Sejak kehamilan Kaylee, semua orang terus memperhatikan dirinya dan bahkan cenderung berlebihan termasuk kedua orang tuanya. Seperti saat ini, kedua orang tua sekaligus mertuanya tiba-tiba datang ke rumah dan membawakan berbagai makanan dengan alasan orang hamil muda terbiasa menginginkan suatu makanan hingga meja makannya bahkan penuh dengan hidangan yang … Kaylee bahkan tidak berminat dengan salah satunya.“Makan saja apa yang kau inginkan, Sayang. Jangan merasa malu ketika kau menginginkan sesuatu.”Kaylee menoleh kepada ibu mertuanya yang terlihat begitu senang dengannya. Ia tersenyum kecil dan mengangguk mengerti. “Ibu … Ayah … dan semua orang, aku sedang hamil bukan sedang melakukan live streaming percobaan makanan,” keluhnya setelah sekian lama memendam.Keempat orang itu saling pandang dengan ucapan Kaylee beserta wajah sungkannya. Pamela kemudian mendekat dan menggandeng lengan Kaylee. “Sayang … kau tidak perlu memakan semuanya. Ambil saja yang kau inginkan.”Kaylee melepaska
“Masuk.”Pintu terbuka dengan seseorang yang masuk ke dalam. Sosok itu terus menatap pada pemilik ruangan dari tempatnya.“Ada apa?” tanya Brad tanpa melihat siapa yang datang ke ruangannya dengan berkas yang sedang ia baca.Sosok itu kembali mendekat. “Bisakah kita bicara, Tuan?”Brad mengalihkan pandangannya dari berkas di tangannya, menatap sosok pria di depan mejanya yang menyunggingkan senyuman tipis begitu tatapan mereka bertemu. “Saya tidak ada waktu,” balasnya seraya kembali membaca berkas pekerjaannya.“Waktu jam makan siang hampir selesai dan Anda bahkan belum memakan apapun.”“Saya sudah makan sebelumnya. Tidak perlu merepotkanmu dengan kebutuhanku.”Artur, pria itu tersenyum dan menaruh bekal makanan di meja Brad. “Maaf jika mengganggu, tetapi saya harap Anda bisa menghargai kerja keras saya untuk menemui Anda hari ini.”Brad melirik bekal makanan di depannya, dimana makanan yang ada di dalamnya adalah beberapa potong daging dengan sayur yang selalu menjadi minatnya. “Saya
“Ada satu orang yang cocok melakukannya, tetapi aku tidak yakin dia akan mau menerima tawaranku sebab dia termasuk orang yang pilih-pilih dalam pekerjaan.”Artur mengernyitkan kening. “Itu bukan masalahku, Tuan Ethan. Jika kau berminat aku siap bekerja sama denganmu tetapi aku tidak mau merugi dengan menyetujui pekerjaan yang orangnya tidak siap dalam segala hal.”Ethan mengangguk mengerti. “Aku akan coba menghubunginya, tetapi jika berkenan aku ingin meminta waktu sebelum kau menemukan klien lain untuk menerima tawaran ini, Tuan. Apakah bisa?”Artur berpikir sebentar. “Sejauh ini ada tiga dari orang yang menghubungi untuk bertemu dan kau salah satunya. Jika kedua orang ini memiliki kemampuan yang baik aku tentu lebih memilih mereka dibandingkan dirimu, Tuan Ethan.”Ethan membasahi bibirnya dengan keraguan. Dirinya sungguh berminat melakukan kerja sama dengan Artur apalagi pengelolaan perusahaan milik pria itu sungguh baik dan tidak pernah menurun yang bisa menghasilkan kapan saja tan
“Kau tak apa?”Katarina segera membantu Artur berdiri setelah membiarkan pria itu bersembunyi di kamar mandi dengan pelipis yang masih berdarah. Katarina mengedarkan pandangan sebentar untuk memastikan kedua orang tuanya benar-benar telah pergi dan Artur akan aman di dalam kamarnya. Ia menghembuskan napas pelan seraya mengajak Artur mendudukkan diri dipinggiran ranjang dengan dirinya yang mengambil kotak P3K.“Maafkan aku. Aku sungguh tidak tahu jika itu dirimu,” sesal Katarina seraya menuangkan cairan anti septik ke kapas lalu menarik wajah Artur untuk ia bersihkan. “Kau terluka.”Artur diam saja dengan Katarina yang berwajah penuh kekhawatiran melihat dirinya terluka. Ia tersenyum kecil dan mengambil tissue untuk membersihkan darah di tangannya. “Kau tak percaya aku akan datang?”Katarina mengganti kapas yang telah ia gunakan dengan kapas yang lain. Menuangkan kembali cairan anti septik lalu beralih ke luka Artur. “Lukanya panjang. Itu tidak menyakitimu, bukan?”Artur mengambil kedu
“Sampai kapan kau terus menciumi perutku, hum?”Nicole mendudukkan kembali tubuhnya dengan tegak setelah melakukan ritual menyayangi calon anaknya di dalam perut Kaylee. Ia menatap Kaylee lalu terkekeh. “Lama sekali dia keluarnya. Aku sudah ingin melihat wajah menggemaskan mereka berdua.”Kaylee tersenyum kecil. “Sabar, Sayang. Masih beberapa bulan lagi dan kau bisa melihat mereka.”Nicole membaringkan tubuh lalu menyamping dan menyangga kepalanya dengan satu tangan menatap Kaylee. “Aku tidak memiliki keturunan yang pernah menghasilkan anak kembar, tetapi mengapa kau kini justru mengandung anak kembar? Apakah kau memiliki keturunan dari orang kembar?”Kaylee menggeleng. “Tidak juga. Memangnya harus memiliki keturunan kembar baru akan tumbuh kembar lagi? Lucu sekali.”“Memang tidak harus seperti keturunan, tetapi kebanyakan orang yang hamil anak kembar sebelumnya salah satu dari keluarga mereka pasti memiliki anak kembar. Jadi, tanaman yang sudah tua lalu seperti tumbuh lagi dari ketur
Artur segera beranjak dari duduknya begitu melihat Brad keluar. “Selamat sore, Tuan Bradson. Bisakah Anda meluangkan waktu sebentar untuk saya? Mengenai hari sebelumnya, saya ingin meminta maaf karena ada keperluan yang mendadak hingga tidak bisa menunggu Anda sampai selesai.”Brad tetap berjalan dengan Artur yang mengikuti di sampingnya. “Maaf tidak bisa. Saya ada rapat.”Brad menampakkan senyuman tipis terkesan mengejek lalu meninggalkan Artur. Artur kembali fokus dan kembali mengejar pria baya itu. “Lalu … bisakah kita bertemu pekan depan? Saya menghormati Anda dan berharap kita bisa bicara.”Brad menghentikan langkahnya lalu menatap Artur dari atas sampai bawah. “Apa yang kamu inginkan dengan pertemuan kita meski sekarang atau pekan depan?”Artur diam dan menatap Brad lurus. “Tidak ada. Saya hanya ingin mengenal Anda lebih dalam dan membicarakan rencana masa depan yang telah saya pikirkan sebelumnya.”Brad tersenyum mengejek. “Sombong sekali, baru bertemu dan bahkan tidak saling m
Seluruh keluarga besar Katarina mulai berdatangan, mulai dari paman pertama dari ayahnya beserta keluarganya, lalu paman kedua dari ayahnya dengan keluarga, disusul oleh keluarga dari ibunya dan terakhir adalah paman dari ibunya yang datang sendirian sebab belum memiliki keluarga sendiri. Semua orang sudah datang tetapi Katarina sudah memutuskan untuk tidak ikut dan memilih tetap dikurung di dalam kamarnya. Ia tidak mau mengecewakan kedua orang tuanya lagi dengan berusaha keluar dari kamar dan mengambil kesempatan seperti yang dikatakan oleh ibunya semalam.“Semua baik-baik saja tanpaku? Menyebalkan sekali menjadi anak satu-satunya dalam keluarga. Tidak memiliki saudara yang bisa diajak kompromi atau paling tidak menemaniku agar tidak bosan di dalam kamar.”Katarina bicara sendiri dan kembali melihat ke suasana luar rumahnya lewat balkon yang tertutup. Untung saja balkonnya menggunakan pintu kaca, jadi ia bisa melihat suasana di luar kamarnya meski sedang bersedih di dalam kamar yang
Suara ketukan pintu membuat Katarina yang ketiduran mulai tersadar. Ia mengucek matanya dan mengedarkan pandangan. Masih di dalam kamar. Katarina membulatkan mata begitu teringat niatnya untuk keluar dari kamar hingga kelelahan sendiri lalu tertidur dengan posisi duduk meringkuk di depan pintu. Katarina segera beranjak dan menunggu pintu terbuka.“Ibu?”Tidak ada suara selain ketukan lagi.“Ayah?”Katarina masih berusaha menebak siapa orang yang datang ke kamarnya bahkan tidak kunjung membuka pintu dan malah terus mengetuk. Alisnya menukik dengan segala rasa penasarannya. Sampai kemudian pintu terbuka dan menampakkan sosok Artur yang berdiri dengan menyunggingkan senyuman.“Hai,” sapa Artur melihat kekasihnya seraya terus menyunggingkan senyuman.Katarina tidak merespon sebab masih begitu terkejut sekaligus bingung apakah dia mimpi atau memang Artur berada di depannya. Sedangkan Artur mengernyitkan kening, melihat seluruh tubuh Katarina yang tidak serapi yang selalu ia lihat apalagi d