alam Niskala ada celah dalam segel yang memungkinkan makhluk-makhluk dari sana masuk ke Bumi?”Jayhan mengangguk sambil berkata, “Benar. Di Alam Niskala memang ada celah pada segelnya. Siapa pun yang berhasil melewati celah itu, bisa langsung muncul di Bumi.”“Jadi, tidak lama lagi akan ada lebih banyak makhluk dari Alam Niskala yang muncul di Bumi?” Chandra melanjutkan.Jayhan kembali mengangguk. “Ya, benar. Tapi melewati celah itu bukan perkara mudah. Dari seratus orang yang mencoba, mungkin hanya satu yang berhasil. Sisanya akan mati dalam prosesnya.”Mendengar jawaban itu, Chandra menarik napas lega. Namun, ia segera mengajukan pertanyaan lain, “Saat ini, level kekuatanmu ada di tahap apa?”“Mahasakti Sempurna, hanya satu langkah lagi menuju Transenden,” jawab J

  • Jenderal Naga   Bab 1955

    Jayhan berdiri di depan Chandra dengan senyum penuh ancaman, matanya menatap tajam ke arah pria yang sedang berjuang untuk tetap hidup.“Chandra, aku sudah membiarkan semua orang pergi. Sekarang, serahkan teknik kultivasi yang kau gunakan,” katanya tegas. “Jangan coba mempermainkanku. Jika aku mau, aku bisa menangkap mereka kembali, dan kali ini, mereka pasti mati.”Chandra perlahan membuka matanya. Wajahnya datar, nyaris tanpa emosi. Dengan suara lemah, dia berkata, “Aku terluka parah dan bisa mati kapan saja. Setidaknya beri aku waktu untuk pulih. Setelah aku sembuh, aku akan memberikannya padamu.”Setelah itu, Chandra kembali terdiam. Ia menutup mulutnya rapat-rapat, tak ingin berbicara lebih banyak. Jayhan hanya mendengus, tidak terlihat tergesa-gesa. Dalam pikirannya, Chandra hanyalah seekor semut—mudah dihancurkan kapan saja.Di Kaki Gunung Istana BungaSejumlah pesilat berkumpul di kaki gunung, wajah mereka penuh kecemasan. Suasana tegang menyelimuti mereka.“Apa yang harus kita

  • Jenderal Naga   Bab 1954

    Jayhan berdiri dengan percaya diri, memandang Chandra yang terhuyung-huyung dengan tubuh penuh luka. Meski kekuatannya jauh melampaui Santara, ketahanan Chandra berhasil membuat Jayhan terkejut.“Anak muda, aku sungguh meremehkanmu,” ujar Jayhan, senyum tipis menghiasi wajahnya. “Kabarnya hari ini adalah hari bahagiamu. Kau akan menikahi tiga wanita sekaligus, bukan? Aku penasaran, seberapa lama kau bisa bertahan.”Jayhan melambaikan tangannya, memunculkan kekuatan besar yang menarik tubuh Sonia dari kejauhan. Tubuh Sonia terlempar dan jatuh di samping Chandra yang terkapar lemah. Dengan gerakan tenang, Jayhan mencabut pedang panjangnya, lalu menempatkan ujungnya di leher Sonia.“Chandra,” katanya dengan nada sinis, “apa kau akan merasa sakit hati jika aku membunuhnya sekarang?”Sonia, meski lemah, tidak gentar. Dengan suara serak tetapi penuh keberanian, dia menjawab, “Bunuh saja. Tidak perlu banyak bicara.”Mati di sisi Chandra? Itu sudah cukup bagi Sonia. Dia merangkak pelan mendeka

  • Jenderal Naga   Bab 1953

    Jayhan tertegun. Di Bumi, energi spiritual sangatlah tipis. Namun, saat ini, energi itu berkumpul dengan luar biasa kuat di satu titik. Fenomena seperti ini hanya mungkin terjadi jika seseorang menggunakan teknik kultivasi tingkat tinggi. Dengan satu lambaian tangan, Jayhan menciptakan kekuatan besar yang menyapu puing-puing. Chandra, yang tengah menggunakan Sembilan Transformasi Tubuh Emas, tak mampu melawan kekuatan itu. Tubuhnya terangkat dan terlempar ke hadapan Jayhan sebelum jatuh dengan keras ke tanah. “Kau masih hidup?” Santara tampak terkejut. Dia tahu betapa mematikannya serangan yang dilancarkannya tadi. Tidak ada seorang pun di bawah Alam Mahasakti yang seharusnya bisa bertahan. Namun, Chandra ternyata masih bernapas.Chandra terbaring di tanah. Tubuhnya menggigil hebat, dan darah segar kembali keluar dari mulutnya, membasahi tanah di sekitarnya. “Chandra ....” Sonia yang melihat itu segera mencoba mendekatinya. Tetapi, sebelum sempat mencapai Chandra, kekuatan tak

DMCA.com Protection Status