Greta dan Ryan keluar dari rumah sakit menuju restoran dengan beberapa bodyguard mengelilingi mereka. Selama masalah dengan Jennings belum selesai, mereka akan melakukan semuanya dengan hati-hati."Kau terlihat luar biasa," kata Ryan sambil menatap Greta yang berdiri di sampingnya dengan gaun renda selutut lilac yang pas di tubuhnya.Greta tersenyum malu-malu, "Kau membuatku berdebar," katanya sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Dia masih belum terbiasa dengan pujian kecil yang mungkin akan lebih sering keluar dari mulut Ryan di kemudian hari. Ryan mendengus tertawa, dia mencengkeram tangan Greta erat-erat seolah dia tidak akan pernah melepaskannya lagi."Ryan..." desis Greta sambil menggandeng Ryan saat mereka berjalan memasuki area pintu masuk restoran. "Ada apa?" tanya Ryan, dia menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Greta dengan saksama."Apakah kau yakin akan bertemu mereka? Apakah kau tidak melihat seorang wanita yang duduk di sebelah Gaston, maksudku apakah k
Greta tidak bisa menahan air matanya saat melihat memar besar di punggung balita sekecil Peter. Tapi dia cepat-cepat menyeka air matanya, tidak ingin Peter melihatnya menangis. "Peter, setelah es krimmu sudah habis, kau juga harus memeriksakan diri ke dokter agar punggungmu tidak sakit lagi, oke?" kata Ryan sambil membungkuk dan mengelus kepala Peter. Peter hanya mengangguk patuh sambil terus menyuapkan es krim ke dalam mulutnya. "Ryan, aku harus ke toilet," kata Greta yang tak kuasa menahan tangis. Di dalam toilet, dia menghabiskan waktunya menangisi kemalangan Peter, merasa lega setelah melampiaskan emosinya, dia kembali ke dapur. "Hei, apakah kau sudah merasa lebih baik?" tanya Ryan sambil memotong bawang. '' Yeah. Di mana Peter?" dia bertanya, melihat sekeliling dapur. "Aku membawanya ke dokter, sini!" Kata Ryan sambil merentangkan tangannya. Greta dengan cepat berjalan mendekat dan menghambur ke pelukannya. "Aku tidak mengerti mengapa dunia begitu kejam terhadap anak lugu
"Greta memberikan ini untukmu sebelum dia berangkat ke New Zealand," kata Shawn sambil mengulurkan amplop putih ke Summer, yang menerimanya dengan bingung."Apa ini..." gumamnya sambil membuka amplop itu dengan perasaan tak menentu. Kecurigaannya terjawab, ada cek senilai 200.000 dolar tertulis atas namanya bersama dengan surat itu.Summer yang kusayangi,Aku tahu kau mungkin tidak ingin menerima apa pun dariku, tetapi kuharap kau akan menerima hadiah terakhir dariku untukmu dan nenekmu. Sewalah apartemen dua kamar yang nyaman untuk kalian berdua di Melbourne, semoga kau bisa menikmati pekerjaan barumu! Hubungi aku kapanpun kau membutuhkan bantuanku!Salam sayang, Greta.Summer menggigit bibirnya kuat-kuat, berusaha tidak menangis karena tersentuh oleh kebaikan Greta."Dia benar-benar luar biasa, aku tidak bisa menolak hadiah ini kan?" gumamnya sambil menoleh untuk melihat Shawn yang menatap kosong ke gedung apartemen tua tempat Summer tinggal selama beberapa tahun."Apakah kau benar-
Setelah bertukar nomor telepon dengan Vivian, Summer kembali ke motel dengan gugup. Apakah dia baru saja membuat keputusan yang salah? Tapi dua miliar dolar?! Bahkan jika dia bekerja selama beberapa tahun, dia mungkin tidak akan pernah bisa mengumpulkan uang sebanyak itu. Dengan uang itu, dia bisa membeli rumah di pedesaan dan membuka usaha sendiri serta hidup tenang bersama nenek. Sesuatu yang selalu dia inginkan sejak dulu."Nenek, apakah kau sudah tidur?" Summer berbisik ketika dia masuk ke motel dan menemukan Nenek terbaring di tempat tidur."Summer? Kau sudah pulang? Kenapa kau lama sekali! Bagaimana? Apakah kau berhasil mendapatkan apartemen untuk kita?" tanya nenek, berbalik untuk menatapnya.Summer tersenyum dan mengangguk, "Lihat ini! Kelihatannya nyaman kan? Kau akan punya kamar sendiri, dan lihat balkon ini! Kau bisa berjemur setiap pagi di sana jadi kau bisa mendapatkan cukup vitamin D!" gumamnya kegirangan sambil menunjukkan video apartemen itu ke neneknya di ponselnya.N
"Ayo cepat masuk!" kata Shawn sambil membantu Summer memasukkan nenek ke dalam taksi."Terima kasih," kata Summer dan duduk di sebelah nenek, sedangkan Shawn duduk di kursi depan."Aku tidak ingat memberimu alamat motel ini..." gumam Summer, bingung."Oh ya? Coba lihat riwayat percakapan kita, kau mengirimkan lokasimu tadi malam, jadi ada apa dengan Nyonya O'Brien? Apakah livernya kambuh?" Shawn bertanya, melihat ke belakang."Sepertinya keracunan makanan, aku tidak tahu. Jadi jika ada bau yang sedikit tidak enak mohon maafkan kami..." Kata Summer sambil meringis mencium bau yang berasal dari popok nenek."Tidak masalah!" Seru Shawn sambil melirik sopir taksi yang menutupi hidungnya dengan tangannya.Beberapa menit kemudian mereka sampai di rumah sakit terdekat dimana Nenek langsung dibawa ke UGD. Setelah berbicara dengan dokter, Summer berjalan lemas ke ruang tunggu tempat Shawn menunggu sambil memegangi kopernya."Hei, bagaimana kabarmu? Apakah nenekmu benar-benar keracunan makanan?
"Nenek, aku harus pergi bekerja selama seminggu dan Shawn akan menemanimu. Jika aku berhasil melewati masa percobaan, aku mungkin akan pergi selama tiga sampai enam bulan, tapi jangan khawatir akan ada teman yang datang untuk mengunjungi nenek setiap hari untuk memastikan nenek baik-baik saja," kata Summer sambil memegang tangan Nenek dengan lembut.Wajah Nenek muram, dia menatap Summer dengan penuh perhatian, "Kau akan baik-baik saja, bukan?" dia bertanya dengan cemas. Summer tersenyum, "Aku baik-baik saja, aku bahkan sangat bersemangat dan tidak sabar untuk melakukan pekerjaan itu! Saat kau merindukanku, bayangkan saja tempat ini..." Summer memotret sebuah rumah pertanian putih yang indah di Byron Bay dan memberikannya kepada neneknya.“Kita akan tinggal di sana dan memiliki ladang yang luas, nenek akan duduk di halaman pada sore hari melihat pekerja kita merawat sapi dan kuda kemudian aku akan muncul dari dalam rumah membawakan secangkir teh panas dan Cake Wortel untukmu," oceh Sum
Semua mata memandangnya dengan bingung, hanya ada satu orang yang berjalan mendekat dan menatapnya dengan saksama. Orang itu adalah Nicholas Anthony."Vivian?" desisnya kaku. Mata Summer segera dipenuhi air mata, bibirnya bergetar, "Kau mengenaliku?"Shawn yang berdiri di samping Summer menyaksikan akting Summer dengan takjub. Dia tidak pernah mengira Summer bisa melakukan semuanya dengan baik."Nico! Kau bercanda! Bagaimana mungkin wanita ini Vivian! Aku tahu kau merindukannya tapi wanita ini tidak mungkin dia!" Teriak Mia sambil melangkah mendekat diikuti yang lainnya.Ketika mereka melihat lebih dekat ke Summer, mereka menyadari bahwa mata Summer sangat mirip dengan mata Vivian."Dia berbohong! Dia bukan Vivian!" Teriak Isabella, menatap dahi Summer dengan mata menyipit.Summer tertawa sinis, suaranya terdengar sangat mirip dengan suara Vivian sehingga semua orang di sana menjadi merinding seketika."Apakah kau mencari bekas luka di dahiku?" Summers mendesis menatap tajam ke mata i
Tidak ada alasan bagi keluarga Anthony untuk tidak menerima Summer. Dia telah melakukan tes golongan darah, dan golongan darahnya sama dengan milik Vivian. Mereka semua menatapnya tak percaya."Aku ingin bertanya!" tiba-tiba Chelsea berteriak dalam kesunyian. Saat itu semua orang sudah berkumpul di ruang tamu.Summer memandangnya dengan menantang, dia tahu betapa buruknya Chelsea pada Vivian, jadi dia tidak akan baik padanya."Jika kau benar-benar Vivian, aku ingin kau menyebutkan siapa pria yang kau kencani saat kita masih SMA?" tanyanya dengan tatapan penuh kemenangan karena begitu yakin wanita yang menyilangkan kakinya di depannya bukanlah Vivian Anthony.Summer mendengus,"Kau berani membicarakan masa SMA kita? Benarkah? Bahkan setelah apa yang kau lakukan padaku waktu itu?!" bentaknya.Dia tahu bahwa Chelsea telah mem-bully Vivian dengan mengambil foto telanjangnya saat dia sedang mandi di pusat kebugaran dan kemudian membagikannya kepada semua siswa sekolah. Dia juga mengancam c
"Hai," sapa Amanda kaku saat melihat Summer dan Shawn. Summer tersenyum lebar, "Hai, apa kabar? Kalian datang bersama?" Archie mengangguk, "Ya," katanya sambil menoleh ke arah Amanda dan tersenyum. Summer dan Shawn saling memandang, sedikit bingung dengan keterkejutannya. Setelah itu, mereka semua duduk di kursi masing-masing, dan kebetulan, Summer mendapat tempat duduk tepat di seberang Amanda yang tetap memasang wajah cemberutnya meski Archie di sebelahnya berusaha menghiburnya. Gina dengan ringan memukul gelas anggurnya dua kali, menandakan bahwa dia ingin berbicara. Dia berdiri tepat di sebelah Shawn, terlihat cantik dan anggun dalam balutan gaun putihnya. "Selamat malam, terima kasih semua sudah datang, terutama Amanda yang datang jauh-jauh dari Melbourne dan Archie dari Adelaide. Um, untuk Tuan dan Nyonya Jefferson, saya ingin meminta maaf sebesar-besarnya karena mungkin telah mempermalukan Anda dengan apa yang terjadi di antara kita baru-baru ini. Hubungan yang sudah sepert
"Oh, dasar gadis bodoh," kata Gina, memalingkan wajahnya, tapi dia tidak mengatakan kata penolakan lagi.Shawn dan Summer saling menatap, diam-diam berusaha menahan senyum."Aku akan membawa kopermu ke kamar, kau ingin menunggu di sini?" Shawn bertanya, menunjuk ke kursi yang juga diduduki ibunya."Yeah, aku akan menunggu di sini!" serunya riang. Di tempatnya berdiri, Gina tidak bereaksi dan tetap sibuk dengan bunganya."Ini bunga untukmu, kudengar kau sangat suka bunga ini," kata Summer sambil meletakkan keranjang bunga di atas meja."Singkirkan bunga itu, sangat menyebalkan!" Bentak Gina.Summer menyeringai, meletakkan keranjang bunga di atas meja kayu lain tak jauh dari mereka."Kau benar-benar membenciku? Atau kau melakukannya karena menurutmu Shawn masih punya kesempatan dengan Amanda?" tanya Summer tanpa berani duduk di sebelah Gina."Apapun itu, aku hanya tidak suka kau disini, berusahalah sekuat tenaga karena aku tidak akan berubah," kata Gina datar.Summer menarik napas dalam
Malam itu semuanya berjalan sesuai rencana. Ibu Amanda menepati janjinya, dia mengatakan yang sebenarnya kepada Shawn, bahwa ibunya tidak benar-benar sakit dan hasil labnya palsu. Dan Shawn setuju untuk melakukan apa yang direncanakan ibu Amanda untuk menghentikan rencana gila Amanda yang mulai tidak masuk akal.Summer menunggu di sofa dengan gugup sambil terus menatap ponselnya. Beberapa menit kemudian ponselnya berdering. Summer dengan gugup menekan tombol hijau. Dari sofa di seberangnya, Archie melambaikan tangannya, memberi isyarat kepada Summer untuk bersikap santai karena tidak ada yang tahu mereka berada di Brisbane kecuali ibu Amanda dan Shawn."Halo?" kata Summer, berusaha keras untuk terdengar santai."Summer! Tolong telepon Shawn sekarang juga dan suruh dia berhenti!" teriak seseorang dari seberang.Summer menelan ludah, dengan gugup, "Siapa kau?""Ini Gina Miller! Aku ibu Shawn! Tidak, tidak, kau tidak perlu meneleponnya, bicara saja di sini, berteriaklah agar dia bisa men
"Dia sudah pergi..." kata Archie canggung. Summer segera melepaskan diri dari pelukan Archie. Dia menyeka air matanya dengan cepat, lalu menggigit bibirnya, seolah-olah untuk menahan diri."Kau baik baik saja?" Archie bertanya yang mana tentu saja hanya pertanyaan klise yang tidak perlu dijawab.Summer berdehem, menyeka hidungnya dengan ujung sweter wolnya."Aku butuh bir, kau mau ikut denganku?" tanya Summer tanpa memandang Archie."Apa? Bir? Bisakah kau minta yang lain? Um, levermu..." gumam Archie sambil menggaruk bagian belakang kepalanya.Summer melambaikan tangannya, "Lupakan saja, aku akan pergi sendiri," katanya sambil berbalik dan berjalan menjauh dari Archie."Tidak, tunggu! Baiklah! Aku akan ikut denganmu," teriak Archie pada akhirnya. Dia setengah berlari mengejar Summer lalu berjalan di sisinya."Ada bar beberapa blok dari sini, mau ke sana?" Archie berusaha memecahkan keheningan di antara mereka."Oke," jawab Summer singkat. Archie mengangguk, lalu terdiam lagi."Kau bis
Dua minggu kemudian."Summer! Bangun! Kamu harus melihat ini!"Dia membuka matanya dan terkejut menemukan Mrs. Jones sedang menggoyang-goyangkan tubuhnya dengan wajah gembira.Dengan mata mengantuk, dia bangkit dan mengikuti Mrs. Jones, keluar dari kamarnya.Mereka berjalan melewati ruang tamu, lalu tiba-tiba Mrs. Jones berhenti di depan pintu penghubung antara ruang makan dan taman belakang."Lihat wanita itu!" teriak Mrs. Jones dengan bangga.Mata Summer tiba-tiba membelalak saat melihat nenek sedang berjalan menyirami tanaman dengan lambat.Rasa kantuknya hilang seketika, ia tersenyum lebar dan memeluk Mrs. Jones dengan hangat. "Terima kasih, Mrs Jones! Kau yang terbaik!"Sejak menjalani operasi cangkok hati, langkah Nenek selalu bergetar dan membuatnya harus selalu duduk di kursi roda. Melihat kemampuannya kembali ke aktivitas normalnya membuat Summer merasa sangat bahagia...Hari itu dia pergi ke Coffee Shop dengan lebih semangat. Dia berjanji akan melakukan apa saja untuk mendap
Summer sedang duduk di sofa, memperhatikan Archie diukur oleh staf penjahit.Kepalanya dipenuhi dengan bayangan Shawn, apakah dia bahagia tanpa dia ataukah dia menderita karena dipaksa melakukan apa yang diinginkan ibunya?Dia menarik napas dalam-dalam untuk kesekian kalinya, dadanya terasa sangat sesak seolah ada beban berat yang disandarkan disana. Sekali lagi air mata menggenang di matanya, dia buru-buru mengeluarkan tisu dari tasnya dan menyekanya sampai kering."Aku sudah selesai, apakah kau ingin mampir untuk minum? Kau terlihat sangat tertekan," gumam Archie sambil mengenakan kembali bombernya."Aku tidak minum alkohol lagi," kata Summer sambil berdiri.Archie terlihat sedikit terkejut, "Keren! Apakah kau hidup sehat atau apa?"Summer mendengus sambil tertawa, “Aku mendonorkan liverku beberapa waktu lalu, jadi aku harus merawat tubuhku lebih dari orang lain yang kondisinya normal,” ujarnya enteng."Oke, bagaimana dengan es krim? Kau harus mencoba gelato terbaik di kota!" Teriak
Hari itu adalah hari yang sangat menyenangkan untuk Summer, bukan hanya karena dia mendapat pekerjaan tetapi juga karena ternyata pemilik Airbnb tempat dia menginap adalah seorang fisioterapis. Saat dia sedang melatih nenek berjalan di taman belakang, pemilik rumah bernama Mrs. Jones berjalan ke arah mereka dan mengobrol sebentar dengan mereka. Nyonya Jones menawarkan diri untuk menjadi terapis nenek dengan bayaran yang sangat rendah karena dia sangat senang melakukannya. Dia pun menawarkan Summer dan neneknya untuk tinggal di sana dengan harga lebih murah selama sesi terapi, mungkin butuh waktu berbulan-bulan, tapi demi kesehatan neneknya tentu saja Summer tidak keberatan. "Kau yakin akan tinggal di sini?" tanya nenek ketika mereka berada di kamar tidur. Summer mengangguk, "Aku senang nenek punya teman untuk diajak ngobrol, bayangkan jika kita tinggal di apartemen, nenek akan kesepian setiap kali aku pergi bekerja, seperti hari-hari lainnya," katanya, tangannya sibuk memijat. kak
Summer mengesampingkan urusan asmaranya dan mencoba menghubungi Shawn karena dia tidak tahu harus berbicara dengan siapa tentang berita tragis itu, namun panggilannya tidak dijawab, bahkan beberapa saat kemudian ponselnya menjadi tidak aktif.Ketakutan mencengkeram jiwanya, dia takut dia telah terlibat dalam sesuatu yang dia tidak benar-benar tahu. Dia mondar-mandir di kamarnya dengan gelisah, lalu sebuah ide muncul di kepalanya. Jika dia sangat curiga pada Vivian, mengapa dia tidak langsung bertanya padanya? Alih-alih berasumsi di kepalanya. Kemudian dia mengambil ponselnya dan mulai meneleponnya. Tidak ada jawaban juga, bahkan setelah dia mencoba untuk kesekian kali, panggilannya masih diabaikan. Pasti ada sesuatu, dia bisa merasakannya, dia tahu itu, tapi apa?Dengan putus asa, dia mencoba menelepon Grace Park yang menerima teleponnya di dering pertama."Grace, apa yang terjadi?" tanyanya dengan suara gemetar."Aku tidak tahu, ini sangat kacau, kau dimana? Kita perlu bicara!""Byro
"Hei Janice, apa yang sedang kau masak?" tanya Summer saat memasuki dapur dan mendapati Janice sedang mengaduk panci."Sup ayam dan kacang polong, kau pasti lelah, mandi saja, aku sudah hampir selesai," kata Janice, dia tahu Summer akan membantunya menyiapkan makan malam.Summer menggelengkan kepalanya, "Aku masih punya cukup kekuatan untuk melakukan apapun!" katanya riang, tangannya sibuk mengupas kentang segar yang tergeletak di atas meja.Janice tersenyum, "Kau benar-benar gadis muda yang penuh semangat, aku senang mengetahui bahwa kita akan bekerja sama untuk mengembangkan rumah pertanian ini," katanya dengan sungguh-sungguh.Summer meringis, sepertinya semua orang kecuali dirinya tahu tentang rencana Vivian untuk memberikan rumah pertanian itu padanya."Apakah kau dan Mike punya anak?" Summer bertanya untuk mengganti topik pembicaraan karena dia belum siap membicarakan bisnis pertanian mereka.Janice menggelengkan kepalanya, "Tidak satu pun dari kami yang dapat memiliki anak, tet