“Kamu mengatakan hal itu seakan kamu tahu benar seperti apa kami. Kamu tidak tahu bukan betapa kacaunya pria ini. Betapa dia menahan banyak penderitaan yang begitu berat sehingga tidak bisa menanggungnya sendiri. Jangan berkata seolah kamu tahu apa yang kami rasakan.”
Perkataan Theo masih terngiang dalam pikiran Orlena. Tentu saja Orlena tidak tahu yang dirasakan oleh Max. Penderitaan seperti apa yang diterima pria itu hingga kepribadiannya terpecah-pecah. Bahkan jika Orlena pernah merasakan penderitaan yang berat, dia merasa apa yang dialami oleh Max jauh lebih berat daripada yang dipikirkan olehnya.
Orlena yang masih berdiri di samping meja makan hanya bisa menghela nafas berat. Dia sudah salah langkah menghadapi Theo. Dan sekarang dia yakin kepribadian Max yang baru itu akan menutupi dirinya dari wanita itu. Orlena pun berjalan meninggalkan meja
Orlena yang duduk di sofa dalam kamar Max bisa bernafas lega saat dokter mengatakan jika goresan di pergelangan tangan Max tidak terlalu dalam. Dia juga cepat diselamatkan sehingga Max tidak kehilangan terlalu banyak darah. Namun meskipun begitu, dokter Carlos tetap memberikan transfusi darah pada tubuh Max. Meskipun hanya psikiater bagi Max, tapi dokter Carlos terkadang juga harus menangani hal-hal seperti ini.Tatapan wanita itu tertuju pada Max yang sudah berbaring di atas ranjang dengan mata terpejam. Pakaian pria itu pun juga sudah diganti. Sehingga sekarang dia hanya menantikan pria itu sadarkan diri. Orlena mengusap wajahnya dengan kedua tangannya penuh frustasi. Wanita itu ingat bagaimana rasa takut yang dirasakan olehnya saat melihat nyawa Max terancam. Mengetahui nyawa Max bisa diselamatkan membuat Orlena tidak bisa menahan tangisnya karena dia begitu lega.
Max kembali membuka matanya. Kali ini dia tidak berada di sebuah rumah kecil dan kumuh. Dia bisa melihat langit-langit kamarnya. Saat itulah Max menyadari jika tadi adalah sebuah mimpi. Pria itu hendak menegakkan tubuhnya. Namun sesuatu yang berat mengalihkan perhatian pria itu. Dia bisa melihat Orlena berbaring di sampingnya dan memeluk tubuh pria itu. Bibir Max menyunggingkan senyuman melihat wajah cantik Orlena. Pria itu menunduk untuk mencium puncak kepala wanita itu.Kemudian perhatian Max kembali teralihkan pada sesuatu di tangannya. Dia bisa melihat sebuah selang seperti infus menusuk punggung tangannya. Namun selang itu berwarna merah gelap karena mengalihkan darah. Max juga bisa melihat pergelangan tangannya sudah ditutupi oleh kain kasa. Merasakan sakit di bagian tu, Max yakin jika pergelangan tangannya terl
Esmee berdiri di dalam lift dengan memeluk lengan Max. Wanita itu tidak bersemangat seperti sebelumnya. Saat ini mereka berada di gedung perusahaan Martinez Group. Mereka akan bertemu dengan pihak Martinez untuk menandatangani kerjasama. Tentu saja yang membuat Esmee gugup adalah dirinya akan bertemu dengan Romain.“Apakah kamu baik-baik saja, Esmee?” tanya Max yang menyadari ada yang aneh dengan istrinya.Esmee mendongak dan menatap Max. Menyunggingkan senyuman tipis. “Aku baik-baik saja, Max.”Pria itu memicingkan matanya menatap wanita itu. “Kamu yakin? Wajahmu tampak pucat. Apakah kamu sakit?” Wanita itu menggelengkan kepalanya. “Tidak, aku tidak sakit. Aku hanya merasa gugup.”“Apakah kamu mengenal pihak Martinez?”Mengenal? Aku bahkan pernah tidur dengannya. Jawab Esmee dalam hati.“Papa yang mengenal pihak Martinez. Pemilik Martinez Group adalah sahabatnya.”Max mengangguk-anggukkan kepalanya. “Jadi karena itu pihak Martinez mengajukan syarat agar kamu ikut dalam pertemuan ini
Orlena berjalan menuju lift. Wanita itu hendak menuju kantin untuk menikmati makan siang. Namun sebelum sampai lift, dua orang wanita memegangi kedua lengan Orlena dan menariknya menuju pintu darurat. Awalnya Orlena terkejut dengan tindakan mereka. Tapi detik berikutnya Orlena menyadari apa yang hendak mereka lakukan padanya.Setelah melewati pintu tangga darurat, kedua wanita itu mendorong tubuh Orlena sehingga wanita itu menabrak dinding. Beruntung Orlena menggunakan kedua tangannya untuk menahan agar tubuhnya tidak menabrak dinding dengan begitu keras. Wanita itu menoleh untuk melihat siapa dalang dari tindakan kasar ini. Saat itulah Orlena bisa melihat Diana berdiri dengan kedua tangan dilipat di depan dadanya.Orlena menegakkan tubuhnya dan berdiri dengan tenang menatap Diana. “Ah, jadi kamu masih belum puas mencari masalah denganku, Kecoa?&rdq
“Miss Orly jatuh dari tangga? Bagaimana hal itu bisa terjadi?” terkejut Altherr yang sudah duduk di meja kerjanya dengan smartphone menempel di telinganya.“Seseorang menindas dia. Aku ingin mencari tahu siapa yang sudah membuat Orly terluka. Tapi Orly melarangku melakukannya.” Max mendengus kesal karena tidak bisa menjaga kekasihnya.Altherr memicingkan matanya. “Kenapa Miss Orly melarangmu, Max?”Max menghela nafas berat. “Orly mengatakan jika dia tidak ingin aku mengambil tindakan atas orang-orang yang sudah melukainya. Dia ingin menangani mereka sendiri.”Altherr menyunggingkan senyuman. “Sepertinya itu memang ciri khas Miss Orly. Kamu tidak perlu cemas, Max. Aku pikir Miss Orly bisa menangani mereka sendiri.&rdqu
Padahal Orlena sudah berencana mencari orang-orang yang yang menjadi kaki tangan Diana. Dia berpikir untuk menghancurkan pion yang kecil lebih dahulu, baru setelah itu dia akan mengurus pion yang besar. Namun sebelum Orlena mencarinya, dua orang wanita yang kemarin menyeretnya sudah datang menemui Orlena di ruangannya. Orlena yang masih duduk di kursinya melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap dua orang wanita yang berdiri di hadapannya.Kedua wanita itu adalah Hana dan juga Chrissy. Orlena ingat jelas bagaimana wajah kedua wanita itu."Jadi apa yang kalian di sini? Apakah Diana kembali menyuruh kalian untuk membawaku?" tanya Orlena dengan nada dingin.Hana, wanita dengan rambut pirang bergelombang itu menggelengkan kepalanya. "Tidak, Miss Orly. Kami kemari bukan dengan maksud seperti itu
Taksi yang dinaiki oleh Diana berhenti di depan gedung apartemennya. Setelah membayar, dia segera keluar dari mobil itu. Berbeda dengan Orlena yang sudah bisa pulang kemarin, Diana harus pulang hari ini karena kondisinya lebih parah dibandingkan Orlena. Dia mengalami patah tulang di tangan kirinya. Itulah yang membuat Diana benar-benar kesal.Kemudian wanita itu berjalan masuk ke dalam gedung apartemen itu. Tatapannya tertuju pada kantor penjaga di mana tidak ada orang di sana. Padahal biasanya ada orang yang bertugas untuk berjaga. Namun Diana tidak mau mempedulikannya. Karena dia merasa begitu lelah dan ingin segera beristirahat di kamarnya. Dia terus berjalan menuju pintu lift. Wanita itu mengulurkan tangannya untuk menekan tombol lift. Dia menunggu lift turun dan pintu terbuka.Namun tiba-tiba tubuh Diana membeku saat lampu-lampu di atas berkedip deng
“Kamu baik-baik saja, Orlena Sayang?” tanya Russel yang mengendarai mobil. Terlihat pria itu masih mengenakan pakaian bernoda darah yang sama seperti zombie yang dilihat oleh Diana.Orlena memang meminta tolong Russel dan Aloody untuk menjadi zombie. Setelah mendapatkan informasi dari Hana dan Chrissy jika Diana sangat takut dengan zombie, Orlena pun langsung membuat skenario menakuti kecoa itu.Namun setelah mendengar siapa yang sudah menyuruh Diana, membuat Orlena terkejut. Seharusnya dia bisa menebak siapa yang melakukan hal itu. Tapi Orlena tidak berpikir sejauh itu. Karena dia berpikir Diana memiliki dendam pribadi dengannya. Mengingat Orlena pernah berurusan dengan wanita itu.Aloody yang duduk di samping Russel menepuk lengan Russel. “Bodoh! Tentu saja Orlena tidak baik-baik saja. Mengetahui
Mia menatap pantulan dirinya di depan cermin besar. Wanita itu mengenakan gaun putih gading yang terlihat indah. Gaun lengan panjang itu melebar di bagian bawah pinggang. Di belakangnya ekor gaun menjuntai beberapa meter. Gaun itu terlihat begitu mewah karena brokat emas yang menghiasi seluruh gaun."Apakah ini tidak terlalu berlebihan, Mrs. Vardalos?" tanya Mia kepada calon ibu mertuanya.Zeta berdiri di samping Mia. Wanita itu menatap penampilan calon menantunya dengan tatapan kepuasan. Bibirnya tersenyum lebar tampak sangat bahagia."Tidak ada yang berlebihan, Sayangku. Kamu sangat cantik." Zeta memeluk bahu Mia meyakinkan wanita itu."Tapi aku tidak yakin tampil dengan gaun ini, Mrs. Vardalos. Aku merasa tidak pantas mengenakannya." Mia menunduk sedih.Zeta memutar tubuh Mia sehingga wanita itu menghadap ke arahnya. Wanita itu menepuk bahu Mia sehingga menatap ke arahnya."Reynard sudah memberitahuku jika kamu kesulitan untuk percaya diri, Mia. Tak seorang pun di dunia ini yang bi
Reynard sudah mencarinya di seluruh resort. Namun dia belum kunjung menemukan tunangannya. Dia begitu ketakutan terjadi hal buruk pada Mia. Lalu tatapannya tertuju ke arah lautan. Dia berpikir mungkin saja Mia tidak sengaja jatuh ke lautan. Tapi segera Reynard menggelengkan kepalanya. Dia tahu hal aneh seperti itu hanya ada dalam drama-drama, tidaklah nyata.Tiba-tiba seorang pria mengenakan setelan hitam berjalan menghampirinya. Langkahnya terhenti tepat di hadapan Reynard. Mata Reynard mengamati pria itu dengan tatapan penuh tanda tanya."Apakah anda adalah Reynard Metraxis?" tanya pria itu.Reynard menganggukkan kepalanya. "Benar. Saya adalah Reynard Metraxis. Anda siapa?""Saya adalah Daniel Wade. Saya diperintahkan seseorang untuk mengantarkan anda ke suatu tempat." Pria itu memberitahu Reynard.Reynard memicingkan matanya menatap pria itu. "Siapa yang memerintahkan kamu kemari?"Pria itu tersenyum. "Saya tidak bisa memberitahu anda, Mr. Metraxis. Tapi ini berhubungan dengan tunan
"Jadi kamu memang merencanakan lamaran ini saat merencanakan liburan kita?" tanya Mia saat mereka sudah kembali ke kabin mereka. Reynard menarik Mia yang baru saja selesai mandi untuk duduk di pangkuannya. "Aku memang merencanakan liburan ini untuk melamarmu. Aku sudah sangat yakin tidak ingin melepaskanmu lagi. Karena kamu adalah wanita yang dikirim Tuhan untuk menemaniku di sisa hidupku." "Bisakah kamu berhenti untuk mengatakan hal-hal yang manis? Kamu membuat pipiku memerah." Mia menyentuh pipinya yang memanas. Reynard terkekeh melihat reaksi sang kekasih. "Aku hanya mengungkapkan isi hatiku, Agape mou. Kenapa wajahmu jadi seperti kepiting rebus?" "Kamu menyebalkan, Reynard." Mia mendengus kesal. Reynard mencium bibir Mia sekilas. "Bagaimana bisa pria tampan ini menyebalkan?" "Kenarsisan-mu mengingatkanku pada tingkat kepercayaan dirimu yang tinggi saat berpikir aku memujimu." Mia terkekeh geli. "Jangan ingatkan aku tentang hal itu." Kali ini Reynard yang tampak kesal. Mia t
Blue Magic merupakan salah satu spot menyelam terbaik. Lokasi ini berada di antara pulau Kri dan pulau Waisai. Dengan perpaduan laut berwarna biru muda yang cantik ditambah dengan keindahan kehidupan bawah lautnya sehingga tidak heran orang-orang menyebut tempat itu sebagai Blue Magic.Reynard dan Miayang sudah mengenakan pakaian dan perlengkapan menyelam sedang menikmati pemandangan kehidupan bawah laut di Blue Magic. Bersama dengan pemandu tour, mereka bersama mengelilingi tempat itu. Reynard menggandeng tangan sang kekasih untuk menjaga wanita itu berada di dekatnya. Seperti yang dikatakan pemandu mereka tadi karena arus yang kuat mampu menyeret penyelam ke laut terbuka.Namun perjuangan mereka tidaklah sia-sia. Karena mereka bisa melihat warna warni batu karang yang cantik serta hewan-hewan laut yang menakjubkan. Seperti ikan pari manta, barakuda, tuna dan makhluk laut yang paling populer di tempat itu adalah kumpulan jackfish.Setelah puas menikmati pemandangan bawah laut itu, Re
"Dan aku akan membuatmu juga sangat liar, Agape mou." Setelah mengucapkan kalimat itu, Reynard langsung menunduk. Bukan untuk mencium bibir Mia melainkan menggigit lembut telinga wanita itu.Hembusan nafas Reynard yang menerpa kulit Mia membuat wanita itu merinding geli. Namun dia merasakan sensasi aneh di perutnya. Seakan perutnya baru saja diguncangkan dengan keras."Reynard." Desah Mia."Kamu menyukainya, Agape mou?" bisik Reynard.Menyukainya? Mia bahkan tidak mengerti bagaimana tubuhnya berubah panas karena tindakan Reynard. Padahal pria itu bahkan belum menyentuh titik sensitif Mia tapi Reynard mampu membangkitkan hasrat liar dalam dirinya.Reynard beralih ke leher Mia. Menciptakan panas yang menjalar dalam setiap kecupannya. Tangan Reynard menyusup dalam kaos wanita itu menangkup salah satu bukit kembar Mia. Mia tak mampu berpikir dengan jernih ketika Reynard memberikan cumbuan serta remasan lembut di payudaranya. Ketika tangan Reynard menurunkan branya dan menyentuh putingnya
Raja Ampat di Indonesia adalah tempat yang dipilih oleh Reynard menghabiskan liburannya bersama dengan Mia. Keindahan pemandangan laut dan pantai sangat memikat pasangan itu begitu mereka sampai di Misool Eco Resort.Misool merupakan satu dari empat pulau terbesar di kepulauan Raja Ampat yang terletak di provinsi Papua Barat. Misool berbatasan langsung dengan laut Seram dan perairan laut lepas yang menjadi jalur lintas hewan besar termasuk paus. Sehingga tidak heran jika Raja Ampat terkenal dengan keindahan kehidupan bawah lautnya.“Tempat ini seperti surga, Reynard.” Mia melihat lautan berwarna biru kehijaun yang sangat indah.“Tempat ini seperti surga jika aku bersamamu, Agape mou.”Mia menoleh dan memperlihatkan rona merah di pipinya. “Berhentilah merayuku terus, Mr. Metraxis. Kamu akan membuatku meleleh seperti mentega di bawah sinar matahari.”Reynard tertawa mendengar perumpamaan sang kekasih. Pria itu meraih tangan Mia dan berjalan menyusuri jembatan kayu di atas laut. “Sayangn
Reynard melepaskan ciumannya. Sepasang kekasih itu segera menoleh. Karyawan wanita yang beberapa hari yang lalu tidak sengaja mendorong Mia hingga terluka berdiri di depan pintu dengan terkejut. Tidak butuh orang pintar untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan Reynard dan Mia dengan posisi Reynard yang menyergap tubuh Mia diantara dinding."Maafkan aku. Aku akan naik lift berikutnya." Wanita pirang itu segera mengalihkan perhatiannya.Tak lama kemudian pintu lift kembali tertutup. Reynard kembali mengalihkan perhatiannya pada wanita cantik yang terperangkap di hadapannya."Sepertinya kita akan membuat seisi kantor heboh." Mia meringis membayangkan berita baru tentang dirinya dan Reynard yang akan segera muncul."Aku pikir bukan berita buruk yang akan kita dengar." Reynard menyunggingkan senyuman."Bagaimana kamu bisa begitu yakin?" tanya Mia menatap sang kekasih."Apa kamu tidak sadar dengan posisi kita saat ini, Agape mou?" tanya Reynard.Mia melihat Reynard yang berdiri di hadapan
"Jadi kamu masih tidak akan memberitahuku ke mana kita akan pergi akhir pekan ini?" tanya Mia sembari menyantap burgernya.Setelah berpikir lama tentang makanan yang akan mereka pilih sebagai menu makan siang mereka, akhirnya Mia mendesak Reynard untuk pergi ke restoran cepat saji. Dia ingin menikmati burger. Sudah lama wanita itu tidak memakannya. Terakhir kali dia makan makanan bertumpuk itu adalah ketika Alicia mengajaknya untuk merayakan ulang tahun Alicia berdua dengannya."Sudah kukatakan itu adalah kejutan." Reynard menyantap burger bagiannya.Mia berpikir Reynard akan terlihat kaku memakan makanan cepat saji itu. Karena selama ini pria itu selalu menyantap makanan-makanan dari koki terbaik. Tapi ternyata dugaan Mia salah. Gerakan tangan Reynard saat memegang burger itu begitu luwes. Seolah pria itu sudah sering memakannya."Tapi aku tidak tahu apa yang harus aku kenakan, Reynard? Bagaimana jika aku salah kostum? Maksudku bagaimana jika aku mengenakan kaos dan celana pendek tap
Reynard dan Mia sudah berada di dalam mobil pria itu. Namun Reynard tidak segera menghidupkan mesin mobilnya. Pria itu memilih memusatkan perhatiannya pada Mia. Wajah wanita itu tampak pucat. Dia tahu tidak mudah bagi Mia menghadapi situasi seperti tadi."Apakah kamu baik-baik saja, Agape mou?" Reynard mengulurkan tangan menggenggam tangan Mia.Akhirnya wanita yang sejak tadi diam mulai menoleh menatap sang kekasih. Bibirnya berusaha menyunggingkan senyuman. "Aku... Aku baik-baik saja, Reynard.""Kamu yakin? Wajahmu tampak pucat, Agape mou." Tangan Reynard berpindah menyentuh pipi Mia."Sebenarnya aku memang tidak baik-baik saja, Reynard. Aku sangat takut. Bahkan tanganku sampai gemetar seperti ini." Mia mengangkat kedua tangannya yang masih gemetar."Maafkan aku, Agape mou. Kamu harus menghadapi Mama seperti itu. Seharusnya aku tahu lebih awal jika Mama datang kemari. Salahku tidak memperingatkanmu lebih dulu." Sesal Reynard."Jadi benar ibumu selalu melakukannya? Maksudku bersikap