Orlena tampak terkejut saat Max tiba-tiba menundukkan kepalanya. Wanita itu segera berdiri kemudian berpindah ke kursi yang dekat dengan Max. Dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh bahu pria itu.“Max? Kamu tidak apa-apa?” tanya Orlena mengguncangkan bahu pria itu.Namun Max tidak kunjung bereaksi. Membuat Orlena benar-benar bingung. Dengan kedua tangannya, Orlena menyentuh kedua pipi Max dan menariknya sehingga pria itu mendongak menatapnya. Wanita itu bisa melihat Max tampak memejamkan matanya.“Kenapa dia tiba-tiba tertidur? Apakah dia akan berubah menjadi pribadi lainnya?” gumam Orlena.Kemudian wanita itu kembali nama pria itu. Hingga tiba-tiba mata Max terbuka. Orlena pun bertanya-tanya Max akan berubah menjadi siapa. Mia, Troy, Jean, Kurt, Theo atau bahkan Rey?“Kamu siapa?” tanya Orlena dengan sangat hati-hati. Dia bersiap-siap akan menghadapi kepribadian Max yang lain.“KAKAK!!!” seru pria itu.Mendengar panggilan itu, Orlena pun langsung tahu kepribadian siapa yang muncul
Keesokan paginya ketika Max membuka matanya, dia bisa melihat Orlena berbaring di sampingnya dan memeluk tubuhnya. Awalnya max terkejut melihat wanita itu berada di atas tempat tidurnya. Tapi ketika dia mendapati baju tidur katak berwarna hijau yang dikenakan olehnya, membuat Max mengetahui apa yang sedang terjadi semalam. Dirinya berubah menjadi Mia dan dia yakin Mia pasti memaksa Orlena tidur di sini semalam. Tatapan Max mengamati wajah Orlena yang tampak sangat cantik. Bulu matanya yang hitam dan lentik saling bertautan. Kemudian tatapan Max beralih pada hidung Orlena yang mancung. Dan berakhir pada bibir wanita itu. Dia ingat benar bagaimana rasa bibir itu ketika wanita itu menciumnya. Seketika dada Max berdebar-debar mengingatnya.“Apakah kamu sudah puas mengamati maha karya Tuhan yang luar biasa ini , Max?”Mendengar suara Orlena membuat Max terkejut. “Kamu tidak tidur?”Orlena pun membuka matanya dan menyunggingkan senyuman melihat reaksi pria itu. “Aku baru saja bangun. Tapi
Altherr yang saat ini berdiri di dalam ruang kantor Max tengah memandang ke arah bosnya dengan memicingkan matanya penuh kecurigaan. Pasalnya saat ini bosnya itu mengalami banyak sekali perubahan dibandingkan dengan kemarin. Padahal sebelumnya Max tampak kesal, marah, dan seperti memiliki beban di kedua bahunya. Tapi sekarang pria itu menampilkan senyuman lebar yang membuatnya terlihat sangat bahagia.“Sepertinya sesuatu yang baik sedang terjadi,” gumam Altherr.Max menganggukkan kepalanya. “Sesuatu yang baik memang sedang terjadi, Altherr. Dan aku sangat senang.”“Biar aku tebak, pasti kamu dan Miss Orly sudah berbaikan. Atau bahkan lebih hebatnya lagi kalian berkencan.” Altherr menebak apa yang sedang dialami oleh bosnya.Max yang mendengar tebakan sekretarisnya yang tepat sasaran langsung melotot kaget. Altherr tidak bisa menahan tawanya. Tidak hanya karena tebakannya yang super jitu, tapi juga karena reaksi Max yang tampak sangat lucu.“Bagaimana kamu bisa tahu? Apakah kamu menggu
Max tidak bisa menolak ketika Orlena mengajak pria itu untuk makan malam bersama di rumahnya. Wanita itu ingin mentraktir sahabat-sahabatnya agar bisa merayakan kebahagiaan hubungan mereka.“Orly, apakah tidak masalah jika sahabat-sahabatmu tahu mengenai hubungan mereka?” tanya Max yang sedang menyetir mobilnya.Orlena yang duduk di samping pria itu menyunggingkan senyuman. “Jika kamu khawatir mereka akan memberitahu orang lain, kamu tenang saja, Max. Mereka adalah sahabat terbaikku dan orang yang paling aku percaya. Mereka tidak akan memberitahu siapapun. Karena mereka menyayangiku. Kamu sudah seperti saudara. Sama seperti kamu mempercayai Altherr.”Max terdiam mendengarnya. Dia memang sudah tidak menganggap Altherr seperti sahabatnya lagi tapi sudah seperti saudaranya. Jika Orlena menganggap sahabat-sahabatnya sama seperti Max menganggap Altherr, maka Max bisa mempercayai mereka.Mobil Max berhenti di depan rumah Orlena. Pria itu tampak sangat gugup. Dia seperti hendak bertemu denga
Setelah acara makan malam selesai, Orlena pun mengantarkan Max keluar dari rumahnya. Wanita itu memeluk lengan Max dan berjalan dengan begitu santai.“Tidak bisakah kamu pulang nanti?” tanya Orlena yang masih tidak ingin berpisah dengan pria itu.“Kita akan bertemu besok lagi, Orlena. Aku harus segera pulang. Karena aku tidak ingin jika kepribadian yang lain muncul saat aku berada di sini.”Orlena menghela nafas berat. Dia harus membenarkan alasan itu. Mereka tidak akan tahu kepribadian yang mana yang akan muncul. Jika kepribadiannya seperti Mia atau Kurt tidak masalah karena mereka tidak bertindak aneh-aneh ketika berubah. Lain ceritanya jika Troy, Jean, Theo atau bahkan Rey yang muncul. Akan menjadi masalah terutama jika Jean muncul, akan sangat berbahaya untuk Russel.“Baiklah, aku harus melepaskanmu pergi malam ini.”Langkah mereka terhenti saat berada di samping mobil Max. Pria itu terkekeh geli mendengar ucapan Orlena. Wanita itu mengatakannya seakan mereka akan berpisah sangat
Orlena yang berjalan menyusuri bandara Internasional Oakland tampak menyunggingkan senyuman senang. Di samping kanannya terlihat Max yang tampak begitu tampak mengenakan kemeja biru tua berlengan pendek dengan celana kain panjang berwarna coklat muda. Dia kelihatan lebih muda dibandingkan dengan saat pria itu mengenakan setelan kerja. Sedangkan di samping kiri Orlena terlihat Altherr juga mengenakan pakaian kasual. Sweater abu-abu gelap yang dipadukan dengan celana jeans hitam. Tentu saja kedua pria tampan dan menawan itu menarik perhatian banyak orang. “Sepertinya kamu yang paling senang kita akan pergi ke Paris.” Max mengamati ekspresi wanita yang berjalan di sampingnya. Karena hubungan mereka masih dirahasiakan sehingga Max meminta Orlena tidak terlalu banyak melakukan kontak fisik ketika berada di tempat umum.Orlena menoleh ke arah pria itu. “Tentu saja aku senang. Siapa yang tidak senang akan menghabiskan waktu di kota paling romantis di dunia.”“Tapi kita ke sana untuk bekerja
“Kenapa kita berada di dalam pesawat? Kamu mau menculikku ke mana, Waita asli?” tanya Jean yang masih ingat Orlena ketika wanita itu mencegah dirinya ingin menerkam Russel.Mengetahui kepribadian Jean yang muncul, membuat Orlena menepuk jidatnya. Dia tidak bisa membiarkan Jean membuat para penumpang di pesawat ini semakin curiga. Terutama Orlena harus menjaga hal ini jauh dari Luudwig. “Aku tidak menculikmu, Jean. Aku, Max, dan juga Altherr harus melakukan perjalanan bisnis ke Paris.”Seketika mata Jean berbinar mendengar nama kota romantis itu. “Paris? Kita akan pergi ke kota Paris yang ada di Perancis itu?”Orlena menganggukkan kepalanya. “Benar, kita mau pergi ke sana. Jean, kita sedang berada di pesawat. Jadi aku tidak bisa mengambil resiko membuat semua orang tahu jika Max memiliki banyak kepribadian. Karena itu aku ingin membuat penawaran denganmu.”Jean memicingkan matanya curiga. “Penawaran apa? Kamu tidak akan melakukan hal; yang buruk padaku bukan?” Jean yang berada di dal
“Kenapa di ponselku ada video Russel?” tanya Max saat mereka sudah berada di dalam sebuah taksi menuju hotel di mana mereka akan menginap.Orlena menoleh ke arah pria yang duduk di sampingnya. Wanita itu menyunggingkan senyuman. “Aku menggunakannya untuk menjadi senjata menghadapi Jean.”Max menoleh ke depan dan melihat Altherr sedang berbicara dengan sang sopir sehingga tidak memperhatikan Max dan Orlena. Kemudian pria itu kembali menoleh ke arah wanita di sampingnya dan mengecilkan suaranya.“Apakah Jean muncul?” tanya Max yang tidak ingat apa yang terjadi saat berada di pesawat.Orlena menganggukkan kepalanya kemudian dia juga mengecilkan suaranya seperti yang dilakukan oleh Max. “Ya, dia muncul. Dan sangat menyebalkan. Tapi aku berhasil membujuknya dengan video Russel. Percayalah dia melihatnya sebanyak dua belas kali.”Max melotot kaget membuat Orlena terkekeh geli. Kemudian pria itu mengusap wajahnya sembari menghela nafas karena merasa begitu malu.“Tenang saja. Hanya aku yang
Mia menatap pantulan dirinya di depan cermin besar. Wanita itu mengenakan gaun putih gading yang terlihat indah. Gaun lengan panjang itu melebar di bagian bawah pinggang. Di belakangnya ekor gaun menjuntai beberapa meter. Gaun itu terlihat begitu mewah karena brokat emas yang menghiasi seluruh gaun."Apakah ini tidak terlalu berlebihan, Mrs. Vardalos?" tanya Mia kepada calon ibu mertuanya.Zeta berdiri di samping Mia. Wanita itu menatap penampilan calon menantunya dengan tatapan kepuasan. Bibirnya tersenyum lebar tampak sangat bahagia."Tidak ada yang berlebihan, Sayangku. Kamu sangat cantik." Zeta memeluk bahu Mia meyakinkan wanita itu."Tapi aku tidak yakin tampil dengan gaun ini, Mrs. Vardalos. Aku merasa tidak pantas mengenakannya." Mia menunduk sedih.Zeta memutar tubuh Mia sehingga wanita itu menghadap ke arahnya. Wanita itu menepuk bahu Mia sehingga menatap ke arahnya."Reynard sudah memberitahuku jika kamu kesulitan untuk percaya diri, Mia. Tak seorang pun di dunia ini yang bi
Reynard sudah mencarinya di seluruh resort. Namun dia belum kunjung menemukan tunangannya. Dia begitu ketakutan terjadi hal buruk pada Mia. Lalu tatapannya tertuju ke arah lautan. Dia berpikir mungkin saja Mia tidak sengaja jatuh ke lautan. Tapi segera Reynard menggelengkan kepalanya. Dia tahu hal aneh seperti itu hanya ada dalam drama-drama, tidaklah nyata.Tiba-tiba seorang pria mengenakan setelan hitam berjalan menghampirinya. Langkahnya terhenti tepat di hadapan Reynard. Mata Reynard mengamati pria itu dengan tatapan penuh tanda tanya."Apakah anda adalah Reynard Metraxis?" tanya pria itu.Reynard menganggukkan kepalanya. "Benar. Saya adalah Reynard Metraxis. Anda siapa?""Saya adalah Daniel Wade. Saya diperintahkan seseorang untuk mengantarkan anda ke suatu tempat." Pria itu memberitahu Reynard.Reynard memicingkan matanya menatap pria itu. "Siapa yang memerintahkan kamu kemari?"Pria itu tersenyum. "Saya tidak bisa memberitahu anda, Mr. Metraxis. Tapi ini berhubungan dengan tunan
"Jadi kamu memang merencanakan lamaran ini saat merencanakan liburan kita?" tanya Mia saat mereka sudah kembali ke kabin mereka. Reynard menarik Mia yang baru saja selesai mandi untuk duduk di pangkuannya. "Aku memang merencanakan liburan ini untuk melamarmu. Aku sudah sangat yakin tidak ingin melepaskanmu lagi. Karena kamu adalah wanita yang dikirim Tuhan untuk menemaniku di sisa hidupku." "Bisakah kamu berhenti untuk mengatakan hal-hal yang manis? Kamu membuat pipiku memerah." Mia menyentuh pipinya yang memanas. Reynard terkekeh melihat reaksi sang kekasih. "Aku hanya mengungkapkan isi hatiku, Agape mou. Kenapa wajahmu jadi seperti kepiting rebus?" "Kamu menyebalkan, Reynard." Mia mendengus kesal. Reynard mencium bibir Mia sekilas. "Bagaimana bisa pria tampan ini menyebalkan?" "Kenarsisan-mu mengingatkanku pada tingkat kepercayaan dirimu yang tinggi saat berpikir aku memujimu." Mia terkekeh geli. "Jangan ingatkan aku tentang hal itu." Kali ini Reynard yang tampak kesal. Mia t
Blue Magic merupakan salah satu spot menyelam terbaik. Lokasi ini berada di antara pulau Kri dan pulau Waisai. Dengan perpaduan laut berwarna biru muda yang cantik ditambah dengan keindahan kehidupan bawah lautnya sehingga tidak heran orang-orang menyebut tempat itu sebagai Blue Magic.Reynard dan Miayang sudah mengenakan pakaian dan perlengkapan menyelam sedang menikmati pemandangan kehidupan bawah laut di Blue Magic. Bersama dengan pemandu tour, mereka bersama mengelilingi tempat itu. Reynard menggandeng tangan sang kekasih untuk menjaga wanita itu berada di dekatnya. Seperti yang dikatakan pemandu mereka tadi karena arus yang kuat mampu menyeret penyelam ke laut terbuka.Namun perjuangan mereka tidaklah sia-sia. Karena mereka bisa melihat warna warni batu karang yang cantik serta hewan-hewan laut yang menakjubkan. Seperti ikan pari manta, barakuda, tuna dan makhluk laut yang paling populer di tempat itu adalah kumpulan jackfish.Setelah puas menikmati pemandangan bawah laut itu, Re
"Dan aku akan membuatmu juga sangat liar, Agape mou." Setelah mengucapkan kalimat itu, Reynard langsung menunduk. Bukan untuk mencium bibir Mia melainkan menggigit lembut telinga wanita itu.Hembusan nafas Reynard yang menerpa kulit Mia membuat wanita itu merinding geli. Namun dia merasakan sensasi aneh di perutnya. Seakan perutnya baru saja diguncangkan dengan keras."Reynard." Desah Mia."Kamu menyukainya, Agape mou?" bisik Reynard.Menyukainya? Mia bahkan tidak mengerti bagaimana tubuhnya berubah panas karena tindakan Reynard. Padahal pria itu bahkan belum menyentuh titik sensitif Mia tapi Reynard mampu membangkitkan hasrat liar dalam dirinya.Reynard beralih ke leher Mia. Menciptakan panas yang menjalar dalam setiap kecupannya. Tangan Reynard menyusup dalam kaos wanita itu menangkup salah satu bukit kembar Mia. Mia tak mampu berpikir dengan jernih ketika Reynard memberikan cumbuan serta remasan lembut di payudaranya. Ketika tangan Reynard menurunkan branya dan menyentuh putingnya
Raja Ampat di Indonesia adalah tempat yang dipilih oleh Reynard menghabiskan liburannya bersama dengan Mia. Keindahan pemandangan laut dan pantai sangat memikat pasangan itu begitu mereka sampai di Misool Eco Resort.Misool merupakan satu dari empat pulau terbesar di kepulauan Raja Ampat yang terletak di provinsi Papua Barat. Misool berbatasan langsung dengan laut Seram dan perairan laut lepas yang menjadi jalur lintas hewan besar termasuk paus. Sehingga tidak heran jika Raja Ampat terkenal dengan keindahan kehidupan bawah lautnya.“Tempat ini seperti surga, Reynard.” Mia melihat lautan berwarna biru kehijaun yang sangat indah.“Tempat ini seperti surga jika aku bersamamu, Agape mou.”Mia menoleh dan memperlihatkan rona merah di pipinya. “Berhentilah merayuku terus, Mr. Metraxis. Kamu akan membuatku meleleh seperti mentega di bawah sinar matahari.”Reynard tertawa mendengar perumpamaan sang kekasih. Pria itu meraih tangan Mia dan berjalan menyusuri jembatan kayu di atas laut. “Sayangn
Reynard melepaskan ciumannya. Sepasang kekasih itu segera menoleh. Karyawan wanita yang beberapa hari yang lalu tidak sengaja mendorong Mia hingga terluka berdiri di depan pintu dengan terkejut. Tidak butuh orang pintar untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan Reynard dan Mia dengan posisi Reynard yang menyergap tubuh Mia diantara dinding."Maafkan aku. Aku akan naik lift berikutnya." Wanita pirang itu segera mengalihkan perhatiannya.Tak lama kemudian pintu lift kembali tertutup. Reynard kembali mengalihkan perhatiannya pada wanita cantik yang terperangkap di hadapannya."Sepertinya kita akan membuat seisi kantor heboh." Mia meringis membayangkan berita baru tentang dirinya dan Reynard yang akan segera muncul."Aku pikir bukan berita buruk yang akan kita dengar." Reynard menyunggingkan senyuman."Bagaimana kamu bisa begitu yakin?" tanya Mia menatap sang kekasih."Apa kamu tidak sadar dengan posisi kita saat ini, Agape mou?" tanya Reynard.Mia melihat Reynard yang berdiri di hadapan
"Jadi kamu masih tidak akan memberitahuku ke mana kita akan pergi akhir pekan ini?" tanya Mia sembari menyantap burgernya.Setelah berpikir lama tentang makanan yang akan mereka pilih sebagai menu makan siang mereka, akhirnya Mia mendesak Reynard untuk pergi ke restoran cepat saji. Dia ingin menikmati burger. Sudah lama wanita itu tidak memakannya. Terakhir kali dia makan makanan bertumpuk itu adalah ketika Alicia mengajaknya untuk merayakan ulang tahun Alicia berdua dengannya."Sudah kukatakan itu adalah kejutan." Reynard menyantap burger bagiannya.Mia berpikir Reynard akan terlihat kaku memakan makanan cepat saji itu. Karena selama ini pria itu selalu menyantap makanan-makanan dari koki terbaik. Tapi ternyata dugaan Mia salah. Gerakan tangan Reynard saat memegang burger itu begitu luwes. Seolah pria itu sudah sering memakannya."Tapi aku tidak tahu apa yang harus aku kenakan, Reynard? Bagaimana jika aku salah kostum? Maksudku bagaimana jika aku mengenakan kaos dan celana pendek tap
Reynard dan Mia sudah berada di dalam mobil pria itu. Namun Reynard tidak segera menghidupkan mesin mobilnya. Pria itu memilih memusatkan perhatiannya pada Mia. Wajah wanita itu tampak pucat. Dia tahu tidak mudah bagi Mia menghadapi situasi seperti tadi."Apakah kamu baik-baik saja, Agape mou?" Reynard mengulurkan tangan menggenggam tangan Mia.Akhirnya wanita yang sejak tadi diam mulai menoleh menatap sang kekasih. Bibirnya berusaha menyunggingkan senyuman. "Aku... Aku baik-baik saja, Reynard.""Kamu yakin? Wajahmu tampak pucat, Agape mou." Tangan Reynard berpindah menyentuh pipi Mia."Sebenarnya aku memang tidak baik-baik saja, Reynard. Aku sangat takut. Bahkan tanganku sampai gemetar seperti ini." Mia mengangkat kedua tangannya yang masih gemetar."Maafkan aku, Agape mou. Kamu harus menghadapi Mama seperti itu. Seharusnya aku tahu lebih awal jika Mama datang kemari. Salahku tidak memperingatkanmu lebih dulu." Sesal Reynard."Jadi benar ibumu selalu melakukannya? Maksudku bersikap