Dari orang yang tertangkap, ada satu yang pundaknya tertusuk belati. Sekarang kondisi cedera lelaki itu masih belum bisa dipastikan. Saat anggota kepolisian mendengar pesan Reza, dia pun mengiakan dan mengatakan akan menjaga Sonia dengan baik.Robi sedang mengendarai mobil ke depan hotel. Reza memasuki mobil. Raut wajahnya terlihat sangat dingin saat ini. Dia menyuruh Robi untuk mengantarnya ke kantor polisi cabang Jalan Narwa. Robi menggunakan kecepatan paling cepat untuk melaju ke kantor polisi.Setelah Reza memasuki kantor polisi, dia langsung berjalan ke dalam ruang interogasi. Dalam sekilas mata, tampak Sonia sedang duduk di dalam sana.Sonia juga merasa syok ketika melihat kedatangan Reza.Reza meraih pundak Sonia, lalu mengamatinya dari atas ke bawah. Dia terlihat sangat gugup saat ini. “Apa kamu terluka?”Sonia mengenakan kemeja berwarna biru tua. Tampak ada bekas goresan di bagian lengannya. Hanya saja, luka itu tidaklah dalam. Saat ini, luka itu pun sudah mengering.Hanya saj
Hanya saja kening Reza tampak berkerut. “Apa wanita yang bernama Pretty itu adalah pemeran utama baru yang dipilih Pak Teddy?”“Emm,” balas Sonia dengan datar.“Untuk apa kamu ke Kasen?”“Pretty yang mengajakku ke sana. Dia bilang dia ingin diskusi masalah desain gaun.”“Kenapa dia bisa diberi obat?”“Aku juga nggak tahu. Begitu masuk ke Kasen, aku pun tampak dia sudah disandera oleh lelaki-lelaki itu.”Reza menatap luka di tangan Sonia, lalu meliriknya. “Apa kamu tidak bisa panggil sekuriti? Apa mesti kamu maju sendiri? Mentang-mentang kamu pernah menguasai sedikit seni bela diri, kamu merasa kamu bisa menyelamatkan semua orang di dunia ini?”Sonia yang dimarahi tampak tidak berekspresi. Dia hanya berkata dengan datar, “Mobil mereka berhenti di depan pintu. Apa sempat kalau aku memanggil sekuriti?”“Apa pantas dia diperlakukan seperti itu?”“Nggak pantas!” Sonia menatap si lelaki. “Aku yakin dia memendam niat buruk ketika menyuruhku ke Kasen. Tapi aku tetap saja nggak bisa membiarkann
Selesai melakukan interogasi, Pretty masih belum menyadarkan dirinya. Dia pun masih tidak bisa melakukan kesaksian. Jadi, Sonia pun diizinkan untuk pulang.Dari tadi Robi menunggu di luar. Setelah Sonia memasuki mobil, dia berkata dengan penuh rasa bersalah, “Maaf sudah merepotkanmu.”Reza tersenyum sinis. “Saat dia membantumu untuk merahasiakan identitasmu dariku, bukankah dia sudah menjadi bawahanmu? Untuk apa kamu merasa telah merepotkannya?”Sonia tertegun sejenak. Dia kepikiran dengan masalah dulu dan semakin merasa bersalah kepada Robi. “Apa … kamu menghukum Robi?”“Tidak!” balas Robi dengan segera, “Pak Reza mengampuniku, tidak memberiku hukuman berat.”Robi hanya dimutasi ke tambang minyak selama setahun. Namun, semua itu tergolong hukuman ringan bagi Robi.Tentu saja Sonia mengerti maksud tidak diberi hukuman berat yang dikatakan Robi tadi. Hatinya semakin tidak tenang saja. “Aku sungguh bersalah padamu!”“Nyonya Sonia terlalu sungkan. Kamu tidak perlu merasa bersalah!”Sonia
Selesai sarapan, Sonia dan Kelly keluar rumah bersama. Dia mengantar Kelly ke perusahaannya Jason.Kelly bertanya, “Semalam kamu pulang jam berapa?”Semalam Sonia memberi tahu Kelly bahwa dirinya ada urusan, tidak makan di rumahnya. Dia khawatir Kelly akan mengkhawatirkannya. Jadi, dia tidak memberi tahu Kelly.“Hampir jam 11. Semalam diskusinya agak lama.”“Padahal aku masakin makan buat kamu. Tapi aku malah ketiduran,” ucap Kelly dengan kesal.“Lain kali kamu nggak usah nungguin aku kalau aku pulang malam.”Kelly membongkar ponselnya, lalu melihat ada kasus penyanderaan di Kasen semalam. Untung saja ada seorang wanita maju untuk menyelamatkan wanita yang disandera.Kemudian, terlampir juga foto ketika mereka sedang berkelahi. Hanya saja, pencahayaan agak gelap. Ada juga yang mengatakan bahwa wanita itu memiliki seni bela diri yang sangat tinggi. Dia berhasil mengalahkan si penjahat hanya dengan satu tendangan.Gambaran itu bagai gambaran yang sudah diedit saja. Tujuh bandit yang bers
Kelly menelan air liurnya, berusaha mengabaikan tekanan di atas kepalanya. Dia pun berkata dengan suara seraknya, “Aku kedengaran. Tapi aku ada urusan malam ini. Maaf, ya.”“Gimana dengan besok? Besok seharusnya kamu istirahat, ‘kan?” tanya Derrick dengan sabar.“Aku juga ada urusan besok!” balas Kelly dengan segera.Tentu saja Derrick tahu Kelly sedang menolaknya. Dia pun tersenyum. Suaranya masih saja terdengar lembut. “Tidak apa-apa. Kalau begitu, kita janjiannya saat kamu luang saja.”“Pak Derrick, kita nggak cocok. Aku juga nggak berencana untuk berpacaran. Kelak kamu jangan telepon aku lagi,” ucap Kelly dengan terus terang.Derrick tertegun sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Jangan berbicara dengan sepasti itu. Siapa tahu suatu hari nanti kamu ingin pacaran dan kebetulan aku masih mengejarmu. Bisa jadi kita berjodoh?”Kelly dapat merasakan amarah dari lelaki di hadapannya. Dia sungguh merasa canggung. Saat Kelly hendak menolak Derrick lagi, Derrick malah mendahuluinya. “Aku
Sonia berkata dengan rasa bersalah, “Sebelumnya terjadi masalah dengan Thalia, sekarang malah terjadi masalah dengan Pretty. Sepertinya semuanya berhubungan sama aku. Aku sungguh merasa bersalah!”“Tidak! Sonia, kamu jangan berbicara seperti ini. Malahan aku mesti berterima kasih kepadamu,” balas Teddy dengan tersenyum lembut, “Kalau kamu tidak ke sana, sepertinya akan terjadi sesuatu dengan Pretty. Nantinya syuting kita juga akan terhambat lagi! Bisa jadi aku malah harus mencari pemeran wanita baru lagi atau bisa jadi sinetron ini akan dihentikan!”Sonia berkata dengan tersenyum datar, “Pretty nggak terluka, kok. Seharusnya dia bisa kembali dalam dua hari ini. Lebih baik Pak Teddy mengutus orang untuk menghadapi wartawan di luar sana. Jangan sampai masalah ini menjadi heboh.”“Aku mengerti. Aku juga tidak akan mengizinkan terjadi hal yang tidak diinginkan!” Teddy menatap Sonia dengan tatapan kagum. “Temperamen Pretty sangat buruk, dia juga sangat arogan. Kamu sudah menderita selama in
Perubahan sikap Pretty terlalu drastis. Sonia lebih terbiasa dengan Pretty yang susah diajak bicara itu. Dia sungguh tidak tahu bagaimana menghadapi Pretty yang tiba-tiba bersikap manja ini!“Sonia, gimana cara aku berterima kasih sama kamu?” Pretty masih memeluk Sonia.“Emm ….” Sonia bersuara, “Bisa nggak kamu lepasin aku dulu?”Kali ini, Pretty baru melangkah mundur. Dia menatap Sonia dengan tersenyum. “Katakanlah! Apa kamu mau uang atau rumah? Asal kamu buka suara, aku akan suruh anggotaku untuk menyerahkannya di hadapanmu!”Sonia menggeleng dengan tenang. “Nggak usah, aku nggak perlu apa-apa. Walaupun bukan kamu korbannya, aku juga akan menyelamatkan orang itu. Jadi, aku nggak usah bersikap seperti ini!”Kedua mata Pretty seketika berkilauan. Senyuman di wajahnya semakin lebar lagi. “Meskipun seperti itu, kamu tetap adalah penyelamatku. Kalau bukan karena kamu, nasibku pasti akan sangat miris. Belum pasti aku bisa hidup lagi!”Sonia menyadari orang-orang di sekitar sedang membahas
Sonia berkata dengan nada bercanda, “Jadi, kamu ingin cari orang untuk beri pelajaran kepadaku?”Pretty tertegun sejenak, lalu tersenyum. “Orang yang aku cari nggak akan gampang untuk dihadapi!”Saat mereka berdua sedang mengobrol, asistennya Pretty memasuki ruangan, kemudian berkata dengan penuh hati-hati, “Pretty, Pak Teddy nanya apa kamu bisa memulai syutingmu sekarang?”Pretty membalas dengan kesal, “Apa kamu nggak lihat aku lagi ngobrol sama Sonia? Beri tahu Pak Teddy, aku masih terluka, nggak bisa syuting. Aku mesti istirahat selama beberapa hari ini.”Kali ini, Sonia langsung menimpali, “Kalau Nona Pretty nggak ada urusan lagi, mohon kerja samanya. Dengan begitu, progres syuting baru bisa berjalan normal.”Pretty menatap Sonia dengan tersenyum lebar. “Oke, aku dengar apa katamu!”Asisten Pretty yang berdiri di samping terbengong di tempat.Pretty melirik asistennya. “Apa kamu nggak dengar omongan Sonia? Cepat beri tahu Pak Teddy!”“Oh, aku akan ke sana sekarang!” balas asisten s
Raut wajah Celine menjadi pucat. Ucapan Reza bagai menamparnya di depan umum, membuatnya merasa sangat canggung.Reza bersandar di tempat duduknya dengan malas. Auranya terasa sangat dingin. “Bekerjalah dengan baik. Jangan menghabiskan waktu dalam hal yang tidak berguna. Ada banyak orang yang ingin menjadi asisten pribadiku. Kalau kamu hanya memikirkan cara untuk menjilatku saja, cepat atau lambat kamu pasti akan dieliminasi. Apa kamu mengerti?”Celine mengepal erat tangannya. Saking malunya, betapa inginnya dia menghilang dari muka bumi ini. Dia tidak berani menatap Reza lagi, langsung menunduk dan mengiakan. “Aku mengerti!”“Keluar!” Nada bicara Reza sangat datar. Dia tidak memberi Celine sedikit pun kesempatan untuk bersuara lagi.Celine segera membalikkan tubuhnya, berjalan keluar ruangan.Setelah keluar ruangan, raut wajah Celine masih kelihatan sangat canggung. Tiba-tiba terlintas kata “mengundurkan diri” dari benaknya. Dia tidak ingin muncul di hadapan Reza lagi.Bukannya Sonia
Setelah tiba di Imperial Garden, Reza melepaskan jasnya, lalu melonggarkan dasinya. Dia duduk di sofa sembari memandang rumah yang kosong ini. Hatinya seketika terasa sakit dan tidak tenang ketika kepikiran Sonia.Beberapa saat kemudian, Reza baru berhasil menenangkan dirinya. Dia memalingkan kepalanya memandang ke kamar sebelah. Dia sungguh berharap setelah pintu itu dibuka, ada Sonia di dalam sana.Jelas-jelas Reza tahu semua itu tidak memungkinkan. Namun, dia masih saja berjalan ke kamar sebelah. Begitu pintu dibuka, Reza menyalakan lampu. Gambaran familier terbayang di depan mata.Dulu, Sonia akan tinggal di sini. Biasanya Sonia suka duduk di depan balkon sembari membaca buku di malam hari. Kemudian, Reza akan mengesampingkan buku Sonia, lalu memberinya ciuman mendalam.Reza berjalan ke sisi balkon, lalu duduk di sofa. Dia melihat selembar memo yang ditempelkan di atas sana.Saat Sonia pergi, sudah berkali-kali Reza memasuki kamar ini. Hanya saja, dia tidak pernah menyadari keberad
“Oh, ya?” Celine berkata dengan nada bercanda, “Bukannya aku seharusnya dideskripsikan dengan kata sangat berkompeten? Atau asisten andal yang pintar dalam membantu pekerjaan Tuan Reza!”Reza mengangkat-angkat alisnya. Dia merasa ada yang berbeda dengan Celine hari ini.“Tentu saja! Tentu saja!” balas Iqbal dengan segera, “Kemampuan kerja asisten pribadi Tuan Reza pasti berbeda dengan asisten pada umumnya!”Para hadirin lainnya juga segera menimpali.“Sudah bertahun-tahun Nona Celine bekerja di sisi Tuan Reza. Kamu pasti sangat bisa diandalkan!”“Nona Celine bukan hanya berkompeten, tapi juga cantik sekali. Kami semua sungguh iri dengan Tuan Reza!”“Sepertinya hanya Tuan Reza saja yang sanggup mempekerjakan wanita cantik dan berbakat seperti Nona Celine!”…Ujung bibir Celine melengkung ke atas. Dia masih menunjukkan senyuman lembut di wajahnya.Reza tidak suka menghadiri acara jamuan malam, begitu pula dengan Celine. Namun malam ini, tiba-tiba dia merasa enak juga untuk menghadiri aca
Kase terus melangkah ke tempat duduk yang ditempati Sonia tadi. Dia duduk di hadapan kursi Sonia. Dia melihat Sonia hanya sempat menyesap setengah gelas minumannya, juga sepotong kue coklat yang belum sempat dimakannya. Saat Sonia menerima panggilannya tadi, Sonia pasti langsung bergegas ke istana untuk melindunginya.Kase menarik napas dalam-dalam. Hatinya terasa berat bagai ditimpa beban ratusan kilogram saja. Saking beratnya, dia pun merasa kesulitan untuk bernapas.Kase berkata kepada dirinya sendiri. Sonia hanyalah seorang wanita saja. Tidak seharusnya Kase terlalu memedulikannya. Hanya saja, sejak Sonia dibawa pergi tadi, hatinya mulai merasa tidak tenang.Tadi Rayden mengatakan dirinya ingin menggunakan Sonia sebagai objek penelitian, tidak akan membahayakan nyawanya. Namun, sebenarnya Kase paham, setelah memasuki gedung itu, Sonia tidak mungkin akan keluar lagi!Kase melihat kue coklat di atas piring. Seketika dia kepikiran dengan tatapan kecewa dan benci dari kedua mata Sonia.
Setelah melihat Kase berjalan ke dalam, Sonia baru pergi ke kafe. Dia memesan secangkir kopi dan juga sepotong kue tar coklat. Baru saja mencicipi kopinya, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Kase.Sonia mengangkatnya. “Halo?”“Ruila!” Suara Kase terdengar buru-buru. “Perbincangan tidak berakhir menyenangkan ….”Tiba-tiba panggilan terputus. Sonia langsung berdiri, kemudian bergegas keluar kafe, berlari ke istana.Sekuriti yang berjaga di depan pintu gerbang hendak menghalangi langkah Sonia. Namun, kerah pakaiannya diremas oleh Sonia. Kemudian, kepalanya dihantam keras di pintu kayu.Sebelumnya Sonia sudah pernah ke dalam. Dia cukup familier dengan letak ruangan di dalam istana. Tanpa menunda waktu, Sonia langsung berlari ke lantai tujuh. Dia langsung mendobrak pintu ruangan, kemudian tampak Kase sedang diikat di bangku. Dia menatap Sonia dengan kedua mata terbelalak lebar.“Bamm!” Pintu ruangan ditutup. Lima orang pria bertubuh kekar di belakang menyerbu ke sisi Sonia.Sonia melomp
Raut wajah Kase langsung berubah. “Kamu tahu?”“Tentu saja!”Kase memang pernah mencari faktor kematian Suki. Hanya saja, masalah kematian Suki juga tergolong rahasia di internal. Ditambah lagi Kase bukan berasal dari lingkaran tentara militer, dia pun semakin kesulitan dalam mengaksesnya.Setelah kematian Suki, semua informasi tentangnya telah dihapus. Seolah-olah Suki tidak pernah datang ke dunia ini saja. Meski telah mengerahkan banyak tenaga, Kase tetap tidak berhasil menemukan petunjuk apa pun.Masalah ini sudah berlalu lama dan terus menjadi simpul di hati Kase. Sepertinya Rayden bukan hanya memahami kejadian waktu itu, dia juga menyelidikinya.Kase menyipitkan matanya menatap Rayden. Tiba-tiba dia merasa orang ini sangat mengerikan!…Saat Kase kembali ke vila, Sonia masih belum tidur.Sonia baru saja selesai bertelepon dengan Reza. Saat dia hendak turun ke lantai bawah untuk minum, dia melihat Kase berjalan ke dalam rumah dengan sedikit kaget. Kenapa pulangnya cepat sekali?Kas
Ketika Kase memasuki kafe, Sonia sedang bosan membolak-balik majalah. Melihatnya masuk, Sonia bertanya sambil mendongak, "Kamu sudah bertemu Rayden?""Sudah," jawab Kase sambil duduk dan meletakkan lengannya dengan santai di sandaran kursi. Dia berujar dengan nada mengejek, "Sama seperti yang diceritakan orang, dia memakai topeng dan berlagak misterius. Entah apa yang dia sembunyikan.""Gimana hasil pembicaraan kerja samanya?" tanya Sonia."Lumayan. Masih perlu membahas beberapa detail." Kase menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu, lalu bertanya, "Sebenarnya, siapa yang kamu cari di sini?"Sonia melihatnya dengan tatapan yang sulit ditebak. Setelah beberapa saat, dia menjawab pelan, "Kakakku."Kase bertanya sambil tersenyum, "Kakakmu? Dia ada di Hondura?""Ya, seseorang pernah melihatnya di sini," balas Sonia.Kase bertanya lagi, "Apa kamu punya fotonya? Coba tunjukkan. Mungkin aku bisa membantumu mencarinya."Sonia merespons, "Makasih, tapi nggak perlu. Biar aku yang
Kase tertegun sejenak. Namun, Sonia sudah berbalik dan naik ke lantai atas. Sambil minum isi gelasnya, pria itu merasa sedikit kesal. Dalam pikirannya, adakah orang di dunia ini yang lebih hebat darinya?Kase meremehkan pernyataan Sonia. Dia meyakini bahwa gadis itu sebenarnya hanya bucin. Hanya orang yang terlalu memuja cinta yang tidak bisa membedakan antara kenyataan dan fakta.Bahkan, Kase sempat tergoda untuk meminta Sonia memanggil pacarnya agar mereka bisa membuktikan siapa yang lebih unggul.....Keesokan harinya, pagi-pagi sekali seseorang dari pihak Winston datang menemui Kase dengan pesan bahwa Rayden telah kembali dan ingin bertemu dengannya untuk berdiskusi.Kali ini, Kase tidak lagi menolak. Dia mengajak Sonia untuk ikut bersamanya. Setibanya di sana, Sonia tetap menunggu di kafe yang sama seperti sebelumnya, sementara Kase mengikuti Winston melewati pintu putih besar hingga menghilang di dalamnya.Sonia sebenarnya penasaran ingin melihat seperti apa sosok Rayden yang mis
Jelas sekali, Kase sudah tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan Winston. Setiap malam, Sonia mengantar camilan tetapi dia belum berhasil menemukan orang yang dia cari. Apakah mungkin orang itu begitu disiplin hingga bahkan tidak makan camilan?Sonia juga sudah mencoba pergi ke lantai bawah tanah ke-11, tetapi tetap tidak mendapatkan hasil apa pun. Namun, tidak menemukan apa pun juga merupakan kabar baik. Setidaknya itu berarti kakaknya tidak termasuk dalam kelompok orang yang dijadikan subjek eksperimen.Sonia memutuskan untuk beristirahat selama dua hari. Bagaimanapun, pelayan yang setiap hari dia samarkan identitasnya itu, sering bangun dengan keluhan leher yang sakit dan bahkan sudah memutuskan untuk pergi ke dokter.Malam itu, Sonia dan Kase duduk berdampingan di bar. Mereka mengobrol santai sambil menikmati suasana.Hallie datang mengenakan seragam pelayan yang dirancang khusus untuk bar itu. Dia menyerahkan dua gelas minuman pada Sonia dan Kase, lalu berujar sambil tersenyum