Esmee menatap layar ponselnya dengan gusar. Hatinya terasa tidak nyaman. Bahkan wanita itu sampai menggigiti kuku jari tangannya karena terlalu cemas akan sesuatu. Meskipun banyak orang-orang terkenal memenuhi ruangan pesta itu serta banyak makanan lezat, tapi tidak bisa menyingkirkan rasa cemas dalam hati Esmee.“Apakah kamu baik-baik saja, Esmee?” tanya Kevin yang duduk di samping putrinya.Wanita yang saat ini mengenakan gaun panjang berwarna peach itu memaksakan senyuman di wajahnya. “Aku baik-baik saja, Pa.”“Apakah kamu masih memikirkan suamimu? Padahal sebentar lagi acara dimulai tapi dia belum juga datang.” Kevin mendengus kesal pada menantunya.“Maafkan aku terlambat datang.”Suara itu membuat Esmee dan Kevin menoleh. Mereka bisa melihat Max yang sudah duduk di samping Esmee. Pria itu terlihat menawan dengan tuxedo hitam. Rambutnya disisir rapi ke belakang. Menampilkan aura kewibawaan membuat siapapun yang melihatnya akan terpesona.Esmee menyunggingkan senyuman. Dia mengulur
“Max.”Panggilan itu membuat Max menoleh. Dia terkejut mendapati Esmee berdiri di luar area toilet untuk menunggunya. Seketika tubuh Max membeku mengingat apa yang baru saja dilakukan olehnya di dalam toilet. Dia bertanya-tanya apakah Esmee mendengar pembicaraannya dengan Altherr.Tidak, Max. Kamu harus tenang dan jangan membuat Esmee menjadi curiga padamu. Max meyakinkan dirinya sendiri.“Ada apa, Esmee? Kenapa kamu menyusulku kemari?” tanya Max.Esmee tampak ragu mengatakannya. Tapi rasa gundah dalam hatinya mendorong wanita itu mengatakannya pada suaminya. “Max, aku tahu kamu hanya sebatas suka dan tidak bisa mencintaiku. Dan aku merasa sangat bahagia bisa menikah dengan pria yang sangat kucintai.”Max memicingkan matanya mendengar ucapan Esmee yang bertele-tele. “Sebenarnya apa yang kamu inginkan, Esmee? Apakah pembicaraan ini tidak bisa ditunda besok? Kita masih menghadiri pesta. Bagaimana jika ayahmu kesal karena kita menghilang begitu lama.”Esmee menarik nafas panjang. Seakan
Altherr dan Orlena memandang Max yang duduk di kursi belakang melalui kaca di dalam mobil. Kemudian Altherr dan Orlena saling berpandangan. "Sepertinya dia sedang dalam mood yang buruk," bisik Orlena. Altherr menganggukkan kepalanya kemudian ikut berbisik. "Sepertinya sesuatu terjadi saat berada di pesta semalam. Moodnya berubah buruk sejak itu."Orlena menoleh ke arah jendela. Bibirnya menyunggingkan senyuman senang. Karena wanita itu tahu benar apa yang terjadi. Jika mood Max berubah buruk, artinya rencana Orlena berhasil. “Apakah kalian harus membicarakan orang lain saat orang itu berada di dekat kalian? Aku bahkan mendengar apa yang kalian bicarakan.” Ucapan Max membuat Altherr dan Orlena kembali.“Kami hanya mengkhawatirkanmu, Max.” Alther berusaha menahan tawanya karena ketahuan membicarakan Max dengan Orlena.Orlena menoleh ke belakang. “Kata Mr. Caspari jika emosimu bisa mempengaruhimu. Jika kamu berada dalam mood buruk seperti ini bukankah akan memperburuk keadaanmu sendir
Terdengar suara ketukan pintu di ruang kantor Max. Pria yang saat ini tengah meneliti proposal untuk produk makanan baru Kimo itu tidak mempedulikan ketukan pintu itu. Namun dia mendengus kesal saat ketukan pintu terdengar lagi.“Aku sedang tidak ingin diganggu, Altherr. Bisakah kamu tidak menggangguku?” gerutu Max kesal.Lalu pintu terbuka dan terlihat Esmee masuk ke dalam ruangan itu. “Apakah aku juga tidak bioleh mengganggumu?”Mendengar suara istrinya membuat Max mendongak dia tampak terkejut melihat Esmee berjalan menghampirirnya. “Esmee, apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa kamu tidak menghubungiku lebih dahulu? Bagaimana jika aku pergi keluar untuk pekerjaan?” Max tampak tidak suka dengan kedatangan istrinya.“Jika hal itu terjadi, aku mungkin akan menunggumu sampai kamu kembali. Apakah kamu masih marah soal semalam? Karena itukah kamu tidak suka aku berada di sini?” Esmee memasang ekspresi sedih.“Jadi apa tujuanmu kemari? Jika kamu masih mendesak masalah semalam, aku tidak
Di dalam sebuah ruang meeting berukuran kecil, Esmee terlihat begitu anggun meraih cangkir kopi di hadapannya. Meminumnya sedikit sebelum akhirnya mengembalikan cangkir itu ke atas piring kecil yang ada di atas meja. Wanita itu mengambil tisu di sampingnya dan mengusap mulutnya.Tatapan Esmeet tertuju pada Orlena yang duduk di hadapannya. Dia mengamati penampilan Orlena saat ini. Dengan rok pendek abu-abu yang mempertunjukkan pahanya yang ditutupi oleh stocking coklat. Kemudian kemeja hilang lengan panjang. Di mana di bagian lengannya memiliki bahan tipis sehingga tidak mampu menutupi lengan ramping wanita itu. Dan yang lebih membuat Esmee kesal adalah belahan dada kemeja itu terlalu rendah. Sehingga dada penuh Orlena mengintip. Bagaimana bisa Max memiliki karyawan seperti ini? kesal Esmee.“Jadi kamu adalah asisten pribadi Max?” tanya Esmee memulai pembicaraan di antara mereka.Orlena yang duduk melipat kedua tangan di depan dadanya itu menganggukkan kepalanya. “Benar, Mrs. Steltzer
Max dan Altherr tampak terkejut melihat di dalam ruangan itu hanya ada Orlena duduk di lantai dengan cangkir kopi pecah di sampingnya. Dia meringis kesakitan sembari memegang tangannya. Yang membuat kedua pria itu semakin terkejut adalah bekas kemerahan yang ada di kulit tangan Orlena. Segera mereka menghampiri Orlena.“Miss Orly, apa yang terjadi? Bagaimana bisa tanganmu terluka seperti ini?” tanya Max yang panik melihatnya.“Sebaiknya kita menanyakan masalah itu nanti, Max. Kita harus menangani tangan Miss Orly yang terluka. Aku akan mengambil botol air putih dan tempat untuk menampung air.” Altherr bergegas pergi meninggalkan Max dan Orlena.Tatapan Max tertuju pada wajah Orlena yang sedang menahan rasa sakit di tangannya. Berbeda dengan Orlena yang biasanya menggoda Max atau pun wanita yang terlihat begitu cerita. Kali ini Max bisa melihat sisi lain dari gadis itu.“Apakah Esmee yang melakukannya?” tanya Max.Orlena mendongak menatap pria yang berlutut di sampingnya. “Kamu datang
Saat Orlena membuka pintu rumahnya, dia dikejutkan oleh kehadiran tamu lainnya. Dia adalah Lucas, kekasih Russel.“Kamu kembali tepat waktu, Orlena Sayang. Karena kami baru saja selesai menyiapkan makan malam,” seru Russel berjalan menghampiri wanita itu.Namun langkah Russel terhenti saat melihat tangan Orlena yang diperban oleh kain kasa. “Apa yang terjadi pada tanganmu, Orlena?”Mendengar pertanyaan Russel membuat Aloody dan Lucas menoleh. Mereka juga ingin tahu apa yang terjadi pada wanita itu.“Tenang saja, Russel. Ini hanyalah luka bakar ringan.” Orlena berjalan melewati sahabatnya itu dan melangkah menghampiri meja makan. Aroma makanan yang lezat membuat wanita itu membuat perutnya tergoda. Dia duduk di samping Aloody. Bibirnya menyunggingkan senyuman melihat Lucas yang duduk di hadapannya.“Halo, Lucas! Namamu Lucas bukan? Maafkan aku jika aku salah menyebutkan namamu.” Lucas menggelengkan kepalanya. “Tidak, Nona. Kamu sudah menyebutkan namaku dengan benar.”“Panggil saja aku
Orlena dan Aloody menatap Lucas dari atas kepala lalu turun ke tubuhnya yang atletis. Tatapan mereka terus turun menuju celana jeans biru yang sudah kusam. Kemudian mereka menatap lagi wajah Lucas yang tampak begitu santai.“Apakah kamu yakin dia adalah psikiater, Russel?” tanya Orlena tidak percaya.“Dia lebih terlihat seperti model, aktor, atau mungkin trainer.” Allody menilai penampilan Lucas.Orlena menganggukkan kepalanya. “Benar, dia sama sekali tidak mirip seorang psikiater. Dia tidak pakai kacamata dan bahkan tidak culun sama sekali.”Lucas tertawa mendengar penilaian dua wanita di hadapannya. “Sepertinya penilaian kalian terlalu kuno. Sekarang tidak semua psikiater memiliki penampilan culun dengan kacamatanya. Aku sebenarnya juga menggunakan kacamata. Tapi aku menggunakannya saat sedang bekerja. Aku akan melepaskannya saat berada di luar.”“Tapi tetap saja penampilanmu sangat bertolak belakang dengan pekerjaanmu.” Orlena masih tidak percaya.Akhirnya Lucas mengambil dompetnya
Mia menatap pantulan dirinya di depan cermin besar. Wanita itu mengenakan gaun putih gading yang terlihat indah. Gaun lengan panjang itu melebar di bagian bawah pinggang. Di belakangnya ekor gaun menjuntai beberapa meter. Gaun itu terlihat begitu mewah karena brokat emas yang menghiasi seluruh gaun."Apakah ini tidak terlalu berlebihan, Mrs. Vardalos?" tanya Mia kepada calon ibu mertuanya.Zeta berdiri di samping Mia. Wanita itu menatap penampilan calon menantunya dengan tatapan kepuasan. Bibirnya tersenyum lebar tampak sangat bahagia."Tidak ada yang berlebihan, Sayangku. Kamu sangat cantik." Zeta memeluk bahu Mia meyakinkan wanita itu."Tapi aku tidak yakin tampil dengan gaun ini, Mrs. Vardalos. Aku merasa tidak pantas mengenakannya." Mia menunduk sedih.Zeta memutar tubuh Mia sehingga wanita itu menghadap ke arahnya. Wanita itu menepuk bahu Mia sehingga menatap ke arahnya."Reynard sudah memberitahuku jika kamu kesulitan untuk percaya diri, Mia. Tak seorang pun di dunia ini yang bi
Reynard sudah mencarinya di seluruh resort. Namun dia belum kunjung menemukan tunangannya. Dia begitu ketakutan terjadi hal buruk pada Mia. Lalu tatapannya tertuju ke arah lautan. Dia berpikir mungkin saja Mia tidak sengaja jatuh ke lautan. Tapi segera Reynard menggelengkan kepalanya. Dia tahu hal aneh seperti itu hanya ada dalam drama-drama, tidaklah nyata.Tiba-tiba seorang pria mengenakan setelan hitam berjalan menghampirinya. Langkahnya terhenti tepat di hadapan Reynard. Mata Reynard mengamati pria itu dengan tatapan penuh tanda tanya."Apakah anda adalah Reynard Metraxis?" tanya pria itu.Reynard menganggukkan kepalanya. "Benar. Saya adalah Reynard Metraxis. Anda siapa?""Saya adalah Daniel Wade. Saya diperintahkan seseorang untuk mengantarkan anda ke suatu tempat." Pria itu memberitahu Reynard.Reynard memicingkan matanya menatap pria itu. "Siapa yang memerintahkan kamu kemari?"Pria itu tersenyum. "Saya tidak bisa memberitahu anda, Mr. Metraxis. Tapi ini berhubungan dengan tunan
"Jadi kamu memang merencanakan lamaran ini saat merencanakan liburan kita?" tanya Mia saat mereka sudah kembali ke kabin mereka. Reynard menarik Mia yang baru saja selesai mandi untuk duduk di pangkuannya. "Aku memang merencanakan liburan ini untuk melamarmu. Aku sudah sangat yakin tidak ingin melepaskanmu lagi. Karena kamu adalah wanita yang dikirim Tuhan untuk menemaniku di sisa hidupku." "Bisakah kamu berhenti untuk mengatakan hal-hal yang manis? Kamu membuat pipiku memerah." Mia menyentuh pipinya yang memanas. Reynard terkekeh melihat reaksi sang kekasih. "Aku hanya mengungkapkan isi hatiku, Agape mou. Kenapa wajahmu jadi seperti kepiting rebus?" "Kamu menyebalkan, Reynard." Mia mendengus kesal. Reynard mencium bibir Mia sekilas. "Bagaimana bisa pria tampan ini menyebalkan?" "Kenarsisan-mu mengingatkanku pada tingkat kepercayaan dirimu yang tinggi saat berpikir aku memujimu." Mia terkekeh geli. "Jangan ingatkan aku tentang hal itu." Kali ini Reynard yang tampak kesal. Mia t
Blue Magic merupakan salah satu spot menyelam terbaik. Lokasi ini berada di antara pulau Kri dan pulau Waisai. Dengan perpaduan laut berwarna biru muda yang cantik ditambah dengan keindahan kehidupan bawah lautnya sehingga tidak heran orang-orang menyebut tempat itu sebagai Blue Magic.Reynard dan Miayang sudah mengenakan pakaian dan perlengkapan menyelam sedang menikmati pemandangan kehidupan bawah laut di Blue Magic. Bersama dengan pemandu tour, mereka bersama mengelilingi tempat itu. Reynard menggandeng tangan sang kekasih untuk menjaga wanita itu berada di dekatnya. Seperti yang dikatakan pemandu mereka tadi karena arus yang kuat mampu menyeret penyelam ke laut terbuka.Namun perjuangan mereka tidaklah sia-sia. Karena mereka bisa melihat warna warni batu karang yang cantik serta hewan-hewan laut yang menakjubkan. Seperti ikan pari manta, barakuda, tuna dan makhluk laut yang paling populer di tempat itu adalah kumpulan jackfish.Setelah puas menikmati pemandangan bawah laut itu, Re
"Dan aku akan membuatmu juga sangat liar, Agape mou." Setelah mengucapkan kalimat itu, Reynard langsung menunduk. Bukan untuk mencium bibir Mia melainkan menggigit lembut telinga wanita itu.Hembusan nafas Reynard yang menerpa kulit Mia membuat wanita itu merinding geli. Namun dia merasakan sensasi aneh di perutnya. Seakan perutnya baru saja diguncangkan dengan keras."Reynard." Desah Mia."Kamu menyukainya, Agape mou?" bisik Reynard.Menyukainya? Mia bahkan tidak mengerti bagaimana tubuhnya berubah panas karena tindakan Reynard. Padahal pria itu bahkan belum menyentuh titik sensitif Mia tapi Reynard mampu membangkitkan hasrat liar dalam dirinya.Reynard beralih ke leher Mia. Menciptakan panas yang menjalar dalam setiap kecupannya. Tangan Reynard menyusup dalam kaos wanita itu menangkup salah satu bukit kembar Mia. Mia tak mampu berpikir dengan jernih ketika Reynard memberikan cumbuan serta remasan lembut di payudaranya. Ketika tangan Reynard menurunkan branya dan menyentuh putingnya
Raja Ampat di Indonesia adalah tempat yang dipilih oleh Reynard menghabiskan liburannya bersama dengan Mia. Keindahan pemandangan laut dan pantai sangat memikat pasangan itu begitu mereka sampai di Misool Eco Resort.Misool merupakan satu dari empat pulau terbesar di kepulauan Raja Ampat yang terletak di provinsi Papua Barat. Misool berbatasan langsung dengan laut Seram dan perairan laut lepas yang menjadi jalur lintas hewan besar termasuk paus. Sehingga tidak heran jika Raja Ampat terkenal dengan keindahan kehidupan bawah lautnya.“Tempat ini seperti surga, Reynard.” Mia melihat lautan berwarna biru kehijaun yang sangat indah.“Tempat ini seperti surga jika aku bersamamu, Agape mou.”Mia menoleh dan memperlihatkan rona merah di pipinya. “Berhentilah merayuku terus, Mr. Metraxis. Kamu akan membuatku meleleh seperti mentega di bawah sinar matahari.”Reynard tertawa mendengar perumpamaan sang kekasih. Pria itu meraih tangan Mia dan berjalan menyusuri jembatan kayu di atas laut. “Sayangn
Reynard melepaskan ciumannya. Sepasang kekasih itu segera menoleh. Karyawan wanita yang beberapa hari yang lalu tidak sengaja mendorong Mia hingga terluka berdiri di depan pintu dengan terkejut. Tidak butuh orang pintar untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan Reynard dan Mia dengan posisi Reynard yang menyergap tubuh Mia diantara dinding."Maafkan aku. Aku akan naik lift berikutnya." Wanita pirang itu segera mengalihkan perhatiannya.Tak lama kemudian pintu lift kembali tertutup. Reynard kembali mengalihkan perhatiannya pada wanita cantik yang terperangkap di hadapannya."Sepertinya kita akan membuat seisi kantor heboh." Mia meringis membayangkan berita baru tentang dirinya dan Reynard yang akan segera muncul."Aku pikir bukan berita buruk yang akan kita dengar." Reynard menyunggingkan senyuman."Bagaimana kamu bisa begitu yakin?" tanya Mia menatap sang kekasih."Apa kamu tidak sadar dengan posisi kita saat ini, Agape mou?" tanya Reynard.Mia melihat Reynard yang berdiri di hadapan
"Jadi kamu masih tidak akan memberitahuku ke mana kita akan pergi akhir pekan ini?" tanya Mia sembari menyantap burgernya.Setelah berpikir lama tentang makanan yang akan mereka pilih sebagai menu makan siang mereka, akhirnya Mia mendesak Reynard untuk pergi ke restoran cepat saji. Dia ingin menikmati burger. Sudah lama wanita itu tidak memakannya. Terakhir kali dia makan makanan bertumpuk itu adalah ketika Alicia mengajaknya untuk merayakan ulang tahun Alicia berdua dengannya."Sudah kukatakan itu adalah kejutan." Reynard menyantap burger bagiannya.Mia berpikir Reynard akan terlihat kaku memakan makanan cepat saji itu. Karena selama ini pria itu selalu menyantap makanan-makanan dari koki terbaik. Tapi ternyata dugaan Mia salah. Gerakan tangan Reynard saat memegang burger itu begitu luwes. Seolah pria itu sudah sering memakannya."Tapi aku tidak tahu apa yang harus aku kenakan, Reynard? Bagaimana jika aku salah kostum? Maksudku bagaimana jika aku mengenakan kaos dan celana pendek tap
Reynard dan Mia sudah berada di dalam mobil pria itu. Namun Reynard tidak segera menghidupkan mesin mobilnya. Pria itu memilih memusatkan perhatiannya pada Mia. Wajah wanita itu tampak pucat. Dia tahu tidak mudah bagi Mia menghadapi situasi seperti tadi."Apakah kamu baik-baik saja, Agape mou?" Reynard mengulurkan tangan menggenggam tangan Mia.Akhirnya wanita yang sejak tadi diam mulai menoleh menatap sang kekasih. Bibirnya berusaha menyunggingkan senyuman. "Aku... Aku baik-baik saja, Reynard.""Kamu yakin? Wajahmu tampak pucat, Agape mou." Tangan Reynard berpindah menyentuh pipi Mia."Sebenarnya aku memang tidak baik-baik saja, Reynard. Aku sangat takut. Bahkan tanganku sampai gemetar seperti ini." Mia mengangkat kedua tangannya yang masih gemetar."Maafkan aku, Agape mou. Kamu harus menghadapi Mama seperti itu. Seharusnya aku tahu lebih awal jika Mama datang kemari. Salahku tidak memperingatkanmu lebih dulu." Sesal Reynard."Jadi benar ibumu selalu melakukannya? Maksudku bersikap