Home / Pendekar / Janji Setia / Balada Syawal 2

Share

Balada Syawal 2

Author: Rosa Rasyidin
last update Last Updated: 2023-05-25 10:20:17

“Masalahnya apa?” tanya Maira juga penasaran.

“Aku tak terlalu paham bahasa Arab. Jadi aku kalau belanja yang perlu-perlu saja. Macam-macam sekali bahasa Arab di pasar, aku jadi bingung.”

“Ya tinggal ambil kurma, bayar, pergi, itu saja, gampang.” Naima ikut menyarankan. Nuwa seperti kecanduan kurma di rumah Gu.

“Masalahnya, aku hampir berkelahi dengan pedagang kurmanya. Sejak saat itu aku jadi malas.”

“Sebabnya?” Maira penasaran.

“Dia bicara denganku, suaranya besar sekali. Sampai hampir melompat aku dipanggil olehnya. Ya, ukhti, ukhti, ukhtiii, itu saja yang aku ingat, selebihnya bahasa Arab yang tidak aku mengerti. Badannya besar, kumisnya tebal seperti tuan tanah di film India, cambangnya lagi, burung bisa bersarang di sana. Dia sodorkan kurma agak maksa denganku. Aku sudah bilang, tidak, la, la, la, akhi, la. Aku ingin pergi, dia sodorkan lagi, naik emosiku. Berantem kita, ngajak ribut kau dari tadi, sudah aku gulung lengan gamisku.” Nuwa menarik napas sebentar.

“Terus?” Ko
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Janji Setia    Trauma Mendalam 1

    Dayyan baru pulang dari mengajar, tak butuh waktu lama ia pun menjemput Bhani dari latihan di rumah Nuwa. Dari yang lelaki itu lihat, progress putra pertamanya semakin lama semakin membaik. Walau di bulan-bulan awal latihan, Bhani lebih sering menangis karena kelelahan, tangan dan kakinya memerah dan lain sebagainya. Harus Dayyan akui, cara Nuwa melatih sangat keras untuk anak kecil. Dayyan teringat dengan pesan Feme dulu bahwa Bhani harus jadi anak lelaki yang tangguh. Maka yang bisa ia lakukan hanyalah menasehati agar putranya bersabar. Agar tak salah mengambil keputusan seperti dirinya dulu dan mengakibatkan penyesalan berkepanjangan, sekalipun sudah menerima hukuman setimpal. Rasanya tidak adil, dia yang bersalah, tapi Feme yang meregang nyawa. “Ayah, ini ada bingkisan dari guru, dia katanya membuat banyak.” Bhani mengeluarkan kue pao dari dalam wadah kertas putih. Bentuk yang bulat besar dengan warna putih sangat menarik serta aroma yang sangat wangi. Jarang bahkan mungkin tid

    Last Updated : 2023-05-26
  • Janji Setia    Trauma Mendalam 2

    "Ben lu,” umpat Nuwa dalam bahasanya. Dayyan mencoba maklum. “Kalau ingin ikut kelas, silakan duduk dan kita mulai belajar seperti biasa. Hari ini aku maafkan keterlembatanmu.” Lelaki itu mempersilakan Nuwa duduk. “Hei, siapa kau berani mengaturku, ha?” Nuwa berkacak pinggang. Ia diperhatikan oleh sembilan belas murid di sana. “Ehm, tenanglah dulu.” “Ni tule (kau si botak). Ni zai zheli zhuo shenme (apa yang kau lakukan di sini).” Nuwa terbawa emosi. Suaranya memang terdengar manja tapi kalau sedang marah bisa menggelegar seperti komandan pasukan perang, iya pasukan wortel berkaki dan tangan. “Aku tak paham yang kau katakan, aku di sini mengajar, silakan duduk, ada pun dendam lama jangan dibawa ke dalam kelas.” “Wo bu xihuan kan dao ni (aku tak suka melihatmu).” Tangan Nuwa sudah terkepal, ingin rasanya dia mengajak Dayyan duel lagi seperti dulu. Tak sadar perempuan itu telah menjadi pusat perhatian wanita di dalam kelas. “Ada apa ini?” Dua orang petugas di bawah sampai ke atas

    Last Updated : 2023-05-26
  • Janji Setia    Dialog Ngeselin 1

    Dayyan—anak pertama Ali yang menjadi tentara sejak usia muda, tetapi berakhir ketika salah menjatuhkan vonis hukuman terhadap Nuwa. Hingga akhirnya ia harus merasakan akibatnya. Memang secara teori ia sudah tidak lagi bekerja di bidang militer. Namun, kenyataan yang tak bisa dipungkiri bahwa ia kerap membantu bawahan juga melalui jalur tidak resmi tapi tidak juga ilegal. Selain masih membantu, disiplin lelaki itu juga masih sangat membekas, dan terbawa ke tempatnya mengajar.Ayah Bhani tak suka ada yang terlambat, bahkan semua siswi sudah harus berada di kelas sebelum dia datang. Hari ketujuh kelas belajar dengan banyak sekali drama. Nuwa sering membuatnya jengkel. Dan berakhir wanita itu dihukum berdiri di depan kelas. Sayangnya, mau disuruh berdiri satu jam atau dua jam sekali pun Nuwa kuat saja. Jangankan dua kaki, satu kaki juga ia sanggup. Dayyan termasuk syeikh killer di kelas. Semua demi agar siswi bisa lancar berbahasa Arab enam bulan kemudian. Atau jika nilai tidak memuaska

    Last Updated : 2023-05-26
  • Janji Setia    Dialog Ngeselin 2

    “Iya, suamiku memang orang baik, dia gemar bersedekah, dan santun pada orang tuaku, anak-anak pun kagum padanya.” Nuwa membaca sesuai dialog. Dayyan tersenyum, sudah mulai lancar Nuwa membaca sejak rajin dihukum. “Sedekah apanya, kami orang miskin pun dulu.” Kenyataan yang ada diungkit lagi. “Alhamdulillah, Ukhti, apa boleh aku bertemu dengan suamimu sekalian,” ucap siswi asal India itu, mata besar Nuwa semakin melebar. “Untuk apa, ha? Suamiku sudah dikubur, kau masuklah sana dalam kuburannya sekalian. Dari tadi kau tanya-tanya tentang dia.” Nuwa maju dan siswi asal India itu ketakutan. Priiiiit. Dayyan membunyikan pluit. Sakit kepalanya melihat perangai istimewa Nuwa seperti anak tak bisa diatur. “Dialognya baca dengan benar, Nuwa!” Kesal Dayyan. Nuwa menarik napas panjang, serasa habis olahraga menuruni pegunungan yang sangat tinggi. “Iya, Ukhti, tunggu sebentar lagi dia akan pulang dari masjid, atau kau mau makan pagi bersamaku dulu.” Jemari tangan Nuwa terkepal erat, mana

    Last Updated : 2023-05-26
  • Janji Setia    Cerita Nuwa 1

    “Wooaah, mimpi apa aku barusan, menyebalkan sekali, bisa-bisanya aku dikejar naga.” Nuwa bangun dari tidur dengan napas tersengal-sengal. Sebelum tidur tadi dia mencoba membaca buku yang betul-betul bertuliskan bahasa full arab tanpa translate sama sekali, tanpa petunjuk tanpa harakat. Tugas dari Syeikh Dayyan, untuk besok diceritakan kembali. Namun, imajinasi Nuwa malah melayang bebas. Buku tak terbaca, ia pun mengkhayal menjadi dewi yang memimpin perang sambil terbang ke sana sini, melawan naga. Tak menang, dia yang hampir ditelan oleh naga. Wanita itu tak bisa tidur lagi. Matanya kemudian memandang kalender di depan mata. Teringat Nuwa perpisahannya dengan Kai sudah satu tahun jika menggunakan kalender masehi. Satu tahun sudah pula ia kehilangan bayi dalam kandungannya. Namun, sampai sekarang ia belum berminat sama sekali untuk membentuk sebuah keluarga baru. Padahal banyak pinangan datang dan pergi. “Satu tahun lalu, Kai. Kau dulu pernah bilang bahwa tujuh tahun waktu yang dibu

    Last Updated : 2023-05-27
  • Janji Setia    Cerita Nuwa 2

    Kai, dia yang menjagaku sejak aku kehilangan orang tua juga dua kakakku. Di usia tujuh tahun tepatnya aku menjadi yatim piatu. Aku dipaksa menyaksikan eksekusi mati keluargaku dengan cara ditembak mati. Tentu saja atas tuduhan pemberontakan yang tak pernah kami lakukan. Hanya aku yang disisakan hidup. Kata tentara biadab itu, karena mataku indah dan suatu hari nanti aku pasti akan jadi gadis yang cantik. Aku tak paham apa maknanya, dan ternyata dia ingin menjadikanku pelacurnya. Sejak saat itulah aku kerap menangis. Aku lapar dan haus, lalu Kai muncul dan memberikanku jatah makannya, dibagi dua denganku. Selalu seperti itu. Suku kami tidak ada yang kaya lagi, semuanya miskin, bahasa menyedihkannya kami adalah orang yang layak diberikan sedekah dan zakat. Perlahan-lahan kesedihanku memudar. Aku harus bangkit.Aku berniat tidak boleh terus-menerus menyusahkan Kai, di mana waktu itu dia sudah menjadi pelatih wing chun. Yang aku dengar, dia orang hebat dan kuat. Sejak saat itu aku menc

    Last Updated : 2023-05-27
  • Janji Setia    Cerita Nuwa 3

    “Kenapa dia, dari tadi senyum-senyum sendiri. Dipikir dia handsome kalau begitu? Tidak!” Nuwa menggebrak meja. Semua mata tertuju padanya, termasuk Dayyan yang sedang asyik membaca cerita tentang dia.“Lanjutkan membaca halaman selanjutnya,” ucap Syeikh Dayyan pada yang lain. “Eh, tumben tidak marah denganku, padahal aku sedang butuh pelampiasan,” gumam Nuwa perlahan. Dia buka buku dan lanjut baca walau terbata-bata. Dayyan sendiri membalik halaman berikutnya. Dalam waktu tiga tahun menunggu itu. Aku belajar seperti apa katanya. Terkadang aku curi-curi waktu hanya agar bisa bertemu dengannya. Tiga tahun yang sangat lama. Aku kerja apa saja membantu tetangga, bibi, paman, atau yang bisa dikerjakan untuk bisa mengisi perut. Walau Kai memang membagi dua hasil kerjanya padaku tapi tetap saja aku malu menerimanya begitu saja.Ramadhan, syawal, dzulhijjah, terasa sangat hambar tanpa perayaan sama sekali. Hanya kebersamaan sederhana yang kami lewati dengan hangat. Hingga tak terasa akhirny

    Last Updated : 2023-05-27
  • Janji Setia    Cerita Nuwa 4

    Lalu aku diam, tak tahu harus bilang apa lagi. Mengajak dia berduel, sudah jelas aku yang akan kalah. “Ya, sudah aku temui tentara tadi saja. Aku akan katakan kalau kita belum menikah.” “Kau jangan gila, Nuwa.” Dia menahan tanganku. “Sedikit,” jawabku sambil tersenyum. “Aku hanya menawarkan pilihan terbaik padamu. Kalau kau denganku kau hanya akan menjadi istri seorang pengurus kuda.” “Aku tak peduli.” “Cobalah berpikir sebentar, kau ini tak sabaran jadi orang.” “Memang! Aku bilang iya artinya iya. Aku tak akan menikah kalau tidak denganmu, titik!” Kai terlihat memijit kepalanya. Apa perkataanku ada yang salah? Rasanya tidak. Terus dia masuk ke dalam rumahnya, keluar membawa sesuatu. “Ini baju adat suku kita saat akan menikah. Cukup lama aku mengumpulkan uang agar bisa membuatnya. Semoga ini cocok untukmu. Kalau memang tidak ada keraguan di hatimu selepas Isya datanglah kemari. Akan aku selenggarakan pesta pernikahan walau hanya sederhana. Tapi kalau kau tidak datang aku meng

    Last Updated : 2023-05-27

Latest chapter

  • Janji Setia    Suka dan Duka

    Pintu rumah mereka telah didobrak. Satu demi satu kamar dibuka oleh Dayyan. Tidak ada istrinya di sana, hingga ia mendengar suara orang menjerit. Lelaki itu berlari dan mendobrak pintu. Di sana ada tiga orang wanita dengan tipikal wajah yang sama. Dayyan memberikan kode pada yang lain agak tak ikut masuk. Sebab gamis Nuwa pendek sampai ke paha, dan tidak menggunakan khimar pula. “Lepaskan istriku.” Dayyan mengarahkan senapannya. “Lepaskan kami dulu, setelah itu dia kami berikan, atau kalau tidak perut istrimu kami tembak, mati sudah keduanya.” Salah satu mata-mata mengarahkan pistol ke perut Nuwa. Pada kesempatan yang sama, sambil menahan rasa sakit, pedih, serta nyeri. Nuwa menarik pistol di tangan mata-mata itu. Sempat terjadi perebutan. Dayyan kemudian membidik salah satu mata-mata tepat di bagian kepala hingga tewas. “Kau tak akan bisa lari,” ucap Nuwa sambil tersenyum dan menahan pedih di kakinya yang tertancap pecahan gelas. “Kau tak akan bisa tersenyum lagi.” Mata-mata i

  • Janji Setia    Penculikan

    “Sudah tinggal menunggu hari saja untuk lahiran, saranku perbanyak saja bergerak tapi jangan terlalu lelah, ya.” Dokter kandungan menyatakan hasil pemeriksaan pada janin di dalam rahim Nuwa. Sudah sembilan bulan hampir sepuluh hari. Soal banyal bergerak, Nuwa bahkan masih mengawasi anak-anak latihan. Entah bagaimana kekuatan dia itu, semua dikerjakan asal mampu. Bahkan store mereka berdua baru saja selesai meski isinya belum ada. “Sudahilah melatih anak-anak. Percayakan sama pada Bhani,” ucap Dayyan sambil membantu Nuwa memasuki mobil. Tubuh wanita itu hanya gendut di bagian perut dan pipi saja jadinya. “Ya, ya, memang sudah waktunya istirahat. Napasku agak sesak akhir-akhir ini.” Nuwa duduk pun sudah tidak nyaman lagi. “Ya, memang begitu. Sabar saja, kalau anaknya sudah keluar baru lega.” “Aku tak punya pengalaman sama sekali.” “Selalu ada yang pertama kali, santai dan tarik napas.”“Kau iya enak bilang santai, tenang, jangan terlalu dipikirkan. Aku yang menjalani bukan kau.” T

  • Janji Setia    Perkara Street Food

    “Hmm katanya sebentar, cuman lima belas menit saja aku pergi. Nanti juga aku kembali, kau tunggu saja di dalam mobil. Sudah satu jam masih juga mutar-mutar tak menentu.” Dayyan menggerutu di dalam jeep. Pasalnya Nuwa ingkar janji. Ia pergi membawa Bhira dan Bhani untuk memborong aneka street food yang menggugah selera. Maklum bawaan ibu hamil lagi banyak makan, tidak dituruti nanti ribut, dituruti ternyata seperti ini. “Lihatlah, di tangannya kiri dan kanan sudah isi makanan. Itu pun masih belum puas juga untuk belanja.” Akhirnya Nuwa menampakkan diri juga. Dayyan sudah tak sabar ingin pulang dan tidur siang sebentar. “Aku lama, ya?” tanya Nuwa ketika membuka pintu jeep. Dia sadar pergi terlalu lama, soalnya banyak godaan di depan mata.“Oh tidak, Sayang, baru juga satu jam, kupikir tadi akan dua jam belanjanya.” Tadi Dayyan marah sekarang nggak lagi. “Iya, rencananya begitu, ini juga belum puas aku belanja. Pedagangnya juga lama sekali membungkus makanannya, maaf, ya, kau sampai

  • Janji Setia    Percobaan

    “Sepertinya aku harus keluar dari sini,” ucap Prof Yang Juan. Ia sadar hanya tinggal sendirian di ruang rapat dan Menteri Pertahanan Xin Hua beserta jajarannya memasuki ruangan satu demi satu. “Tidak apa-apa, Prof, kau pun boleh mendengar rapat ini karena menyangkut kejayaan negeri kita,” jawab Menteri Pertahanan yang menggunakan seragam tentara warna cokelat tua. Seragam dengan banyak pangkat di dada serba tiga buah bintang di bahunya. Mendengar jawaban demikian sang professor pun duduk dan melanjutkan pekerjaanya. Sambil bekerja sambil ia mendengarkan rapat yang sedang membahas seorang perempuan. Ia dianggap sangat berbahaya padahal tidak pernah melakukan tindakan kejahatan apa pun selain melindungi diri. “Hanya untuk membunuh seekor Wei Nuwa saja mata-mata kita sudah banyak yang mati. Apa saja kerja kalian selama ini? Coba kerja itu pakai otak jangan hanya pakai otot. Kalau dia cerdas kirim orang yang jauh lebih cerdas. Kalau dia kuat kirim orang yang jauh lebih kuat. Kalau dia

  • Janji Setia    Tahu Bulat

    Ibu hamil memang kadang-kadang malah sering sekali ngidam. Namun, Nuwa berbeda. Yang dia idamkan makanan buata orang dari desanya, padahal di Syam juga ada walau rasanya berbeda. “Ya kemana harus aku cari? Sama saja pun di sini tahu di sana tahu, bentuknya sama putih, makan saja yang ada,” ucap Dayyan ketika Nuwa protes rasa tahu di Syam tak padat sama sekali. “Ya sudah aku buat sendiri saja. Nanti aku beli kedelainya. Kalau bisa kedelai yang bibitnya dari surga dan disiram dengan energi murni serta dipanen oleh para dewi, rasanya pasti enak dan lebih padat.” Nuwa melihat tahu goreng di depan matanya. Karena kurang padat jadi sulit baginya membuat tahu bulat digoreng dadakan. Setelah usaha yang tidak terlalu keras. Kedelai dari ladang surgawi itu akhirnya mereka dapatkan di supermarket terdekat. Dibeli secukupnya oleh Nuwa dan mulailah ia membuat tahu. Tiga hari kemudian jadi sudah ada sekitar dua kotak tahu dalam ukuran cukup besar dan keesokan harinya baru diolah menjadi dua jeni

  • Janji Setia    Dompet dan Celana

    Nuwa dan Dayyan belum punya anak karena wanita bermata besar itu masih harus menjalani terapi beberapa kali lagi. Walau sebenarnya aktifitas Nuwa sudah normal seperti biasa.Dayyan rajin menyuruh istrinya untuk pergi ikut tausiyah atau pengajian agar Nuwa menjadi pribadi yang lebih penyabar. Sebab gampang sekali istrinya tersulut emosi. Perkara jemuran nyangkut saja bajunya dimarahin, padahal mereka benda mati. Pada satu hari setelah pulang mengaji, Nuwa ingin bertanya karena rasa-rasanya ceramah tadi tidak pas di hatinya. Ia menunggu waktu sampai anak-anaknya tidur. “Sayang, ada yang mengganjal di pikiranku. Kata penceramah tadi, apa benar kita sebagai istri tidak boleh asal-asal membuka dompet milik suami,” tanya Nuwa. Pasalnya dia sering mengambil uang dari dompet suaminya. Uang dia? Ya, ada, tapi rasanya ada yang kurang kalau tak ambil dari sana. “Bukan tak boleh, mungkin maksud penceramah tadi bicara saja, bilang aku mau ambil uang di dalam dompet. Izin sebentar, kan, tidak a

  • Janji Setia    Temperamental

    Nuwa itu orangnya emosian dari dulu kala sejak menikah dengan Kai. Untungnya dia dapat suami yang penyabar. Kalau tidak bisa lomba lempar piring setiap hari. Seperti contoh waktu masih hidup di di desa dan bekerja sebagai pengurus kuda. Ketika jam istirahat dan sepasang suami itu menonton series India nggak jelas, dari layar televisi cembung di rumah bagian belakang. Nuwa dan Kai baru saja selesai makan siang. “Udah episode ke berapa series ini tak tamat-tamat, panjang sekali bikin cerita. Makan, tidur, ngobrol nggak jelas, masalah tak selesai-selesai,” ucap Nuwa sambil merebahkan kepala di kursi plastik. “Sudah lewat 300 episode kurasa, sudah setahun lebih kita menontonnya,” jawab Kai yang juga lelah.Dia tak tahu sama sekali jalan ceritanya, hanya menemani istrinya nonton saja. Nggak, bukan romantis. Kai mencegah Nuwa menghancurkan tivi saking gak masuk akal jalan cerita series India yang mereka tonton. “Lihatlah, ha ha ha, konyol sekali. Gimana ceritanya, ditampar pipi kiri yan

  • Janji Setia    Lempar Bunga

    “Nuwa, kau tak ada kegiatan, kan, hari libur besok?” tanya Fani sebelum jam pulang sebentar lagi. “Ada, tidur seharian,” jawab wanita itu sambil menguap. Capek dia ngajar anak-anak latihan non stop enam dari tujuh hari menjelang ujian kenaikan tingkat. “Jangan tidur terus, kapan ketemu jodohnya kalau kau tak bergerak.”“Udah ada jodohnya Nuwa. Tuuuh, yang sering diajak berantem.” Padma mengisyaratkan Syeikh Dayyan yang sedang merapikan buku. “Hei, baik-baik kau ngomong, ya, mau mati bilang sekarang.” Naik emosi Nuwa tiba-tiba dijodohin sama orang yang paling dia benci sejagad raya. “Tenang semua, aku belum keluar dari kelas ini, jangan buat keributan atau mau dihukum lagi!” tegur sang guru yang terganggu dengan suara sengau manja milik guru anaknya. “Maaf, Syeikh,” ucap Nuwa sambil merapatkan gigi. “Siang besok, yuk, ke nikahan sepupuku. Acara khusus perempuan. Boleh pakai baju bebas tak harus pakai abaya hitam.” Fani mengajak temannya yang punya hobi makan dan tidur. “Serius

  • Janji Setia    Jimat Vampir

    Belasan Tahun Lalu Nuwa kecil yang berusia tujuh tahun dan sebatang kara tanpa orang tua, berjalan pulang sendirian di tengah gelapnya malam. Saat itu sedang gencar-gencarnya diembuskan isu ada vampir pengisap darah yang akan membunuh kaum muslimin di Desa Ligeng. Gadis kecil bermata besar itu ketakutan dan mulai menangis sendirian. Kemudian ada seorang tentara Xin Hua yang gelap mata. Lelaki tersebut meluruskan tangan dan lompat-lompat. Nuwa kecil menoleh ke belakang dan ketakutanlah dia. “Huaaa, Ibu, tolooong, aku mau dimakan vampir, huahaahaaa, Ayah, kenapa tinggalkan aku sendiri.” Jatuh Nuwa, bangun lagi, lari terus, takut dihisap darahnya sama vampir. Saat itulah pertama kalinya takdir mempertemukan Nuwa dan Kai. Pemuda itu sedang lewat sambil membawa bakpao kukus yang masih hangat. Masih ada uang untuk beli makanan belum terlalu susah hidupnya. Pemuda yang berusia 16 tahun itu mendengar jerit tangis gadis kecil. Fu Kai pun mencari asal suara, ketemu, Nuwa langsung bersembun

DMCA.com Protection Status