Kelly akhirnya berucap, "Makasih, Pak Jason!" Kalau dia masih berpikir kemunculan Jason di sini adalah kebetulan, itu artinya dia sengaja menutup mata.Wajah tampan Jason menampilkan senyuman samar. Dia membalas, "Kamu sudah bilang itu tadi."Kelly berujar pelan sambil menunduk, "Sebenarnya hari ini aku berniat untuk mengajukan pengunduran diri."Jason menatap wajah Kelly yang polos dari samping, lalu berbicara dengan lembut, "Jangan salah paham. Menurutku, sayang sekali kalau kamu mengundurkan diri begini.""Orang berengsek seperti Levis cukup dikasih pelajaran saja. Tidak perlu sampai mengorbankan pekerjaan yang kamu cintai karena dia," tambah Jason.Hati Kelly sedikit tersentuh. Dia membalas sambil mengangguk, "Bagaimanapun, aku benar-benar berterima kasih padamu.""Kalau mau berterima kasih, buatlah desain sebaik mungkin. Aku akan menantikannya," respons Jason seraya tersenyum."Aku pasti akan berusaha keras!" balas Kelly.Jason menimpali, "Tapi, jangan terlalu memaksakan diri. Seb
Kelly berujar, "Sampai jumpa!"Setelah menutup telepon, Kelly tidak terlalu memikirkan apa yang dikatakan Kenneth dan mulai sibuk dengan pekerjaannya pada siang itu.....Ranty terbangun dengan kepala yang masih pusing akibat mabuk berat. Di siang hari, suara dering telepon membangunkannya.Usai memeriksa ponselnya, Ranty melihat ada lebih dari 10 panggilan tak terjawab. Sebagian besar tentang urusan kantor. Selain itu, ada juga pesan dari Sonia dan Kelly.Ranty membalas pesan satu per satu, lalu duduk di ranjang dan mencoba mengingat bagaimana dia bisa pulang tadi malam.Ingatannya agak kabur, tetapi dia samar-samar ingat bahwa dia sempat bangun di tengah malam untuk mandi dan juga membersihkan riasannya.Bahkan dalam keadaan mabuk, Ranty tetap ingat untuk membersihkan wajahnya. Itu sungguh luar biasa.Setelah membasuh wajah, kepalanya sedikit lebih jernih. Ketika membuka pintu, dia melihat Jeansen sedang menyiapkan makanan di meja makan.Ekspresi Ranty langsung berubah dingin. Dia be
Matias bertanya sambil memicing, "Kamu lagi menantangku?"Jeansen menjawab dengan tegas, "Bukan. Ranty sudah putus denganmu. Aku punya hak untuk mengejarnya dan aku akan mencintainya lebih darimu!"Matias menyeringai dingin sebelum membalas, "Mencintainya lebih dariku? Kamu tahu seberapa besar aku mencintainya, tapi berani bilang bisa lebih?"Jeansen merespons, "Aku tidak tahu. Tapi, aku tidak akan membuatnya selalu waspada karena wanita lain. Aku tidak akan membuatnya marah. Kalau dia marah, aku akan segera menenangkannya dan minta maaf.""Aku akan memastikan dia tidak merasa khawatir. Aku akan selalu mencintainya, memanjakannya, dan menantikan untuk nikah dengannya. Seumur hidup ini, aku cuma akan baik padanya!" jelas Jeansen.Ranty kaget mendengar ucapan Jeansen sehingga menatapnya. Di sisi lain, tatapan Matias menjadi makin suram.Matias menimpali, "Banyak pria yang mau mengejarnya, tapi dia cuma akan menjadi milikku seumur hidup ini!""Kamu benar!" Ranty tiba-tiba berbicara, tetap
Matias menambahkan, "Satu lagi. Kalau kamu berani minum lagi, aku sendiri yang akan menyeretmu pulang dan menghukummu tiga hari sampai kamu tidak bisa bangun dari ranjang!"Setelah itu, Matias menunggu sejenak. Berhubung tidak ada suara dari dalam, dia pun berbalik dan pergi.Di dalam kamar, Ranty duduk di lantai sambil bersandar pada pintu. Begitu mendengar suara pintu tertutup, air mata yang ditahannya akhirnya jatuh mengalir deras dari matanya. Dia menatap langit-langit dan membiarkan air matanya mengalir tanpa henti.....Sabtu pagi, Sonia sedang mengajar Tandy. Sewaktu istirahat, Tandy berujar, "Senin sore, ada pertemuan orang tua. Orang tuaku tidak ada di rumah, jadi kamu saja yang datang."Sonia menatapnya, lalu bertanya, "Pertemuan orang tua untuk apa?"Tandy menjawab dengan tenang, "Aku juara pertama olimpiade matematika satu kota. Guru mau mengadakan acara penghargaan untuk memotivasi murid lain."Sonia memutar matanya sebelum bertanya, "Juara pertama? Dari atas atau bawah?"
Setelah selesai mengajar, Sonia pergi ke lantai atas untuk mencari Reza. Dia mengetuk pintu dan masuk. Sonia melihat Reza sedang duduk di belakang meja dekat jendela sambil membaca buku.Saat melihatnya masuk, Reza bertanya sambil tersenyum, "Kenapa harus ketuk pintu? Masih anggap dirimu orang luar?"Sonia membawa semangkuk sup sarang walet dengan gula batu, lalu meletakkannya di atas meja. Ekspresinya lembut dan tenang ketika berujar, "Bibi yang suruh orang mengantarkan ini, minumlah!"Reza membalas sambil tersenyum, "Maksud Ibu itu supaya kesehatanmu terjaga dengan baik, biar dia bisa segera punya cucu. Kalau dia tahu sup yang dimasaknya setiap kali diminum olehku, pasti dia bakal marah dan tidak mau bicara sama aku lagi."Sonia menimpali, "Nggak akan. Aku yang minta kamu minum. Kalau mau marah, dia seharusnya marah padaku."Reza menggenggam tangannya, lalu menariknya agar duduk di pangkuannya. Pria itu melingkarkan kedua tangan di pinggang Sonia yang ramping dan memberi tahu, "Dia m
Reza berucap tegas dengan nada tidak berubah, "Tidak, siang juga milikku!"Ranty hampir kehilangan akal karena marah. Dia memarahi, "Reza, jangan terlalu posesif seperti ini!"Sonia mendengar perdebatan mereka dan tak bisa menahan tawa. Kemudian, dia berkata kepada Ranty, "Jangan marah. Aku ada di rumah Keluarga Herdian. Datang saja untuk menjemputku.""Hore!" Ranty langsung girang dan merasa menang dari Reza. Dia menambahkan, "Memang Sonia yang paling baik! Tunggu aku, aku akan segera sampai!"Setelah telepon ditutup, Reza menatap Sonia tanpa berkedip. Dia berbicara dengan kesal, "Kita sudah sepakat hari ini akan pulang ke Green Garden. Max dan Bibo sudah kangen sama kamu."Soniai mendekat dan memeluknya, lalu memberi tahu, "Ranty sama Matias belum baikan. Aku mau menemaninya. Malam nanti, kita baru pulang ke Green Garden saja."Reza hanya bisa pasrah. Dia menunduk untuk mencium kening Sonia dan mengingatkan, "Jangan minum alkohol. Kalau mau minum, nanti kita minum bareng di rumah."S
Kartika berujar dengan marah, "Sonia, dengarlah apa yang dia bilang!"Matias berjalan mendekat dan menghentikan Ranty, "Ranty, ayo kita bicara."Ranty menatapnya dengan dingin, lalu membalas, "Aku nggak mau bicara. Lagian, nggak ada yang perlu dibicarakan!"Kartika menjadi makin marah. Dia bertanya, "Apa maksudmu nggak ada yang perlu dibicarakan? Kamu benar-benar mau putus sama Matias? Kalian sudah bersama selama 8 tahun loh. Masa kamu nggak mau tanggung jawab?"Ranty menjawab dengan dingin, "Dia sudah berkorban 8 tahun, aku juga sama! Kenapa harus aku yang tanggung jawab?""Soalnya kamu yang bertingkah!" balas Kartika.Raut wajah Ranty yang cantik berubah dingin ketika menimpali, "Terserah Ibu mau bilang apa. Pokoknya aku mau putus. Urusan membatalkan pertunangan, Ibu urus sendiri saja. Kalau aku disuruh pulang cuma untuk ini, aku akan pergi sekarang."Sambil berkata, Ranty menarik tangan Sonia untuk pergi. Namun, Sonia malah memegang pergelangan tangannya sambil berujar, "Ranty, ini
Matias menambahkan, "Aku sering mengalami insomnia. Bahkan ketika akhirnya tertidur, aku selalu bermimpi buruk yang sama. Di mimpiku, kita lagi mengadakan pernikahan, lalu kamu berjalan ke arahku tapi tiba-tiba menghilang."Pria itu melanjutkan, "Selama dua tahun Sonia di luar negeri, kita jarang bertemu. Kamu lebih sering berada di samping Sonia. Sesekali kamu pulang, tapi cuma untuk mengurus urusan kantor, lalu pergi lagi dengan terburu-buru."Matias berujar, "Setelah Sonia pulang, kamu baru benar-benar tinggal bersamaku. Tapi, aku sudah tidak berani lagi membicarakan pernikahan.""Seolah-olah selama Sonia dan Reza belum menikah, hubungan kita juga tidak akan stabil. Rasa kecewa yang menghancurkanku tiga tahun lalu, tidak mau kurasakan lagi," jelas Matias.Ranty yang awalnya terkejut, kini mendengarkan dengan air mata mengalir. Suaranya tersendat ketika bertanya, "Kenapa kamu nggak memberitahuku lebih awal?"Matias menjawab, "Aku kira cuma aku yang peduli sama pernikahan yang batal i
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi
Mereka berdua naik ke restoran lantai dua. Sonia mengirim pesan kepada Ranty.[ Kita sudah sampai! ]Ranty segera membalas pesan.[ Theresia sudah menunggu selama sepuluh menit. Suruh Tuan Morgan ke meja nomor enam! ][ Oke! ]Sonia menoleh untuk melihat Morgan. “Aku ke toilet dulu. Kamu tunggu aku di meja nomor enam. Aku akan segera kembali.”“Emm!” Morgan juga tidak merasa curiga. Dia pun berjalan ke meja makan nomor enam.Restoran di dalam opera house ini penuh dengan hawa seni. Jendela tinggi dipadukan dengan lukisan dinding dan lampu kristal kuno. Ada beberapa tamu sedang mengobrol santai. Hawa romantis dan klasik muncul di mana-mana.Morgan tahu wanita ini berada di kota ini. Hanya saja, saat bertemu, Morgan tetap merasa syok!Theresia juga terbengong. Dia spontan berdiri. Raut wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi hormat. “Tuan Morgan!”Wanita Itu mengenakan mantel panjang berwarna hitam dengan riasan tipis di wajahnya. Alisnya indah bagai lukisan di kejauhan. Matanya bening
Sonia melirik Reza dengan tidak berdaya. Kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat ke luar jendela. “Cuaca sudah cerah?”“Iya, sudah cerah!” Reza memiringkan tubuhnya, menopang kening dengan pergelangan tangannya. “Apa suasana hatimu sudah membaik?”Sonia meregangkan tubuhnya. “Suasana hatiku selalu baik!”Kemudian, Sonia memalingkan kepala untuk melihatnya. “Apa sudah seharusnya kamu pergi ke perusahaan untuk bekerja?”“Kamu pergi bersamaku!” Reza memasukkan tubuh lembut Sonia ke dalam pelukannya, tidak rela untuk melepaskannya.“Nggak bisa. Hari ini aku mau ke rumah Pak Aska.” Sonia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Sekalian minta sesuatu dari Pak Guru. Aku mau mempersiapkan tes DNA Hallie.”“Kalau begitu, kamu sarapan dulu. Setelah kamu pergi ke rumahnya Pak Aska, aku baru pergi bekerja!”“Oke!”Reza menunduk, lalu mencium Sonia untuk beberapa saat. Kemudian, dia baru menggendong Sonia.Saat sarapan, Sonia baru terbaca pesan yang dikirim Ranty semalam.[ Aku sudah berhasil atasi
Reza menatap Sonia. “Jadi, jangan harap untuk meninggalkanku!”Sonia mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Aku nggak pernah berpikir seperti itu, nggak pernah sama sekali!”Suara Reza terdengar serak. “Sayang, apa kamu peduli dengan perasaanku?”“Peduli!”“Sekarang aku sangat panik!”Sonia memeluknya. “Aku ada di dalam pelukanmu. Kenapa kamu malah panik?”“Tapi, setelah kamu tidur, kamu tidak menginginkanku lagi!” Nada bicara si pria terdengar gusar.Sonia terdiam membisu.“Sonia!” Reza mencubit dagunya. Nada bicaranya terdengar sabar dan lembut. “Kematian Serigala tidak ada hubungannya sama kamu. Dia membantu Tritop dalam begitu banyak hal. Dia sudah tidak bisa kembali lagi. Meninggal tanpa penyesalan adalah akhir yang paling bagus untuknya.”Sonia menggigit erat bibirnya. Dia tidak berbicara.“Aku bukan lagi mengatakan kata-kata yang tidak ingin kamu dengar. Kalau kamu tidak mendetoks racun di dalam tubuhmu, cepat atau lambat kamu akan diserang oleh pengaruh obat. Kalau suatu hari nan
Reza berkata dengan perlahan, “Kamu mau muntahin ke dalam air lagi?”Tangan Sonia yang sedang menekan ponsel berhenti. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi sang pria.Hanya ada satu lampu yang dinyalakan di dalam kamar. Pencahayaan lampu redup dipancarkan ke lima indra tajam si pria. Di dalam suasana istimewa ini, wajah tampan Reza kelihatan agak dingin.Terdengar juga samar-samar suara turun salju di luar sana. Angin dingin mengembus kepingan salju, lalu dijatuhkan ke atas kaca. Rasa dingin mulai terasa.Mereka berdua bertatapan untuk beberapa saat, kemudian Reza berkata dengan nada datar, “Aku terus mencari alasan kenapa obat ini tidak berkhasiat. Bahkan aku juga menyuruh anggotaku untuk mencari Billy dan Profesor Regan, aku yakin mereka tidak membohongiku. Obat penawar untuk racun yang disuntikkan di tubuhmu juga tidak salah.”“Aku tidak habis pikir, padahal obat itu manjur, kemudian aku mendapatkan jawabannya pada tiga hari lalu. Aku tahu kenapa obat itu tidak manjur?”“Selain m