Orlena yang berjalan menyusuri bandara Internasional Oakland tampak menyunggingkan senyuman senang. Di samping kanannya terlihat Max yang tampak begitu tampak mengenakan kemeja biru tua berlengan pendek dengan celana kain panjang berwarna coklat muda. Dia kelihatan lebih muda dibandingkan dengan saat pria itu mengenakan setelan kerja. Sedangkan di samping kiri Orlena terlihat Altherr juga mengenakan pakaian kasual. Sweater abu-abu gelap yang dipadukan dengan celana jeans hitam. Tentu saja kedua pria tampan dan menawan itu menarik perhatian banyak orang. “Sepertinya kamu yang paling senang kita akan pergi ke Paris.” Max mengamati ekspresi wanita yang berjalan di sampingnya. Karena hubungan mereka masih dirahasiakan sehingga Max meminta Orlena tidak terlalu banyak melakukan kontak fisik ketika berada di tempat umum.Orlena menoleh ke arah pria itu. “Tentu saja aku senang. Siapa yang tidak senang akan menghabiskan waktu di kota paling romantis di dunia.”“Tapi kita ke sana untuk bekerja
“Kenapa kita berada di dalam pesawat? Kamu mau menculikku ke mana, Waita asli?” tanya Jean yang masih ingat Orlena ketika wanita itu mencegah dirinya ingin menerkam Russel.Mengetahui kepribadian Jean yang muncul, membuat Orlena menepuk jidatnya. Dia tidak bisa membiarkan Jean membuat para penumpang di pesawat ini semakin curiga. Terutama Orlena harus menjaga hal ini jauh dari Luudwig. “Aku tidak menculikmu, Jean. Aku, Max, dan juga Altherr harus melakukan perjalanan bisnis ke Paris.”Seketika mata Jean berbinar mendengar nama kota romantis itu. “Paris? Kita akan pergi ke kota Paris yang ada di Perancis itu?”Orlena menganggukkan kepalanya. “Benar, kita mau pergi ke sana. Jean, kita sedang berada di pesawat. Jadi aku tidak bisa mengambil resiko membuat semua orang tahu jika Max memiliki banyak kepribadian. Karena itu aku ingin membuat penawaran denganmu.”Jean memicingkan matanya curiga. “Penawaran apa? Kamu tidak akan melakukan hal; yang buruk padaku bukan?” Jean yang berada di dal
“Kenapa di ponselku ada video Russel?” tanya Max saat mereka sudah berada di dalam sebuah taksi menuju hotel di mana mereka akan menginap.Orlena menoleh ke arah pria yang duduk di sampingnya. Wanita itu menyunggingkan senyuman. “Aku menggunakannya untuk menjadi senjata menghadapi Jean.”Max menoleh ke depan dan melihat Altherr sedang berbicara dengan sang sopir sehingga tidak memperhatikan Max dan Orlena. Kemudian pria itu kembali menoleh ke arah wanita di sampingnya dan mengecilkan suaranya.“Apakah Jean muncul?” tanya Max yang tidak ingat apa yang terjadi saat berada di pesawat.Orlena menganggukkan kepalanya kemudian dia juga mengecilkan suaranya seperti yang dilakukan oleh Max. “Ya, dia muncul. Dan sangat menyebalkan. Tapi aku berhasil membujuknya dengan video Russel. Percayalah dia melihatnya sebanyak dua belas kali.”Max melotot kaget membuat Orlena terkekeh geli. Kemudian pria itu mengusap wajahnya sembari menghela nafas karena merasa begitu malu.“Tenang saja. Hanya aku yang
Orlena pun memahami maksud ucapan Max agar dirinya tetap selalu berada di dekatnya. Pasalnya klien yang ditemui oleh Max adalah pria mata keranjang yang tidak pernah berhenti melihat ke arah Orlena. Bahkan tatapan pria itu layaknya seekor singa yang sedang mengintai rusa untuk diterkamnya. Emil Bassman adalah seorang pria berusia tiga puluh tiga tahun. Seorang lajang yang suka menikmati wanita-wanita cantik. Sehingga ketika pertama kali melihat Orlena, mata pria itu langsung berbinar. "Bagaimana dengan perjalanan kalian, Mr. Steltzer?" tanya Emil berusaha fokus pada pria yang duduk di hadapannya.Saat ini Max, Orlena, dan Altherr bertemu dengan Emil di restoran mewah di La Cuisine yang terletak di jalan Hoche. "Perjalanannya sangat lancar." Tentu saja Max tidak akan memberitahu Emil mengenai perubahan kepribadian dirinya ketika sedang berada di pesawat."Senang mendengarnya. Jika membutuhkan sesuatu, jangan sungkan untuk memberitahu saya, Mr. Steltzer." Pria dengan rambut sedikit
Orlena sudah membersihkan make up dan melakukan perawatan untuk menjaga kulitnya di wajahnya. Wanita itu juga mengganti gaunnya dengan piyama lengan pendek berwarna hitam. Bibirnya menyunggingkan senyuman mengingat ekspresi Max yang menggemaskan saat sedang marah. Dia merasa senang karena Max memiliki keinginan untuk mengakui dirinya sebagai miliknya. Setelah selesai, Orlena pun berjalan keluar dari kamar mandi. Namun langkahnya terhenti saat berada di ambang pintu. Pasalnya wanita itu tidak bisa menemukan Max berada di kamar hotel itu. “Oh, tidak lagi.” Orlena menggelengkan kepalanya.Segera wanita itu berjalan menghampiri meja dan mengambil tasnya. Wanita itu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi ponsel Max. Terdengar nada tunggu yang begitu lama sebelum akhirnya suara operator memberitahu wanita itu jika nomor yang dituju tidak mengangkat panggilan darinya. Orlena yang tidak menyerah kembali menghubungi Max kembali. Dia berpikir jika dalam tiga kali panggilan Max tidak mengangk
"Jadi kamu ingin aku memancing Max untuk bercerita mengenai apa yang sedang dipikirkannya?" tanya Altherr setelah mendengar permintaan Orlena yang duduk di sampingnya. Wanita itu menganggukkan kepalanya. "Kamu jauh lebih lama mengenal Max. Jadi aku berpikir jika Max bisa lebih terbuka padamu dibandingkan denganku. Aku merasa yakin jika ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiran Max. Tapi bukan masalah saat berada di restoran tadi."Altherr menganggukkan kepalanya mengerti apa yang diinginkan oleh Orlena. "Aku akan mencobanya. Tapi aku tidak janji bisa melakukannya. Terkadang Max tidak menceritakan semua yang ada di pikirannya.""Aku tahu tidak mudah bagi Max untuk membuka diri. Karena itulah aku cemas padanya."Altherr menyunggingkan senyuman. "Aku pikir Max sangat beruntung memiliki seseorang yang mengkhawatirkannya."Orlena memicingkan matanya ke arah pria itu. "Jadi kamu juga ingin ada seseorang yang mengkhawatirkanmu, Altherr? Mungkin aku bisa mengenalkanmu pada seseorang. Dia s
Max berjalan keluar dari toilet. Pria itu dikejutkan dengan Altherr yang sudah berdiri di luar toilet. Max memicingkan matanya menatap sekretarisnya itu.“Apa yang kamu lakukan di sini, Altherr?” tanya Max.“Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi padamu dan juga Miss Orly.”Max menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tidak terjadi apapun.”Altherr menghela nafas berat. “Jangan berbohong padaku, Max. Aku tidak buta jadi aku tahu jika kamu menghindari Miss Orly. Jika kamu marah karena dia mengatakan pada Mr. Bassman jika aku adalah kekasihnya?”Max menghela nafas tidak sabar. “Tidak, aku tidak marah soal itu. Aku sudah membicarakan hal itu dengan Orlena. Dia menjelaskan padaku jika dia terpaksa melakukannya untuk menghindari kejaran dari Mr. Bassman.”“Lalu kenapa kamu menghindari Miss Orly, Max? Ini tidak seperti dirimu biasanya.” Alther memicingkan matanya.“Tidak ada. Bisakah kita tidak membicarakan hal ini, Altherr? Kita sedang bekerja. Aku yakin Mr. Bassman pasti sudah datang.” Max memilih
Beberapa saat sebelumnya.“Aku tahu kamu sudah memiliki kekasih, Miss Orly. Tapi aku berpikir jika aku jauh lebih baik dibandingkan dengan kekasihmu saat ini. Apakah kamu yakin tidak mau memberikanku kesempatan? Bahkan hanya sekedar bermain di belakang kekasihmu? Aku akan memberikan apapun yang kamu minta. Karena aku sangat tertarik denganmu, Miss Orly.”Seperti yang sudah dipikirkan oleh Orlena sebelumnya jika Emil tidak akan menyerah begitu saja. Orlena tahu benar bagaimana tipe pria seperti Emil. Pria itu tidak akan pernah menyerah padanya bahkan meskipun dia tahu jika Orlena memiliki kekasih. Kemudian wanita itu menyunggingkan senyuman sinis. “Kamu pikir aku akan tergoda dengan harta yang kamu miliki, Mr. Bassman? Apakah kamu tidak berpikir jika kamu sangatlah bodoh? Jika aku menginginkan hal itu, sudah sejak lama aku pasti akan menggoda Mr. Steltzer. Tapi sayangnya aku tidak melakukannya.” Orlena menggeleng-gelengkan kepalanya. Namun wanita itu berhenti menggeleng ketika merasak
Mia menatap pantulan dirinya di depan cermin besar. Wanita itu mengenakan gaun putih gading yang terlihat indah. Gaun lengan panjang itu melebar di bagian bawah pinggang. Di belakangnya ekor gaun menjuntai beberapa meter. Gaun itu terlihat begitu mewah karena brokat emas yang menghiasi seluruh gaun."Apakah ini tidak terlalu berlebihan, Mrs. Vardalos?" tanya Mia kepada calon ibu mertuanya.Zeta berdiri di samping Mia. Wanita itu menatap penampilan calon menantunya dengan tatapan kepuasan. Bibirnya tersenyum lebar tampak sangat bahagia."Tidak ada yang berlebihan, Sayangku. Kamu sangat cantik." Zeta memeluk bahu Mia meyakinkan wanita itu."Tapi aku tidak yakin tampil dengan gaun ini, Mrs. Vardalos. Aku merasa tidak pantas mengenakannya." Mia menunduk sedih.Zeta memutar tubuh Mia sehingga wanita itu menghadap ke arahnya. Wanita itu menepuk bahu Mia sehingga menatap ke arahnya."Reynard sudah memberitahuku jika kamu kesulitan untuk percaya diri, Mia. Tak seorang pun di dunia ini yang bi
Reynard sudah mencarinya di seluruh resort. Namun dia belum kunjung menemukan tunangannya. Dia begitu ketakutan terjadi hal buruk pada Mia. Lalu tatapannya tertuju ke arah lautan. Dia berpikir mungkin saja Mia tidak sengaja jatuh ke lautan. Tapi segera Reynard menggelengkan kepalanya. Dia tahu hal aneh seperti itu hanya ada dalam drama-drama, tidaklah nyata.Tiba-tiba seorang pria mengenakan setelan hitam berjalan menghampirinya. Langkahnya terhenti tepat di hadapan Reynard. Mata Reynard mengamati pria itu dengan tatapan penuh tanda tanya."Apakah anda adalah Reynard Metraxis?" tanya pria itu.Reynard menganggukkan kepalanya. "Benar. Saya adalah Reynard Metraxis. Anda siapa?""Saya adalah Daniel Wade. Saya diperintahkan seseorang untuk mengantarkan anda ke suatu tempat." Pria itu memberitahu Reynard.Reynard memicingkan matanya menatap pria itu. "Siapa yang memerintahkan kamu kemari?"Pria itu tersenyum. "Saya tidak bisa memberitahu anda, Mr. Metraxis. Tapi ini berhubungan dengan tunan
"Jadi kamu memang merencanakan lamaran ini saat merencanakan liburan kita?" tanya Mia saat mereka sudah kembali ke kabin mereka. Reynard menarik Mia yang baru saja selesai mandi untuk duduk di pangkuannya. "Aku memang merencanakan liburan ini untuk melamarmu. Aku sudah sangat yakin tidak ingin melepaskanmu lagi. Karena kamu adalah wanita yang dikirim Tuhan untuk menemaniku di sisa hidupku." "Bisakah kamu berhenti untuk mengatakan hal-hal yang manis? Kamu membuat pipiku memerah." Mia menyentuh pipinya yang memanas. Reynard terkekeh melihat reaksi sang kekasih. "Aku hanya mengungkapkan isi hatiku, Agape mou. Kenapa wajahmu jadi seperti kepiting rebus?" "Kamu menyebalkan, Reynard." Mia mendengus kesal. Reynard mencium bibir Mia sekilas. "Bagaimana bisa pria tampan ini menyebalkan?" "Kenarsisan-mu mengingatkanku pada tingkat kepercayaan dirimu yang tinggi saat berpikir aku memujimu." Mia terkekeh geli. "Jangan ingatkan aku tentang hal itu." Kali ini Reynard yang tampak kesal. Mia t
Blue Magic merupakan salah satu spot menyelam terbaik. Lokasi ini berada di antara pulau Kri dan pulau Waisai. Dengan perpaduan laut berwarna biru muda yang cantik ditambah dengan keindahan kehidupan bawah lautnya sehingga tidak heran orang-orang menyebut tempat itu sebagai Blue Magic.Reynard dan Miayang sudah mengenakan pakaian dan perlengkapan menyelam sedang menikmati pemandangan kehidupan bawah laut di Blue Magic. Bersama dengan pemandu tour, mereka bersama mengelilingi tempat itu. Reynard menggandeng tangan sang kekasih untuk menjaga wanita itu berada di dekatnya. Seperti yang dikatakan pemandu mereka tadi karena arus yang kuat mampu menyeret penyelam ke laut terbuka.Namun perjuangan mereka tidaklah sia-sia. Karena mereka bisa melihat warna warni batu karang yang cantik serta hewan-hewan laut yang menakjubkan. Seperti ikan pari manta, barakuda, tuna dan makhluk laut yang paling populer di tempat itu adalah kumpulan jackfish.Setelah puas menikmati pemandangan bawah laut itu, Re
"Dan aku akan membuatmu juga sangat liar, Agape mou." Setelah mengucapkan kalimat itu, Reynard langsung menunduk. Bukan untuk mencium bibir Mia melainkan menggigit lembut telinga wanita itu.Hembusan nafas Reynard yang menerpa kulit Mia membuat wanita itu merinding geli. Namun dia merasakan sensasi aneh di perutnya. Seakan perutnya baru saja diguncangkan dengan keras."Reynard." Desah Mia."Kamu menyukainya, Agape mou?" bisik Reynard.Menyukainya? Mia bahkan tidak mengerti bagaimana tubuhnya berubah panas karena tindakan Reynard. Padahal pria itu bahkan belum menyentuh titik sensitif Mia tapi Reynard mampu membangkitkan hasrat liar dalam dirinya.Reynard beralih ke leher Mia. Menciptakan panas yang menjalar dalam setiap kecupannya. Tangan Reynard menyusup dalam kaos wanita itu menangkup salah satu bukit kembar Mia. Mia tak mampu berpikir dengan jernih ketika Reynard memberikan cumbuan serta remasan lembut di payudaranya. Ketika tangan Reynard menurunkan branya dan menyentuh putingnya
Raja Ampat di Indonesia adalah tempat yang dipilih oleh Reynard menghabiskan liburannya bersama dengan Mia. Keindahan pemandangan laut dan pantai sangat memikat pasangan itu begitu mereka sampai di Misool Eco Resort.Misool merupakan satu dari empat pulau terbesar di kepulauan Raja Ampat yang terletak di provinsi Papua Barat. Misool berbatasan langsung dengan laut Seram dan perairan laut lepas yang menjadi jalur lintas hewan besar termasuk paus. Sehingga tidak heran jika Raja Ampat terkenal dengan keindahan kehidupan bawah lautnya.“Tempat ini seperti surga, Reynard.” Mia melihat lautan berwarna biru kehijaun yang sangat indah.“Tempat ini seperti surga jika aku bersamamu, Agape mou.”Mia menoleh dan memperlihatkan rona merah di pipinya. “Berhentilah merayuku terus, Mr. Metraxis. Kamu akan membuatku meleleh seperti mentega di bawah sinar matahari.”Reynard tertawa mendengar perumpamaan sang kekasih. Pria itu meraih tangan Mia dan berjalan menyusuri jembatan kayu di atas laut. “Sayangn
Reynard melepaskan ciumannya. Sepasang kekasih itu segera menoleh. Karyawan wanita yang beberapa hari yang lalu tidak sengaja mendorong Mia hingga terluka berdiri di depan pintu dengan terkejut. Tidak butuh orang pintar untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan Reynard dan Mia dengan posisi Reynard yang menyergap tubuh Mia diantara dinding."Maafkan aku. Aku akan naik lift berikutnya." Wanita pirang itu segera mengalihkan perhatiannya.Tak lama kemudian pintu lift kembali tertutup. Reynard kembali mengalihkan perhatiannya pada wanita cantik yang terperangkap di hadapannya."Sepertinya kita akan membuat seisi kantor heboh." Mia meringis membayangkan berita baru tentang dirinya dan Reynard yang akan segera muncul."Aku pikir bukan berita buruk yang akan kita dengar." Reynard menyunggingkan senyuman."Bagaimana kamu bisa begitu yakin?" tanya Mia menatap sang kekasih."Apa kamu tidak sadar dengan posisi kita saat ini, Agape mou?" tanya Reynard.Mia melihat Reynard yang berdiri di hadapan
"Jadi kamu masih tidak akan memberitahuku ke mana kita akan pergi akhir pekan ini?" tanya Mia sembari menyantap burgernya.Setelah berpikir lama tentang makanan yang akan mereka pilih sebagai menu makan siang mereka, akhirnya Mia mendesak Reynard untuk pergi ke restoran cepat saji. Dia ingin menikmati burger. Sudah lama wanita itu tidak memakannya. Terakhir kali dia makan makanan bertumpuk itu adalah ketika Alicia mengajaknya untuk merayakan ulang tahun Alicia berdua dengannya."Sudah kukatakan itu adalah kejutan." Reynard menyantap burger bagiannya.Mia berpikir Reynard akan terlihat kaku memakan makanan cepat saji itu. Karena selama ini pria itu selalu menyantap makanan-makanan dari koki terbaik. Tapi ternyata dugaan Mia salah. Gerakan tangan Reynard saat memegang burger itu begitu luwes. Seolah pria itu sudah sering memakannya."Tapi aku tidak tahu apa yang harus aku kenakan, Reynard? Bagaimana jika aku salah kostum? Maksudku bagaimana jika aku mengenakan kaos dan celana pendek tap
Reynard dan Mia sudah berada di dalam mobil pria itu. Namun Reynard tidak segera menghidupkan mesin mobilnya. Pria itu memilih memusatkan perhatiannya pada Mia. Wajah wanita itu tampak pucat. Dia tahu tidak mudah bagi Mia menghadapi situasi seperti tadi."Apakah kamu baik-baik saja, Agape mou?" Reynard mengulurkan tangan menggenggam tangan Mia.Akhirnya wanita yang sejak tadi diam mulai menoleh menatap sang kekasih. Bibirnya berusaha menyunggingkan senyuman. "Aku... Aku baik-baik saja, Reynard.""Kamu yakin? Wajahmu tampak pucat, Agape mou." Tangan Reynard berpindah menyentuh pipi Mia."Sebenarnya aku memang tidak baik-baik saja, Reynard. Aku sangat takut. Bahkan tanganku sampai gemetar seperti ini." Mia mengangkat kedua tangannya yang masih gemetar."Maafkan aku, Agape mou. Kamu harus menghadapi Mama seperti itu. Seharusnya aku tahu lebih awal jika Mama datang kemari. Salahku tidak memperingatkanmu lebih dulu." Sesal Reynard."Jadi benar ibumu selalu melakukannya? Maksudku bersikap