Ruby mendatangi Opal dan Platina di tempat mereka disekap pada suatu siang. Tidak seperti biasanya, kali ini gadis itu tampak terburu-buru dan tidak sabaran.
"Ayo kalian berdua ikut pergi bersamaku," perintahnya dengan nada kasar."Oiya hampir lupa." Dia mengeluarkan dua lembar kain hitam dari saku celana."Apa itu? Kamu mau apa?" tanya Opal coba menyelidiki apa kira-kira yang diinginkannya dari mereka berdua."Untuk jaga-jaga saja sih." Ruby menjawab sambil menghampiri Platina dan menutup kedua matanya dengan selembar kain. Kemudian gadis berambut merah itu juga menghampiri Opal dan mengikatkan selembar kain yang tersisa di kedua matanya.Membuat Opal tak dapat melihat apa-apa lagi sekarang. Hanya kegelapan pekat yang dapat ditangkap oleh indera penglihatan. Akan tetapi Opal tak ingin menyerah hanya karena itu.Dia pun mencoba untuk lebih menguatkan indera yang lain sebagai pengganti penglihatan. Mencoba untuk bisa mendapatkan pOpal memandangi pintu ruangan tempat Jade menghilang. Sepertinya pria itu tidak main-main dengan ucapannya, dia tak akan segan membunuh orang dalam turnanamen ini.'Lalu jika apa yang mereka perdebatkan tadi benar, apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus berjuang mati-matian untuk memenangkan turnamen dan menikahi Ruby?''Atau harus mengatur rencana untuk menyerah saja di tengah jalan?''Yah nanti saja dipikirkan lagi, kita liat perkembangan lebih lanjut saja.' Opal membuat kesimpulan di dalam otaknya.Beberapa waktu kemudian Ruby pun meninggalkan ruangan. Meninggalkan Opal dan Platina berduaan di ruangan itu. Dengan tidak lupa dia menugaskan empat orang anak buahnya untuk terus menjaga dan mengawasi segala gerak-gerik mereka.Sepertinya Ruby sedang sibuk dengan berbagai macam urusan turnamen. Dari perkembangan situasi yang Opal amati, Ruby dan anak buahnya yang mengurusi segala sesuatu tentang turnamen. Mungkin bisa dikatakan dialah ya
Zircon tidak dapat membalas sapaan yang dilakukan Opal melalui telepati juga, karena dia tidak mempelajari ilmu whisperer. Ilmu yang sering diabaikan karena dianggap tidak penting. Kebanyakan pendekar biasanya lebih fokus pada ilmu bela diri saja daripada ilmu-ilmu penunjang seperti healer dan wishperer.Opal melirik kepada kedua penjaga yang sudah mulai gelisah melihatnya telalu lama di wastafel. Dia pun beranjak dari sana untuk menghindari kecurigaan mereka. Memasuki salah satu bilik toilet sempit untuk mengerjakan keperluan lainnya. Dan untungnya mereka berdua tidak ikut masuk karena bilik toilet itu. "Zircon, aku dan Platina baik-baik saja. Akan tetapi mereka menawan Platina, menjadikannya sebagai sandera agar aku mau ikut turnamen ini." Opal mengirimkan pesan sesingkat dan sepadat mungkin pada Zircon. Berharap Zircon dapat mendengarnya dengan jelas dari jarak mereka yang terpisahkan oleh tembok bilik kamar toilet. Agar ketiga rekannya itu tidak perl
"Apa? Kamu bertemu dengan Opal? Jadi Opal masih hidup? Syukurlah!" Saphir yang pertama bereaksi mendengar berita yang disampaikan oleh Zircon. "Lalu mana dia? Kenapa kamu tidak membawanya ke sini, Zirc?" Saphir lanjut bertanya kepada Zircon."Bagaimana keadaannya?" Jasper ikut bertanya, merasa tidak tenang melihat Zircon tetap memasang wajah yang sangat serius. 'Bukankah seharusnya dia memasang wajah gembira setelah mengetahui Opal masih hidup?'"Opal baik-baik saja secara fisik. Tapi dia terlihat tidak bebas, bahkan dia bersikap seolah tidak mengenalku. Lalu ada dua orang laki-laki yang seperti mengawalnya, mungkin dia tak ingin membuat mereka curiga ...""Platina! Bagaimana dengan Platina? Apa dia bersama dengan Opal?" Saphir memotong pembicaraan Zircon."Opal tadi sempat mengirimkan telepati singkat padaku, whisperer. Dia mengatakan bahwa Platina sedang menjadi tawanan. Serta bahwa dirinya akan mengikuti turnamen ini juga, sebagai salah
Kekhawatiran Jasper dan Zircon ternyata salahnya, karena beberapa saat kemudian Saphir sudah dapat mengendalikan Gearnya. Gear hijau yang dikemudikan gadis itu bergerak dengan sangat lincah dan meliuk-liuk untuk menghindari rentetan tembakan dari musuhnya. Saphir sedikit sial karena mendapatkan musuh dengan senjata senapan. Sementara dirinya hanya mendapat dua pedang kembar sebagai senjata.Selama beberapa saat Saphir hanya terbang kesana kemari sambil mencari celah untuk menyerang Jack dengan gear jingganya. Kemudian entah memang sudah direncanakannya atau kebetulan saja, Gear Jack terjepit di sudur arena sehingga tidak dapat dengan leluasa untuk menembakkan senapannya.Tentu saja Saphir tak melewatkan kesempatan itu, dengan lincah diayunkan kedua pedangnya untuk beberapa kali menyayat musuhnya sebelum akhirnya diakhirinya serangan dengan menancapkan salah satu pedangnya ke dada gear musuh. Gear jingga itu terdiam beberapa saat sebelum menyatakan menyerah. Suara sorak
"Yaaaay, akhirnya kita bertiga berhasil lolos semua ke babak ketiga turnamen ini, Zirc!" Seorang gadis berambut coklat pendek seleher menghampiri Zircon yang baru baru keluar dari arena pertandingan. Gadis itu sudah melompat-lompat kegirangan, bahkan lebih jauh dia juga memeluknya dan seorang pria lain yang berada di dekat mereka sekaligus saking senangnya."Iya. Tapi babak selanjutnya akan jauh lebih berbahaya." Jawab Zircon tak ingin larut dalam euforia, karena lawan yang akan kami hadapi untuk babak selanjutnya pasti jauh lebih tangguh lagi."Aduh Zircon! Kamu ini merusak suasana saja! Gak usah dipikirkan lagi. Apa yang akan terjadi nanti, maka terjadilah." Saphir tetap tak mau kalah."Saphir benar Zirc, untuk saat ini kita nikmati saja kemenangan kita." Jasper menyetujui ucapan Saphir. Sepertinya dia juga ingin sedikit bersenang-senang."Apa kita mengadakan pesta perayaan kecil-kecilan ya nanti malam?" Saphir semakin bersemangat member
"Maaf jika saya mengganggu ... " Zircon buru-buru menyapa Ruby. Sebelum dia melemparkan rentetan tembakan pisau lain yang sudah siap di tangannya kepadanya."Kamu? Kamu kan pria yang waktu itu, bukan?" Ruby bertanya curiga, mengurungkan niatnya untuk melemparkan pisau-pisau kecil ke arah Zircon. Mengembalikan senjata itu ke tempat senjata di pahanya.Entah mengapa hati Zircon terasa senang dan berbunga menyadari Ruby masih mengingat wajahnya sejak pertemuan pertama mereka. Meskipun dia sempat menyerangnya tadi, anggap saja hanya salah paham."Kemarilah!" Diluar dugaan, Ruby malah melambaikan tangganya. Gadis itu juga menepuk tempat di sebelahnya duduk. Menawarkan kepada Zircon untuk menemani duduk di sebelahnya.Tanpa pikir panjang lagi, Zircon langsung melompat ke dinding-dinding bangunan dan mendarat dengan ringan di atap bangunan. Dengan sedikit gugup dia mengambil duduk tepat di sebelah sang gadis. Ruby tetap menatap lekat pada sang re
Grup ARuby 1 vs Saphir Jasper vs JadeGrub BSimone vs Ruby 2Zircon vs ValeriaTurnamen Bloody hell sudah mencapai babak perempat final sekarang. Hanya tinggal tersisa delapan orang peserta yang bertahan untuk bertanding di babak ini. Suatu keberuntungan bahwa Jasper, Zircon dan Saphir, bisa menang dan melangkah sampai sejauh ini.Jasper sangat cemas dan tidak percaya diri jika memikirkan pertandingan yang akan berlangsung hari ini. Bagaimana tidak, lawan yang akan mereka hadapi tentu lebih kuat dari lawan-lawan sebelumnya. Kemampuan tempur masing-masing peserta juga pasti lebih hebat lagi.Terlebih lagi setelah melihat secara langsung jalannya pertandingan antara perwakilan Ruby pertama yang misterius di pertandingan babak sebelumnya. Entah siapa dia, yang pasti dia begitu mengerikan dengan segala kecepatan dan ketepatan gerakannya. 'Bagaimana jadinya jika Saphir saat harus melawannya nanti?' Mau tidak mau Jasper ja
Beberapa petugas menghentikan langkah Jasper tepat di depan pintu hanggar Gear, melarangnya masuk. Tapi mereka akhirnya membiarkan dia masuk setelah sedikit memohon. "Tolonglah, aku hanya ingin tahu keadaan Saphir di dalam sana."Begitu memasuki hanggar, Jasper dapat melihat Gear putih yang tadi dipiloti Saphir telah mendarat di Gear pad hanggar. "Syukurlah ..." Jasper membuang napas lega melihatnya. Paling tidak gadis itu masih bisa mengemudikan Gearnya kembali ke hanggar. Berarti dia masih sadar dan baik-baik saja.Kokpid di bagian dada Gear putih itu terbuka dan Saphir keluar dari sana, melompat perlahan dan mendarat ke lantai hanggar. Akan tetapi gadis itu tetap berdiri di sana dengan tatapan nanar, tanpa niat untuk bergerak dari posisinya.Jasper semakin khawatir saat melihat dia jatuh dan terduduk lemas. Bahkan seluruh tubuh gadis itu terlihat gemetar seperti sedang syok dan ketakutan. Saphir pun meringkuk memeluk kedua lutut dan bersandar di kaki Gearnya.'Kamu kenapa, Saphir?
Akhirnya buku pertama dari petualangan Jasper dapat selesai juga. Seneng banget rasanya aku bisa namatin novel bergenre fantasy pertamaku ini. Genre yang sangat berbeda dengan beberapa novelku lainnya, yang biasanya bergenre romance modern.Terima kasih banyak buat yang sudah mengikuti, membaca, memakai koin, bahkan memberikan vote untuk buku ini. I Love you all!Oiya kalian juga bisa baca novel karyaku di aplikasi ini dengan judul 'Menjadi istri Milyuner'. Serta beberapa novel lainnya yang tersebar di berbagai platform yang lain. Nama penaku tetap sama kok di aplikasi manapun, Die-din.Sebagai masukan, aku kepengen banget dengerin pendapat kalian tentang novel pertama Jasper ini. Apakah kalian sudah puas dengan endingnya? Apa masih penasaran dengan buku keduanya? Karena masih banyak misteri yang belum terpecahkan dari petualangan ini. Dan buku pertama memang hanya fokus untuk mengungkap tentang misteri sang raja kerajaan Almekia.Untuk buku kedua masih menjadi wacana, tapi aku sudah b
Tepat setelah matahari tenggelam dan malam mulai menjelang, pesta pertunangan antara Zircon dan Ruby resmi dilaksanakan. Pesta yang cukup meriah dan dihadiri oleh cukup banyak orang. Sebagian besar tamu yang hadir adalah para peserta turnamen, terutama mereka yang berhasil memasuki babak kedua, babak Gear battle. Dan sebagian lainnya tentu saja panitia turnamen dan warga kota middle part ini. Keseruan pesta pertunangan diawali dengan Pesta keakraban. Acara ngobrol santai dengan para tamu dan makan-makan segala hidangan yang telah disiapkan oleh panitia acara. Konsep Private party yang dipakai dalam pesta kali ini begitu rapi serta sangat manis. Dekorasi rumah kemenangan dihiasi dengan berbagai pernak pernik yang bernuansa pink. Bebungaan segar ditata indah di seluruh ruangan. Pita-pita dan kain sutra pun ikut mempercantik suasana.Background musik pun tak ketinggalan telah dipilih sesuai dengan nuansa Padang pasir. Serta sajian makanan dan minuman melimpah untuk menjamu para tamu und
Sudah semingguan Diamond dan kawan-kawannya berada dan tinggal di kawasan middle part kota Bloody Hell ini. Wilayah yang sebenarnya sangat menyenangkan dan damai untuk memulai hidup baru. Kegiatan yang di lakukan bersama para pemenang turnamen selama seminggu ini cukup sibuk. Hampir setiap hari mereka menghadiri pertemuan dengan beberapa tetua di kota BloodyHell ini untuk menyapa, beramah-tamah atau sekedar mengenalkan kepada seluruh penduduk kota. Para pemenang turnamen dianggap seperti pahlawan di kota ini. Kota yang lebih menghargai kekuatan dibandingkan apapun, yang kuat lah yang berkuasa di kota ini. Persiapan pernikahan Ruby dan Zircon sedikit tertunda. Karena para panitia dan anak buah Ruby gagal untuk menemukan keberadaan Jade dan Obsidian Nightray. Hal ini membuat Ruby jadi tidak memiliki wali untuk memberikan restu pada pernikahannya. Dan sesuai adat di daerah ini pernikahan mereka tak bisa dianggap sah tanpa adanya seorang wali. Alhasil sebagai alternatif, Ruby dan pani
Saphir mengambil beberapa lembar foto yang sedang dipegang erat di tangan Jasper. Dia mengamati foto-foto itu satu persatu. Sama halnya dengan Jasper, tangan gadis itu sedikit bergetar karena tidak percaya dengan apa yang sedang dilihantya saat ini. "Ini? Ini adalah foto pernikahan paduka raja dan ratu?" Saphir bertanya dengan nada dan pandangan tak percaya. Dan jasper hanya mengangguk sebagai jawaban kepada gadis itu."Jadi ini wajah mendiang paduka raja?...""Wajah beliau mirip sekali denganmu, Jez!" Saphir melemparkan pandangannya ke arah Jasper dan ke foto-foto itu bergantian. Seakan ingin mencari persamaan dan perbedaan di antara wajah Jasper dan wajah mendiang raja."Tidak hanya mirip. Kalian malah hampir sama persis, kau memang benar putra mereka Jez." Saphir sekali lagi memberikan komentar dengan takjub.Jasper sekali lagi hanya bisa mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapan Saphir. Jasper memnag sudah tidak kaget lagi dengan wajah me
*Dengan segala cinta dan kejayaan yang semoga selalu melingkupi kerajaan Almekia.Atas nama cinta abadi yang mengalir dalam aliran darah dan mengiringi setiap hembusan napas, kami putra putri Kerajaan Almekia berjanji akan mengikat janji pernikahan yang suci :Jasper Soltnse DurchlaucthdanNefrit Mesyats MountbattenHope our love will last forever. Happily ever after ... For the glory of Almekia Kingdom.*Di bagian bawah untaian kata-kata indah itu, kedua mempelai membubuhkan tanda tangannya. Tanda tangan sang ratu yang sangat Jasper kenal dan satu lagi tanda tangan milik ayahandanya. Tak ketinggalan kedua mempelai juga membubuhkan cap jarinya, cap jempol dengan tinta emas yang berdampingan."Ibunda ... Ayahanda ..." Jasper bergumam lirih sambil membaca lagi, lagi dan sekali lagi. Menghayati se
Jasper mengajak Saphir berjalan menyusuri kuil, mengamati setiap sudutnya lekat-lekat. Bentuk dan desain bangunan kuil ini sama persis dengan yang ada di mimpinya. Semakin membuat Jasper yakin bahwa ini adalah kuil itu, kuil sakral tempat pernikahan kedua orang tuanya. Seorang biarawati wanita keluar dari salah satu ruangan kuil dan menghampiri kedua anak muda itu Biarawati itu masih cukup muda, tetapi wajahnya sudah dapat menunjukkan ketenangan spiritual yang dimilikinya. Orang suci yang tidak memikirkan tentang segala hal duniawi, hanya mengabdikan dirinya kepada Tuhan atau Dewa yang dia percayai. Sang biarawati sedikit heran melihat kedatangan Jasper dan Saphir. Sehingga dia bertanya dengan sopan kepada mereka. "Mohon maaf Tuan dan Nona, kalau boleh tahu kalian berdua datang kemari untuk apa? Apakah ingin mendaftarakan pernikahan kalian?" Baik Jasper maupun Saphir kontan terkejut mendengar pertanyaan tak terduga itu. Saphir bahkan sudah salah tingkah
Sudah beberapa hari berlalu sejak turnamen Bloody Hell berakhir. Jasper dan teman-temannya semua telah pindah dari daerah perifer kota BloodyHell yang kumuh menuju daerah middle part kota BloodyHell yang lebih bersih, tertata dan teratur.Setelah kemenangan Zircon dan Diamond, mereka mendapatkan fasilitas dua buah rumah yang dapat ditempati bersama. Mereka pun membagi penghuni rumah itu agar dapat tinggal dengan nyaman. Jasper dan Amethys ikut menetap di rumah Diamond. Sementara Opal, Saphir dan Platina tinggal di rumah Zircon yang lebih besar.Pembagian ini berdasarkan jumlah kamar yang hanya ada dua per rumah. Jadi mereka mengatur agar dapat berpasang-pasangan tidurnya untuk keamanan dan kenyaman semua pihak. Jasper mendapat kamar bersama Diamond, sementara Amethys sendirian. Saphir akan tidur bersama Platina sementra Opal akan tidur sekamar dengan Zircon.Untuk para pemenang turnamen masih diharuskan mengikuti beberapa kegiatan ramah tamah atau pertemuan-pertemuan yang tidak jelas
Dengan sangat amat dongkol Zircon berjalan perlahan memenuhi panggilan pembawa acara itu, ke tengah arena dan menaiki podium penghargaan. Dia memasang pocket face untuk tidak menghiraukan segala respon dan sambutan di sekelilingnya. Menempati mimbar paling tinggi untuk juara satu, dan berdiri tegak di sana. "Baiklah, terakhir mari kita panggilkan Nona Ruby Nightray yang merupakan ketua penyelenggara turnamen BloodyHell sekaligus menjadi hadiah utama turnamen tahun ini." Sang pembawa acara kali ini memanggil Ruby untuk ikut bergabung ke tengah arena. "Nona Ruby adalah putri dari Jendral Obsidian Nightray. Nona Ruby memiliki wajah yang sangat cantik ditambah lagi beliau juga ahli beladiri dan mengendalikan Gear. Sungguh beruntung sekali pria yang bisa mendapatkannya. Tetapi tentu saja tak mudah, karena harus memenangkan dulu turnamen BloodyHell tahun ini." Tiba-tiba suasana arena menjadi heboh karena teriakan dan pekikan bersemangat dari segala penjuru. T
Panitia turnamen sudah berlarian ke sana ke mari mengatur segala keperluan dan peralatan untuk membuat podium penghargan di arena. Arena pertandingan Gear yang tadinya polos dengan hanya mimbar persegi dari bahan beton yang tidak menyenangkan. Kini telah disulap seketika menjadi lebih hidup dan meriah. Dengan berbagai pernak pernik podium. Mimbar penghargaan tiga tingkat telah berdiri di tengah arena pertandingan. Back drop setinggi dua meter yang dikelilingi vas berisi bebungaan kering pun telah ada di sana. Bertuliskan tentang acara turnamen dan berbagai macam brand yang mendukung dan mensuponsori jalannya turnamen.Seluruh juara tiga besar turnamen telah hadir pula di sudut arena pertandingan. Zircon sebagai juara pertama, Jade sebagai runner up, serta Diamond dan Simone yang menjadi juara tiga berdua sekaligus. Mereka semua dikumpulkan sambil menunggu jalannya prosesi penghargaan dan pembagian hadiah. "Hei ganteng, tak kusangka kau bisa mengalahkan Tuan Jade." sapa Simone kepada