Home / Pernikahan / Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku / Bab 12: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

Share

Bab 12: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

Author: Bemine
last update Last Updated: 2023-10-24 10:00:39

Beberapa jam berkeliaran tanpa tujuan di jalanan, aku pulang ke rumah saat malam menjelang. Suasana perumahan sangat sunyi mencekam, tidak terlihat satu manusia pun berkeliaran di depan rumah mereka.

Kususuri gang dengan motor menuju bangunan yang entah apa masih pantas disebut rumah. Perasaanku berkecamuk luar biasa kala mendapati rumah itu sunyi sepenuhnya.

Saat memutuskan untuk pulang tadi, aku sedikit menaruh harap untuk berbaikan dengan Bang Fuad. Bukan kenapa, hanya saja ada banyak hal yang harus kami bicarakan dengan kepala dingin agar mencapai solusi.

Tapi ... harapan itu pupus begitu aku berhenti di teras rumah kecil tersebut. Tidak ada siapa pun di depannya, segalanya sunyi dan hampa sama seperti rumah lainnya.

“Bang Fuad tidak menunggu?” ratapku usai mematikan mesin motor. Lengang, bahkan suara kehadiran manusia juga tidak terdengar dari dalam.

Pria yang se

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 13: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    Bukankah terlalu sulit untuk percaya jika kini Bang Fuad sedang berlutut di depanku? Pria itu memeluk kedua kakiku dan mendekapnya begitu erat. Seolah, tindakannya meninggalkanku di Lhokseumawe sendirian tidak pernah terjadi di dalam hidup kami. “Dek, tolong jangan begini lagi,” rintihnya tanpa mengendurkan rengkuhannya. Aku hanya bisa menghela napas. Pria itu bahkan bergeming meski aku terus menggoyangkan kedua kaki dengan harapan agar dia membebaskan diriku. “Dek?” “Hai, Fuad! Kenapa kamu jadi bodoh seperti ini?” Mamak mertua berteriak khas dengan logat Acehnya. Beliau mendorong pundak Bang Fuad, mungkin mencoba menyadarkan putranya tentang betapa menyedihkannya dia hari ini. “Dikasih makan apa kamu sama Si Ayu sampai kamu jadi berlutut, hah? Laki-laki mana boleh begini, kamu itu tidak boleh tunduk sama istrimu, nanti dia jadi besar kepala, Fuad!” pekiknya lagi.

    Last Updated : 2023-10-25
  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 14: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    Bab 14: Jembatan Perselingkuhan Suami dan SahabatkuSesuai dengan permintaan Bang Fuad, aku langsung pergi ke sebuah toko ponsel di daerah Penayong. Membawa uang sebanyak tiga juta lebih yang baru aku ambil dari ATM, kuputuskan untuk mampir ke sebuah toko ponsel satu pintu.Saat aku masuk ke dalamnya, dua pekerja di sana mengulas sebuah senyum. Mereka langsung menghampiri, lalu bertanya tentang apa yang aku cari di sini.Usai kuutarakan tentang jenis gawai yang aku cari, dua pekerja itu menggelengkan kepala. Mereka mencoba bertanya pada seorang perempuan yang sedang sibuk meng-scroll layar gawainya. Namun, jawaban yang dikembalikan padaku tidak banyak berbeda.“Coba Kakak cari di toko lain, jenis yang ini belum masuk lagi di kami, Kak. Cuma kalau Kakak berminat, kami bisa tawarkan jenis lain yang tidak kalah bagusnya!” jelas pria bersuara mendayu itu.Aku langsung menggelengkan kepala. Ada niat tersembunyi yang terpatri saat memilih jenis gawai yang satu ini. Sebab itulah, aku bersedi

    Last Updated : 2023-10-26
  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 15: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    Setelah pertemuan itu, aku pulang ke rumah dengan hati yang lebih gusar. Keinginan untuk tetap berdamai dengan Bang Fuad terpaksa kuurung, sebab perkataan Bang Bayu telah memberiku banyak tanda tanya. Aku tidak boleh memercayainya seratus persen seperti dulu jika tidak ingin terluka sendirian.Apa benar Bang Fuad sudah berubah? Bagaimana kalau ini semua hanya siasatnya untuk membuat diriku tetap percaya padanya?Dan lagi, sikap Ida jauh berbeda dengan sebelumnya. Dia jadi lebih tenang, tidak banyak tingkah apa lagi sampai membicarakan soal bagaimana bahagianya dia dengan sang selingkuhan.Kuputuskan untuk tetap tegar sembari menunggu Bang Fuad pulang. Pria itu baru terlihat batang hidungnya saat malam menjelang dan azan Magrib berkumandang di masjid.“Assalamualaikum, Dek?” sapanya saat aku membuka pintu untuknya.Wajah Bang Fuad sangat cerah, senyumnya merekah seperti musim semi. Dia bersikap sangat manis sampai mencium kening

    Last Updated : 2023-10-26
  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 16: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    Sejak hari itu, kekhawatiranku akan Bang Fuad dan Ida semakin meningkat. Pria yang sudah aku nikahi terlihat jauh berbeda, tidak hanya sikap dan perlakuannya padaku, namun juga saat kami berhubungan seperti kemarin malam.Aku merasakan jika Bang Fuad tidak lagi puas dengan diriku. Seperti, dirinya terjebak dalam suatu fantasi liar yang tidak ada di dalam pernikahan kami. Sampai, saat dirinya mencapai puncak kenikmatan, dia meninggalkanku sendirian dan langsung berlalu ke kamar mandi.“Yu? Pinjem dong hape barunya.” Suara Ida menggelegar di tengah lamunanku. Untung saja, di ruangan itu hanya ada kami berdua.Ternyata sudah jam istirahat, pantas saja seisi kantor terlihat lengang. Aku terlalu banyak pikiran hingga tidak lagi mampu fokus dengan keadaan sekitar. Pekerjaan hari ini berantakan, saat aku harusnya membantu atasan, malah aku yang dibantu olehnya.“Yu? Bengong lagi, deh!” Ida berseru.“Tidak, pakai hape sendiri

    Last Updated : 2023-10-27
  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 17: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    “Maaf, tapi aku tidak bisa berpikir hal lain lagi selain ini,” jelas Bang Bayu di sampingku.Dia menyetir mobil mewahnya di tengah gelapnya malam dengan begitu buru-buru. Ekspresi Bang Bayu terus menggambarkan betapa paniknya dia malam ini.Pria itu muncul di depan pintu hanya dengan kaos polos dan celana ponggol di bawah lutut. Tapi, dia tidak lupa memakai sebuah jam berlayar penuh yang modern itu, serta membawa dompet dan clutch yang kutebak berisi begitu banyak uang.Namun, dibandingkan itu semua, hal yang membuat batinku nyeri adalah penumpang di jok belakang. Seorang balita kecil terlelap di car seatnya yang terlihat begitu canggih. Dia diselimuti kain tebal, juga memakai topi rajut untuk menghalau panas.Dadaku sesak, bukan hanya karena kami akan mengejar fakta, tapi juga membayangkan apa yang terjadi dengan gadis kecil ini nanti. Dia masih terlalu belia untuk paham dengan situasi yang sedang terjadi.Bagi seorang anak, keluarga y

    Last Updated : 2023-10-27
  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 18: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku  

    Tangis aku tahan dalam keheningan di sepanjang perjalanan. Rasa tidak percaya jika saat ini aku sedang mengejar Bang Fuad dan perempuan selingkuhannya terus menusuk dada.Di dalam mobil mewah ini, aku mendapatkan jawaban atas semua kecurigaan. Bang Fuad dan Ida, dua insan itu telah terlibat sesuatu yang sangat tidak masuk akal.Kami berada dalam rentang beberapa mobil di belakang bus yang ditumpangi oleh Bang Fuad dan Ida. Bang Bayu seperti menjaga jarak dengan mereka hingga sekalipun tidak pernah menyalip mobil-mobil lain.Sedang diriku, hanyalah seonggok manusia di jok sebelah kemudi. Tidak ada yang bisa aku lakukan, selain mengambil beberapa gambar, dan merekam bus tersebut. Seperti kata Bang Bayu sebelumnya, dia membutuhkanku untuk membantunya mengumpulkan semua bukti-bukti perselingkuhan istrinya dengan suamiku.“Jangan menangis, laki-laki seperti dia tidak perlu ditangisi! Tidak ada alasan untuk bersedih karena pria seperti itu.” Bang Ba

    Last Updated : 2023-10-28
  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 19: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    Tiga jam berlalu. Aku dan putri kecil Bang Bayu masih menunggu di lobi hotel. Syukurnya, anak itu terlelap meski hanya beralaskan sofa dan sebotol susu pekat. Tidak rewel, tidak menangis apa lagi menjerit. Dia hanya merengek kecil, menunjukkan jika ini sudah waktunya tidur.“Mbak, ada yang bisa kami bantu?” Salah satu hotelier mendatangi kami berdua yang sudah mendekam di sofa tinggi tersebut untuk waktu yang lama.Perempuan berwajah cantik, dia menggelung rambutnya seperti seorang pramugari. Saat dirinya berdiri di dekat sofa, aroma harum menyeruak, menebas bulu hidung dan menyentuh hingga ke indera.“Apa ada yang Mbak tunggu di hotel kami? Atau ada sesuatu yang sedang Mbak cari?” tanyanya dengan intonasi yang sangat syahdu.Tidak lupa, perempuan tersebut tersenyum ke arahku. Lirikannya sempat jatuh ke arah putri Bang Bayu, sebelum dirinya berkata, “Apa Mbak butuh ruang yang lebih tenang? Apa Mbak mau check in atau ....”“Tidak, Kak. Saya menunggu ayah putri ini, dia sedang ....”“Ah

    Last Updated : 2023-10-31
  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 20: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    Keesokan harinya, Bang Fuad pulang ke rumah. Dia datang tepat saat aku hendak berangkat bekerja.Wajahnya semringah. Pundak dan langkahnya terasa sangat ringan, seolah dirinya baru saja naik jabatan.Aku yang pagi itu memakai celana panjang longgar dan blouse kombinasi melirik ke arahnya. Bang Fuad mendekat, dia memamerkan padaku oleh-oleh napol yang dibawanya dari Medan tanpa rasa bersalah.“Dek, lihat Abang bawa apa?”“Ah, ini kan oleh-oleh yang terkenal itu, Bang. Punya artis, kan? Harganya mahal banget,” balasku. Tidak lupa, aku memainkan trik untuk menghadapinya hari ini.Bang Fuad pasti sedang menguji diriku, mencoba membaca apa yang sudah terjadi selama dirinya pergi. Ditambah lagi, dia juga mengecek keadaanku melalui ibunya.“Iya, Dek. Mau dimakan dulu atau nanti saja pulang bekerja? Abang enggak masuk hari ini, jadi engg

    Last Updated : 2023-10-31

Latest chapter

  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   (TAMAT) Bab 51: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    Bab 51: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku “Ini Sayang, dimakan dulu es krimnya,” pintaku pada Aisya yang duduk dengan tenang. Dia mengayun-ayunkan kaki kecilnya yang menggantung dari kursi. Wajahnya masih bengkak akibat menangis, namun binar bahagia melihat semangkuk es krim di depannya tidak dapat disembunyikan. Aku juga mendorong semangkuk es krim lain untuk Ida. Perempuan itu menyukai rasa Chocomint sejak dulu, saat kusodorkan rasa yang sama wajah Ida sedikit terkejut. “Wah, apa ini?” ucapnya. Usai mendudukkan tubuh di kursi yang berlawanan dengan Ida, aku mencebik. “Apa lagi, kamu kan suka es krim rasa itu.” “Wah, sudah lama enggak, tuh! Lagian, duit suami siapa yang kamu pakai buat beliin aku es krim?” “Yang jelas bukan duit suamimu,” sahutku lagi. Ida tersenyum mengejek, dia memerhatikan diriku dari ujung kepala hingga kaki. “Branded semua, ya? Keren sekali sugar daddymu.” “Terima kasih.” “Lalu, anak siapa ini? Tidak mungkin anakmu,” ucap Ida sembari memerhati

  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 50: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    Empat Tahun Kemudian “Mama, kenapa Aisya harus sekolah? Kan bisa di rumah sama Mama dan Bunda Wardah,” keluh Aisya padaku. Aku menggenggam erat tangannya, mengecup wajah bening Aisya beberapa kali. Gadis kecil itu masih duduk di jok mobil dengan seatbelt melingkari badannya. “Mama, di sekolah ada anak yang badannya lebih besar dari aku. Apa dia sudah dewasa, Ma?” Aisya melanjutkan keluhannya seperti biasa. Padahal, baru berumur lima tahun tapi bicaranya sudah selancar ini. Dia juga pandai mengekspresikan diri,mengajak orang lain mengobrol sampai beradaptasi di lingkungan baru. “Mama, nanti siapa yang jemput Aisya?” keluhnya. “Nanti Mama yang jemput, Sayang. Pulangnya kita mampir ke toko roti kesukaan Ayah dan Bunda Wardah, lalu ke toko es krim kesukaan Aisya.” Aku menjelaskannya selembut mungkin. Netra Aisya b

  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 49: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    “Ah, ti-tidak usah, Bang. Nanti aku coba cari kost saja, terus belajar buka usaha apa gitu di sana,” elakku pada Bang Bayu.Wajah ini sudah seperti kepiting rebus. Malu sekaligus menggelitik.Buru-buru aku beristigfar karena memiliki pemikiran berlebihan saat Bang Bayu dan Wardah baru saja terluka. Mereka sudah pasti tidak punya waktu untuk memikirkan hal lain.“Baiklah, nanti butuh bantuan, kabari aku dan Wardah.” Bang Bayu menyelesaikan pembicaraan tentang aku.Malam itu, kali terakhir kami duduk bertiga dan mengobrol. Setelahnya, bahkan aku tidak pernah melihat wajah Bang Bayu atau Wardah meski berdiri di pinggir jalan sembari menunggu bus Transkutaraja.Perjalanan kami kembali ke titik yang berbeda dalam permulaan yang berbeda pula. Aku hidup di sebuah kontrakan mungil yang dibayarkan oleh Bang Bayu selama satu tahun ke depan, sedang Wardah dan pria it

  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 48: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    “Apa kabar mereka di sana?” lirihku pada Bang Bayu.Pagi berganti malam dan Bang Bayu belum pulang. Dia masih tinggal di rumah mamaknya tanpa alasan yang jelas.Tidak berani kuutarakan tanya tentang hal itu, sebab aku juga tamu di sini. Bukankah kurang pantas andai tamu bertanya kenapa pemilik rumah masih tinggal?Bang Bayu yang sedang mengunyah makan malamnya menoleh ke arahku. Di meja makan kecil ini tersisa kami berdua, sebab Wardah menolak makan malam demi menyukseskan dietnya. Sedang Mamak Bang Bayu makan di kamar dengan ditemani Wardah serta Aisya.Pria itu mengernyit, alisnya naik sedikit. Wajahnya terlihat segar dan sedikit lucu sebab rambutnya acak-acakkan bekas basuhan handuk. Pria itu mandi sore tadi setelah berlama-lama di pantai sendirian.“Kamu ingin tahu?”Kuanggukkan kepala pelan, lalu mengambil kembali sendok dan menyu

  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 47: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    Seminggu sejak mengendarai motor bersama Wardah ke pasar, aku mulai menjalani kehidupan yang nyaman di desa ini. Tidak banyak kebisingan, tidak ada tetangga yang kepo kiri dan kanan karena memang rumahnya berjauhan.Segalanya tenteram, aman dan menyenangkan. Aku jadi bagian baru dalam hidup Wardah dan Mamak Bang Bayu.Kami sering ke pantai bertiga, duduk di sana sampai matahari tenggelam atau menunggu matahari terbit. Tapi, dibanding aku yang hanya duduk, Mamak Bang Bayu dan Wardah sering terlihat bersedih.Mereka kerap kali memanjatkan doa, melantunkan harap untuk keluarga yang sudah pergi dibawa Tsunami. Tidak ada jejaknya, tidak ada beritanya meski belasan tahun sudah berlalu.Seperti hari ini misalnya, Mamak Bang Bayu meneteskan air mata meski bibirnya membisu. Sedang Wardah mengusap dada, menahan tangisnya.Aku yakin benar, ada rindu yang teramat dalam untuk keluarga mereka.

  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 46: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    Sejak lambaian tangan dan senyum Bang Bayu sore itu, aku resmi tinggal di rumah orang tuanya. Bang Bayu menitipkanku pada Wardah, meminta agar gadis muda itu menjadi teman sekaligus keluarga baru untukku.Bang Bayu pergi, kukira tinggal di sana akan jadi canggung. Nyatanya, Wardah mendobrak habis dinding yang kubangun.Kami jadi teman hanya dalam satu malam. Menonton tv berdua, makan camilan, dan merencanakan kegiatan untuk besok.“Kak, Kakak tinggal aja di sini buat selamanya. Jangan keluar dari sini, nanti aku enggak ada temennya lagi. Bang Bayu enggak pernah bawa siapa pun ke sini selain Kak Ida, si dokter itu sama Kakak.” Wardah nyerocos tanpa mengerling ke arahku.Dia sibuk ngemil dengan chips yang dibawakan oleh Bang Bayu tadi. Sedangkan mamak Bang Bayu disuguhi buah-buahan yang sudah dipotong olehnya. Perempuan itu tidak banyak bicara. Dia duduk di sofa dan memandang hampa ke arah tv.Dari sorot mata

  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 45: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    “Mamak baik-baik saja, kemarin dokternya baru berkunjung, Bang.” Gadis muda itu bertutur sangat lembut.Dia mendorong pintu lebar hingga seisi ruangan rumah kayu terlihat. Dalamnya sangat luas, hanya diisi beberapa perabotan yang sebenarnya sangat bagus dan terbaru.Aku takjub, juga terkesima. Sebab, rumah yang kini tersaji di depan mata serupa dengan rumah yang menjadi impian kedua orang tuaku.Almarhumah mamak mendambakan sebuah hunian sederhana dari kayu yang kokoh, dipernis tanpa menghilangkan guratan asli dari kayu. Tapi, keduanya berpulang tanpa sempat mewujudkan impian yang sederhana itu.Aku menahan diri untuk tidak meluapkan perasaan. Rindu kepada kedua orang tua menyebabkan air mata mulai menggenang.“Bang Bayu ajak siapa?” tutur sang gadis muda seraya melirikku. Dia memilih memakai jilbab kurung usai menyadari ada hadirku di belakang Bang Bayu. “Bukan Kak Ida ternyata. Yah, suda

  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 44: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    Pagi menjelang saat aku terbangun dari tidur. Seluruh tubuh terasa remuk, wajah sayu dan mata perih luar biasa.Semalaman suntuk aku menangis sendirian di kamar. Merenungi keadaan yang kian rumit meski dewasa telah lama datang.Dulu, mengira jika dewasa dan sudah bekerja, aku bisa melewati semua hal dengan mudah. Tidak perlu lagi khawatir soal uang, tempat tinggal atau perlakuan orang lain.Nyatanya ....“Astagfirullah, Ya Allah.” Aku meratap, memukuli dada yang terasa begitu sesak.Kupandangi langit melalui jendela, sudah terang. Aku tidak terbangun lebih cepat hingga waktu salat Subuh terlewat.“Hari ini akan baik-baik saja,” batinku sembari bangkit dari pembaringan.Seluruh sendiku ngilu dan kepala sakit luar biasa. Pandanganku juga buram karena tertidur dalam keadaan menangis tanpa henti.Hari ini aku harus menjalani awal baru lagi, memulai semuanya entah dar

  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 43: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    “Oh iya!” Bang Bayu kembali berujar pada Pak Dama dan istrinya.Dua orang yang hendak pergi usai membuat kehebohan itu seketika terdiam. Seolah-olah ada mesin pengontrol dari lidah Bang Bayu terhadap mereka, bahkan gerak tubuh keduanya serentak berpaling ke arah pria itu.Sejujurnya, aku masih tidak percaya dengan kebetulan unik ini. Bagaimana bisa istri Pak Dama adalah adik sepupu Bang Bayu dan itu berarti adik ipar Bang Bayulah yang menggodaku.Sekujur tubuh merinding hebat, seolah ada ribuan ulat yang menggerayangi badan. Bagaimana mungkin hal ini terjadi? Padahal dunia tidak sesempit yang dibayangkan.“Lain kali, jangan asal main hakim sendiri, mungkin tidak akan ada kesempatan kedua untuk apa yang kalian lakukan hari ini. Sekarang, pergi dulu, urusan di sini akan kubereskan. Tapi, bukan berarti kalian bebas dari tanggungjawan serta ganti rugi,” perintah Bang Bayu sembari

DMCA.com Protection Status