Beranda / Romansa / Jangan Siksa Aku, Suamiku / Malam pertama yang menyeramkan.

Share

Jangan Siksa Aku, Suamiku
Jangan Siksa Aku, Suamiku
Penulis: Jernita S. Nita

Malam pertama yang menyeramkan.

Penulis: Jernita S. Nita
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-07 01:28:42

"Aw!” jerit Alena yang masih mengenakan gaun pengantin di tubuhnya.

Perempuan itu tidak mengerti mengapa Briyan tiba-tiba mendorong tubuh mungilnya dengan kasar, hingga terjatuh di atas tempat tidur.

Pria yang baru saja dinikahinya itu bahkan menatapnya dengan dingin, seakan Alena adalah sampah. 

“Cepat buka pakaianmu,” ucap Briyan dengan nada yang tinggi.

“Ta–tapi, tuan,” ucap Alena bingung. Rasanya, dia belum sanggup untuk memanggil Briyan mas, papah, atau sayang–seperti suami-istri kebanyakan.

“Tapi, apa?” bentak pria itu, “Bukankah kita sudah menikah?” 

Wanita cantik yang baru berusia 20 tahun itu meringkuk di atas tempat tidur. Sungguh, ia takut dengan sikap kasar suaminya. 

Ingin sekali, Alena kabur dari pernikahan ini bila tidak mengingat Herdanto, sang ayah sudah menandatangani sebuah surat kesepakatan–yang dapat memenjarakan pria tua itu jika menolak. 

Herdanto bukanlah pria tamak yang tergoda dengan surat warisan Keluarga Wijay. Meski mereka pemilik perusahaan multinasional di Ibu kota, sang ayah tak akan mau menandatanganinya dan menukar Alena dengan apapun itu. 

Herdanto menandatanganinya semata karena persahabatan dengan almarhum ayah dan almarhumah ibu Briyan. Selain itu, Briyan dikenalnya sebagai anak yang baik. 

Sayangnya, Briyan yang dikenal ayahnya dulu berbeda dengan yang sekarang. Meski tampan, Briyan terlihat bagaikan monster dengan kepribadiannya itu. 

Saat ijab kabul pun, Alena dapat melihat ayahnya berkaca-kaca di atas kursi rodanya–seakan ingin menghentikan acara pernikahannya dan membawa kabur Alena dari Briyan.

Melihat Alena yang melamun dan tak merespons apa pun, Briyan pun kembali membentaknya, “Apa kamu tidak mendengarku?” 

“I–iya tuan,” ucap Alena pada akhirnya dengan gugup. Gemetar, Alena pun berusaha membuka gaun pengantinnya sendiri. 

Sejujurnya, gaun ini sulit untuk dilepaskan jika hanya seorang diri karena memiliki beberapa pengait dan tali di bagian punggung. Tetapi, karena takut kepada Briyan, Alena berusaha membukanya sendiri tanpa meminta bantuan.

Setelah Alena membuka gaun yang melekat di tubuhnya, Briyan langsung mencengkram pergelangan tangannya, lalu mengikatnya ke sudut tempat tidur.  

Sontak hal itu membuat Alena semakin takut dan bingung. 

“Lepaskan aku, tuan!” mohon Alena sambil berurai air mata. Tadi, ia berpikir kalau Briyan ingin menyentuhnya, tetapi pria tampan itu justru mengikat kedua tangannya dengan erat. Sebenarnya ada apa ini?

Sayangnya, Briyan menulikan telinganya. Dengan kasar, dibukanya ikat pinggang dan mencambuknya ke tubuh polos Alena, hingga perempuan itu menjerit.

Tangisannya pecah dan seluruh tubuhnya gemetar.

“Tuan, kenapa menyiksaku seperti ini? Apa salahku ?” ucap Alena di sela-sela tangisannya.

Briyan mencengkram kedua pipi Alena dengan kasar. 

“Kamu tidak salah apa-apa. Tapi, kamu harus menanggung dosa ayahmu,” ucapnya dengan nada yang berbisik.

Tak lama, Briyan menarik selimut lalu menutupkannya ke tubuh Alena. Lalu berteriak memanggil Asep–sopir kepercayaannya.

“Minta pelayan untuk mengurusnya,” perintah Briyan.

“Baik tuan.” 

Asep pun bergegas menuruni anak tangga menuju dapur, untuk memerintah pelayan. Sedangkan Briyan, bergegas meninggalkan kamar menuju ruang kerjanya yang terletak di lantai tiga.

********

Entah apa yang ada dalam pikiran pria tampan itu, sehingga ia tega menyiksa Alena tanpa sebab. Bahkan, pria itu menuduh sang ayah memiliki dosa padanya. 

“Permisi nyonya.” Tiga pelayan muncul dari balik pintu sambil membawa makanan di atas nampan. 

Ketiga wanita itu terkejut melihat kondisi Alena yang memprihatinkan dan kedua tangannya terikat. 

Tadi pagi, Alena terlihat cantik dan anggun, tetapi sekarang ia terlihat kacau. Matanya merah dan bengkak. Rambutnya juga berantakan–seperti baru dijambak dan tubuhnya penuh kemerahan.

“To–tolong… aku bibi,”  ucap Alena dengan nada yang tidak jelas akibat terlalu lama menangis.

”Apa yang terjadi nyonya?” ucap seorang pelayan paruh baya menghampiri Alena.

Belum sempat Alenamenjawab, tetapi Briyan kini sudah berdiri di bibir pintu. 

“Hem....” Briyan berdehem.

Pelayan itu refleks bangkit dari sisi ranjang. “Maaf tuan,” ucapnya sambil tertunduk hormat.

“Bibi Rati, aku memintamu untuk mengurusnya. Bukan untuk mencari tahu tentang apa yang terjadi kepadanya,” ucap Briyan dengan lembut. Namun, suaranya tetap sanggup membuat tubuh Rati gemetar dan keringat dingin.

“Ma–ma … maaf, tuan.” 

“Hm... Sekarang kerjakan tugasmu.” 

Briyan lalu menjatuhkan bokongnya di atas sofa yang ada di dalam kamar. 

Kedua mata birunya memperhatikan ketiga pelayan yang sedang mengurus Alena. Satu pelayan membuka ikatan tangan Alena, yang satu mengoleskan cream ke tanda merah yang ada di seluruh tubuh Alena, dan yang satu lagi menyuapi Alena. 

Sebenarnya, Alena menolak untuk makan, tetapi melihat mata Briyan yang begitu tajam menatapnya, wanita malang itu terpaksa membuka mulut. 

Hal yang wajar jika Alena tidak selera untuk makan karena Briyan menyiksanya dengan tidak wajar. Seharusnya, malam ini adalah malam terindah karena malam ini adalah malam pertama mereka. Tetapi, malam ini justru malam yang mengerikan bagi Alena.

“Kami permisi dulu, tuan.” Ketiga pelayan meninggalkan kamar setelah menyelesaikan tugasnya, membuat Alena sadar bahwa hanya tinggal Alena dan Briyan. 

Tentu, suasana itu membuat Alena semakin takut. Bahkan, ia meringkuk sambil memeluk kedua lututnya dan yang pasti! Kedua bola matanya tidak berhenti mengeluarkan butiran bening.

Saat Briyan bangkit dari sofa melangkah menuju tempat tidur, Alena semakin mengeratkan kedua tangannya yang sedang memeluk kakinya. 

Ia takut jika Briyan menyiksanya seperti tadi, namun apa yang ada di dalam pikiran Alena tidak terjadi.

“Jangan coba-coba untuk lari dari rumah ini,” bisik Briyan tepat di telinga Alena. 

Setelah itu, ia melangkah menuju pintu dan pergi meninggalkan kamar.

“Papa, tolong aku … tolong aku.” Tangis Alena setelah pintu tertutup. Entah bagaimana dia harus kabur dari Briyan–pria kejam yang seolah tak tersentuh.

*

*

*

*

*

Bab terkait

  • Jangan Siksa Aku, Suamiku    Pasrah namun tak rela.

    Tok....tok...tok!Waktu telah menunjukkan pukul 12 malam, tetapi Alena belum bisa tidur. Jadi, dia duduk di tempat tidurnya dengan waspada–meski tanpa suara.“Permisi nyonya,” ucap pelayan Rati seiring dengan ketukan pintu. Wanita paruh baya itu melangkah, menghampiri Alena sambil membawa paper bag di tangannya. “Tuan meminta nyonya untuk mengenakan pakaian ini,” ucapnya sambil menaruh paper bag di hadapan Alena.“Hm…....” sahut Alena bersama anggukan kepala. Melihat respon sang majikan, Rati menunduk sopan. “Kalau begitu, aku permisi dulu, nyonya.” Sebelum menutup pintu, ia terlebih dahulu melihat Alena sekilas. Rati merasa kasihan kepada Alena, ia tahu kalau malam ini Briyan pasti menyiksanya lagi.Dan benar saja, baru 10 menit Rati meninggalkan kamar, tiba-tiba, pintu terbuka. Briyan kembali muncul di bibir pintu.“Apa pelayan tidak menyampaikan pesan dariku?” tanya Briyan sambil melangkah dari pintu menuju ranjang. Ia bertanya seperti itu sebab Alena belum mengenakan pakaian

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-15
  • Jangan Siksa Aku, Suamiku    Memohon untuk disentuh.

    Permisi nyonya, tuan memaksa anda untuk turun,” ucap Asep dengan hormat.“Tapi pak–” Alena tidak melanjutkan kata-katanya karena melihat Briyan tiba-tiba muncul di belakang Asep.“Apa kamu sudah lupa dengan janjimu?” ucap Briyan dinginAlena pun bergegas bangkit dari tempat tidur. Ia mengikuti langkah Briyan dan Asep menuju meja makan. Setibanya di meja makan, Zeira menarik satu kursi yang berjarak 5 kursi dari Briyan.Keduanya menikmati makanan yang ada di depannya masing-masing tanpa berbicara. Hanya suara dentingan sendok yang memenuhi ruangan yang cukup luas itu, hingga mereka selesai sarapan.Setelah selesai sarapan, Briyan terlebih dahulu meninggalkan meja makan bersama Asep. Kedua pria itu melangkah meninggalkan kediaman Wijaya menuju kantor Perkasa Grup. Sedangkan Alena, kembali ke kamar didampingi dua orang pelayan, termasuk Siti yang menjadi pelayan kepercayaan keluarga Wijaya sejak dulu.“Apa nyonya butuh sesuatu?” tanya Siti. Saat ini, mereka sudah berada di dalam kamar.A

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-15
  • Jangan Siksa Aku, Suamiku    Itu mungkin sudah ajalnya.

    “--Dokter mengatakan kalau penggunaan obat itu bisa berakibat fatal. Untung saja, nyonya bisa melewati masa kritisnya.” Sungguh, dia berharap atasannya ini berhenti menyiksa sang Nyonya. Bukan dia mendukung Herdanto, tapi bukankah ada cara lebih masuk akal untuk menyiksa pria itu?“Jika dia tidak bisa melewati masa kritisnya dan mati, itu mungkin sudah takdirnya” sahut Briyan dengan santai. Tanpa perasaan, pria tampan itu masih saja kekeuh pada pendapatnya–melampiaskan dendam kepada wanita yang tidak bersalah.“Tapi tuan—”“Jangan menceramahi aku, Asep,” sela Briyan yang membuat Asep tidak melanjutkan kata-katanya. “Sekarang, suruh pelayan untuk mengurusnya,” lanjut Briyan memerintah Asep. “Baik tuan.” Asep pun meninggalkan ruang kerja Briyan dan melangkah menuruni anak tangga menuju dapur. Ia menemui pelayan Rati dan memintanya untuk mengurus Alena.*****Mendengar perintah sang majikan, wanita paruh baya itu segera menyiapkan makanan untuk Alena. Sepertinya, kali ini, wanita canti

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-15
  • Jangan Siksa Aku, Suamiku    Hukuman untuk Alena.

    “Hah? Ayah? Tidak … tidak!” ucap Alena dengan perasaan linglung, “Ayah tidak mungkin pergi meninggalkanku sendiri, kan?” Alena pun bangkit dari sisi ranjang melangkah menuju kamar Briyan untuk mencari pria itu. Ia membuka pintu secara tiba-tiba tanpa mengetuknya terlebih dahulu.“Apakah kamu tidak memiliki etika saat memasuki kamar orang lain?” ucap Briyan dengan wajah dingin dan sorot mata yang tajam.“Ma...ma... maaf.” Alena gugup dan memalingkan wajah agar tidak melihat Briyan yang bertelanjang dada dengan posisi kedua wanita bergelayut manja di lengannya.Briyan segera melepaskan lengannya dari kedua wanita itu. Ia melangkah menghampiri Alena yang berdiri di bibir pintu. Hanya dalam hitungan detik, tangan kekar Briyan sudah mencengkram pergelangan tangan Alena dan membawanya masuk ke dalam kamar wanita cantik itu.“Apa kamu datang ke kamarku untuk bertanya siapa kedua wanita itu?” todong Briyan, percaya diri.Mendengar itu, Alena menggelengkan kepala. “Tidak. Aku tidak akan mengg

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-17
  • Jangan Siksa Aku, Suamiku    Pasrah untuk mati.

    Satu hari satu malam berada di gudang bawah tanah, Alena hanya bisa menagis sambil meringkuk memeluk kedua kakinya. Makanan yang diantar oleh pelayan, sama sekali tidak ia sentuh. Untuk apa dia hidup ? Kalau hanya disiksa oleh Briyan setiap hari. Mati adalah pilihan yang tepat untuk Alena saat ini. Di sisi lain, Asep berusaha membujuk tuannya untuk membebaskan Alena dari ruangan gelap itu. "Apa kamu ingin mengajariku?" Ucap Briyan kepada Asep. "Bu...bukan begitu, tuan." Asep gugup, "Jika nyonya tidak makan sepanjang hari, tentu akan terjadi sesuatu kepada beliau. Dan tuan tidak akan bisa balas dendam" Briyan terdiam sesaat, "keluarkan dia." Asep bergegas meninggalkan ruang kerja Briyan, dengan langkah seribu kaki jenjangnya menuju gudang bawah tanah. Saat pintu terbuka, Asep melihat Alena meringkuk di sudut ruangan. Wanita cantik berambut hitam itu, sama sekali tidak menoleh untuk melihat siapa yang datang. Asep melangkah menghampiri Alena, ia menjatuhkan lututnya di lantai.

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-28
  • Jangan Siksa Aku, Suamiku    Hilangnya kesucian.

    Tangan kekar Briyan menarik lengan Alena dengan kasar, lalu melemparkannya ke atas tempat tidur. Ia menindih tubuh wanita cantik itu, menghujani ciuman di seluruh leher jenjang Alena dan meninggalkan beberapa tanda kepemilikan di sana.Sikap dingin dari Alena, membuat Briyan mengubah aksinya menjadi lebih kasar. Ia meremas benda kenyal milik Alena dengan kasar, hingga wanita cantik itu merintih kesakitan.Melihat Alena memejamkan mata, membuat Briyan berpikir kalau istrinya mulai menikmati permainannya. Namun dugaan Briyan salah, justru Alena semakin dingin bagaikan patung. Wanita cantik itu menutup mulutnya rapat-rapat dan menegangkan tubuhnya.Anjas menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya dengan kasar. Ia bangkit dari tubuh Alena, melangkah menuju meja untuk meraih ponsel dan menghubungi seseorang."Lakukan tugasmu, dan buang mayatnya ke jurang," ucap Briyan kepada lawan bicaranya.Mendengar ucapan Briyan, Alena segera bangkit dari tempat tidur. Berlari, memohon di kaki Briyan,

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-28
  • Jangan Siksa Aku, Suamiku    Kenyataan yang mengejutkan.

    Panggilan yang masuk ke ponselnya, membuat Briyan mengurungkan niat untuk menghukum Alena. Pria tampan itu meminta Asep untuk mengurus Alena, selama ia pergi."Urus Alena dengan baik, jangan sampai dia kabur atau bunuh diri. Aku belum puas menyiksanya, bahkan ayahnya belum melihat seperti apa derita putrinya," ucap Briyan sebelum masuk ke dalam mobil yang akan mengantarnya ke bandara.Asep menunduk sopan, "baik tuan."Setelah Briyan meninggalkan kediaman Wijaya, Asep meminta Rati untuk mengantar makanan ke kamar Alena. Rati hanya mengantarnya saja, setelah itu ia langsung pergi. Sedangkan Asep, masih tetap di sana menemani Alena hingga selesai makan."Apa nyonya masih butuh sesuatu?" Tanya Asep.Alena menggelengkan kepala, "tidak pak.""Baiklah nyonya, kalau begitu saya permisi dulu." Asep bergegas menuju pintu."Tunggu sebentar pak." Panggil Alena.Asep menghentikan langkahnya, ia memutar tubuh menghadap Alena, "iya nyonya," sahutnya.Alena bangkit dari sofa, melangkah menghampiri As

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-28
  • Jangan Siksa Aku, Suamiku    Melarikan diri.

    Dua jam berlalu, akhirnya Alena membuka mata setelah dokter memberikannya suntikan. Ia membuka mata secara perlahan, dan bayangan wajah Briyan langsung menyambut penglihatannya yang masih buram."Alena, Alena. Tidak semudah itu kabur dariku." Ucap Briyan.Pria tampan itu, duduk di sofa dengan posisi kedua kaki diletakkan di atas meja.Alena sama sekali tidak merespon ucapan Briyan, ia justru memalingkan wajah untuk menghindari tatapan manusia iblis itu.Briyan menurunkan kedua kakinya, ia bangkit dan melangkah menghampiri Alena yang terbaring lemah di atas tempat tidur."Aw...jangan." ucap Alena saat tangan Briyan menerobos masuk ke dalam selimut dan mengelus paha mulusnya.Briyan menarik tangannya, ia tersenyum seribu arti. "Ternyata kamu masih memiliki tenaga," ucapnya."Tolong bebaskan aku dari sini, jika ayahku memiliki salah kepada keluarga ini, aku mohon maaf yang sedalam-dalamnya." Alena mengucapkan kata-katanya sambil berurai air mata.Briyan menatap dingin Alena, ia tertawa s

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-28

Bab terbaru

  • Jangan Siksa Aku, Suamiku    Akan aku patahkan kaki ayahmu.

    Sementara Alena masih tetap di sana, duduk termenung sambil memikirkan apa yang dikatakan Rati kepadanya.Alena bangkit dari tempatnya, lalu masuk ke dalam rumah. Dia membersihkan tubuh ke dalam kamar mandi dan segera meninggalkan kediaman Wijaya."Pak, kita ke rumah sakit jiwa ya?" ucap Alena setelah masuk ke dalam taksi."Baik Bu." Mobil yang membawa Alena melaju membelah jalan ibu kota, menuju rumah sakit jiwa. Wanita cantik itu ingin tahu, apa Wil dan Bram memiliki hubungan atau tidak.Terus, kenapa Briyan menyembunyikannya? Kecurigaan mulai muncul dalam hati Alena.Setibanya di rumah sakit, Alena bergegas menuju meja informasi. Awalnya pihak rumah sakit tidak mengizinkan Alena untuk bertemu dengan Bram. Tetapi, setelah Alena mengatakan kalau dia adalah putri Bram! Akhirnya dia diizinkan.Alena diantar oleh petugas rumah sakit menuju ruangan Bram. Pria paruh baya itu tidak bergabung dengan yang lain, melainkan dia hanya tinggal sendiri di dalam kamarnya.Dari pintu, Alena sudah m

  • Jangan Siksa Aku, Suamiku    Pikirkan dan resapi lah.

    Satu Minggu telah berlalu, selama satu Minggu ini Alena bekerja layaknya pembantu. Dia membersihkan rumah, mencuci pakaian, merapikan setiap kamar. Hal itu membuat Briyan sedikit bingung."Apa kamu mengharapkan gaji sama seperti para pelayan?" tanya Briyan. Saat ini keduanya sedang berada di kamar.Alena yang duduk di sofa, menegakkan kepala untuk melihat Briyan. "Tidak," ucapnya dengan singkat."Terus?" desak Briyan.Alena menarik napas sebelum membuka mulut, "Aku akan melakukan apapun, bahkan aku rela seumur hidupku menjadi pelayan di rumah ini, demi menebus kesalahan yang diperbuat oleh ayahku." Briyan refleks memutar kepala menghadap Alena, "Apa kamu sudah mengetahuinya? Siapa yang memberitahumu?""Siapa yang memberitahuku! Itu tidak penting. Yang pastinya, aku sudah tahu alasan kamu menikahi aku dan menyiksaku. Itu semua hanya untuk balas dendam atas apa yang terjadi kepada kedua orang tuamu."Alena berbicara dengan wajah serius, bahkan matanya tidak berkedip menatap mata indah

  • Jangan Siksa Aku, Suamiku    Ternyata kamu wanita matre.

    Setelah menyiapkan kepiting saus tiram ke atas piring! Alena bergegas dari dapur menuju meja makan.Alena tiba-tiba menghentikan langkah kakinya, seluruh tubuhnya gemetar, matanya membulat melihat pria yang duduk di samping Renata."Ada apa Alena?" tanya Renata. Briyan dan Jason refleks memutar kepala ke arah Alena. Dug, jantung Jason berdegup kencang. Tadi dia berpikir kalau hanya nama kekasihnya yang sama dengan nama istri kakak sepupunya. Tetapi ternyata, orangnya juga sama."Tidak apa-apa tante." Jawab Alena.Alena berusaha menenangkan perasaannya, ditariknya napas dalam-dalam lalu melanjutkan langkah kakinya menuju meja makan."Kenalkan Alena, ini Jason Wil. Putra satu-satunya tante," ucap Renata setelah Alena duduk di kursi.Alena menyodorkan tangannya kepada Jason, dia bersikap seolah-olah tidak mengenal pria tampan itu. Begitu juga dengan Jason, dia berusaha meredam kekesalannya dan terlihat biasa saja."Alena," ucap Alena untuk memperkenalkan dirinya."Jason Wil." Balas pri

  • Jangan Siksa Aku, Suamiku    Izinkan aku untuk memilikimu seutuhnya.

    Keduanya larut dalam keheningan, berpisah selama 3 tahun membuat mereka saling melepaskan rindu.Bahkan Alena sampai tidak sadar, kalau pengait bra miliknya sudah terlepas."Wil..." Panggil Alena dengan nada mendesah.Gairahnya mulai memuncak saat Wil menikmati kedua gunung kembarnya."Iya Alena." Sahut Wil.Wil melumat bibir Alena dengan lembut, jari tangannya mulai bergerak liar di bagian pangkal paha Alena."Alena, aku sangat mencintaimu." Bisik Wil dengan lembut di telinga Alena."Aku juga mencintaimu Wil, aku sangat mencintaimu." Balas Alena. Tentu dia sangat mencintai Wil, karena Wil pria yang baik dan lembut."Jika kamu benar-benar mencintaiku! Izinkan aku untuk memilikimu seutuhnya." Alena membuka mata, ditatapnya mata Wil dengan lembut sambil mengangguk. Seketika dia melupakan statusnya yang sudah menikah dengan Briyan.Sementara Wil, sudah membuka celana jeans Alena. Kini hanya tersisa benda berbentuk segi tiga, yang menutupi milik berharga Alena. "Stop...." Ucap Alena tib

  • Jangan Siksa Aku, Suamiku    Maukah kamu menikah denganku?

    Waktu menunjukkan pukul 8 pagi saat Briyan meninggalkan kediaman Wijaya menuju bandara. Sebelum pergi, Briyan mengembalikan ponsel Alena yang dia ambil satu bulan yang lalu.Ting-nong ting-nong, suara dering ponsel.Alena bangkit dari tempat tidur, melangkah menuju meja rias untuk meraih ponselnya."Wil," ucap Alena sambil membaca nama yang muncul di sana.[Alena, kenapa ponselmu tidak dapat dihubungi? Kamu baik-baik saja kan? Aku sangat mengkhawatirkan kamu Alena!] Isi pesan yang masuk di ponsel Alena.Dengan sigap Alena membalas, [iya Wil, aku baik-baik saja. Maaf, aku sudah membuatmu khawatir.] Balas Alena.Setelah Alena mengirimkan pesan itu, tidak ada balasan dari Wil. Justru pesan Briyan yang masuk ke ponselnya.Pria tampan itu meminta Alena untuk menyiapkan dua kamar untuk Tante dan sepupunya.Tanpa membalas pesan dari Briyan, Alena segera membersihkan kamar dengan bantuan pelayan. Bukan hanya itu saja, Alena juga menyiapkan makanan untuk menyambut kedatangan Tante Briyan."Bi,

  • Jangan Siksa Aku, Suamiku    Bahkan milik Megan lebih nikmat daripada milik putrimu.

    Alena gugup, "um...tidak apa-apa tuan," ucapnya."Malam ini tidurlah di kamar lain." Alena terkejut mendengar ucap Briyan, semenjak mereka menikah, suaminya tidak pernah memintanya untuk tidur di kamar lain. "Kenapa tuan?" Tanya Alena.Briyan menatapnya dingin, "Megan ingin menginap malam ini.""Megan! Siapa Megan?" Tanya dalam hati Alena. Nama itu tidak asing di telinganya.Ternyata wanita simpanan Briyan bukan hanya Aurel, tetapi masih ada yang lain. Alena meraih pakaiannya dari lemari, lalu pergi ke kamar sebelah.Sedikitpun wanita cantik itu tidak merasa cemburu atau marah, justru Alena merasa bahagia bisa terbebas malam ini dari Briyan...................Setelah makan malam, Alena dan Rati membawa Hendarto duduk di teras rumah untuk menikmati angin malam.Saat ketiganya asik duduk, tiba-tiba mobil mewah Briyan masuk dari gerbang. Pria tampan itu baru satu jam meninggalkan kediaman Wijaya, kini sudah kembali. Tetapi dia kembali tidak sendirian, melainkan bersama seorang wanita.

  • Jangan Siksa Aku, Suamiku    Apa khayalannya sudah selesai?

    "Hem..." Briyan berdehem sambil menjatuhkan bokongnya di atas kursi.Dipandangnya makanan yang ada di hadapannya, tangan kanannya mulai menyentuh sendok dan menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.Alena yang duduk tepat di samping Briyan, memperhatikan reaksi suaminya. Dia berharap semoga Briyan menyukai masakannya."Rasanya sedikit berbeda," ucap Briyan dengan tiba-tiba. "Ini lebih enak dari yang biasanya." Lanjutnya.Dengan senang hati Rati membuka mulut, "itu nyonya yang masak tuan."Briyan refleks melepaskan sendok dari kedua tangannya. Hanya dalam sekejap mata, piring berbentuk bulat itu sudah hancur berkeping-keping di atas lantai."Par...." Suara pecahan kaca.Alena memejamkan mata saat tangan Briyan menyasar piring dari atas meja. Begitu juga dengan pelayanan, tidak ada diantara mereka yang berani membuka mulut, semuanya diam di tempatnya masing-masing."Bibi, sejak kapan kamu mengubah peraturan di rumah ini?" Tanya Briyan dengan wajah dingin dan tatapan lurus ke meja.Sebel

  • Jangan Siksa Aku, Suamiku    Bergerak liar lah, seperti wanita jalang Alena.

    Asep menepuk pundak Hendarto dengan lembut, "kuatkan hatimu tuan." Selesai mengatakan itu, Asep langsung pergi dan meninggalkan Hendarto sendirian.Beberapa menit kemudian, Hendarto melihat Alena masuk dari pintu bersama Briyan. Namun Alena tidak melihat ayahnya, karena kaca itu hanya tembus dari dalam.Briyan duduk di sofa, kedua kakinya terangkat ke atas meja. "Apa kamu masih ingin dengan janjimu?" ucapnya."Iya tuan, aku mengingatnya." Sahut Alena."Bagus." Puji Briyan, "kalau begitu, layani aku dulu sebelum bertemu dengan ayahmu." Lanjutnya.Briyan meminta Alena memijat kedua kakinya dan membersihkan seluruh kukunya. Bukan hanya itu, dia juga meminta Alena untuk mengenakan pakaian minim lalu menyuruhnya menarik layaknya penari erotis.Tentu Hendarto meneteskan air mata melihat putrinya diperlukan seperti itu. Sejak kecil, putrinya tidak pernah merasakan kebahagiaan. Alena tumbuh besar tanpa kasih sayang dari kedua orang tuanya. Bahkan setelah dia menikah pun, tidak mendapat kasih

  • Jangan Siksa Aku, Suamiku    Selamat datang di neraka yang sesungguhnya.

    Dalam perjalanan menuju kediaman Wijaya, Asep memberanikan diri untuk bertanya. "Tuan, mengapa anda selalu tidur di ruang kerja? Kenapa tidak tidur di kamar?" "Sejak kapan kamu ingin tahu masalah pribadiku?" Pertanyaan Briyan itu membuat Asep gugup, "maaf tuan," ucapnya. Mobil mewah itu kembali hening, tetapi setelah 15 menit! Asep kembali membuka mulut. "Tuan, apa saya boleh mengatakan sesuatu?" "Hm" sahut singkat Briyan. "Apa tidak sebaiknya tuan membawa pak Hendarto tinggal di kediaman Wijaya?" Briyan yang tadinya menyandarkan kepala di sandaran mobil sambil memejamkan mata, tiba-tiba duduk tegap dengan mata terbuka sempurna. "Maksud kamu?" Asep terlihat ragu, tetapi diberikannya dirinya demi membantu Alena. "Begini tuan, jika pak Hendro tinggal di kediaman Wijaya! Dia bisa melihat seperti apa penderitaan putrinya atas kesalahan yang telah diperbuatnya di masa lalu." Briyan terdiam sambil memikirkan ucapan Asep, "kamu ada benarnya juga, Asep," ucapnya setelah berpikir 5

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status