Tengah malam, aku sempat terbangun dan bersamaan dengan itu mataku lihat pintu kamar terbuka sedikit. Aku pun menduga itu pasti kerjaan Aditya yang membuka pintu kamar sedikit. Dari celah pintu kamar yang terbuka sedikit itu, aku lihat ada bayangan gerakan Aditya mundar-mandir di depan pintu kamar. Kadang dia mengintip ke dalam kamar, memperhatikan diriku dan Safira. Lantas, aku pun pura-pura tidur. Dari gelagatnya, aku tahu Aditya sudah tidak tahan lagi. Sesaat kemudian, dia berlahan-lahan mendekati tempat tidurku. Aku pun menggeliatkan tubuhku dan merebahkan tubuhku telentang. Baju dasterku pun tertarik ke atas, hingga memperlihatkan belahan pahaku. Mata Aditya tidak bekedip lihat belahan itu. Lalu, aku rasakan Aditya telah duduk di sisi tempat tidurku. Tapi dia tidak berani menjamah tubuhku. Aku pun dengan sengaja memiringkan tubuhku mengarah padanya. Aditya terkejut, saat tanganku merangkul pinggangnya. Aku anggap saja dia sebagai gulingku. Bahkan, tanganku menarik tubuhnya unt
Di tengah perjalanan. Saat itu mobilku lagi meluncur di Jl. Gatot Subroto, tiba-tiba terdengar suara hapeku berbunyi. ‘Huh! Siapa nih yang menelepon? Dia apa gak tau jalanan lagi padat, begini,’ umpatku dalam hati. Tapi aku tetap melirik sesaat ke monitor yang berada di dasboard mobilku. Untungnya, aku sebelum berangkat sudah waspada. Kebiasaanku, aku selalu menghubungkan Hapeku dengan monitor yang ada di dasboard mobil via Bluetooth. Aku ingin tahu, siapa yang sedang menghubungiku itu.Wow…! Pagi-pagi begini sudah ada panggilan dari Bapak Benny Cokro Simatupang S.H., notaris perusahaan tempatku bekerja. Tumben banget, pikirku. Namun, aku pun tak berani mengabaikannya. Urusannya bisa runyam dan menimbulkan preseden buruk bagiku. Jika Pak Benny ini lapor pada owner perusahaan, bisa celaka aku nanti dibuatnya, batinku. Aku langsung memencet tombol yang ada di headset yang menempel di telingaku. Kebetulan aku menggunakan headset wereless, sehingga memudahka
Kehadiran Safira dapat membuat Aditya lupakan kegetiran hidupnya. Tentang kemandulan dan penyebabnya. Kini, dia terasa bebas untuk tersenyum dan memandang calon isteri keduanya, Safira. Dia tidak duga, Ana mau menghadiahkan kejutan yang luarbiasa dalam hidupnya. Ana mau membelah hatinya, demi kebahagiaan dirinya. Sungguh mulia hati Ana, batinnya.“Apa yang kau pikirkan, Adit?” tanya Safira, saat dia lihat wajah Aditya begitu ceria.Aditya menoleh sejenak, memandang Safira. Dia pun memperlihatkan senyumnya pada Safira.“Enggak ada Safira. Cuma hatiku lagi bahagia. Sungguh beruntung diriku, bakal punya dua isteri yang cantik-cantik.”Safira pun tersenyum juga. Dia pun dapat merasakan kebahagiaan yang sama.“Berterima kasihlah kamu pada Ana yang telah menyatukan kita.”“Tentu Fira! Itu yang ada dibenakku. Pengorbanan Ana yang luarbiasa buat membahagiakan hatiku. Sangat langka di dunia ada o
Di ruang tamu, roman wajah para pemegang saham terlihat begitu cerah. Apalagi mereka telah mendapat bocoron tingkat pertumbuhan atau growth perusahaan Camerro Investment Solutions melesat tajam. Artiya, pundi-pundi kekayaan mereka pasti bertambah besar juga. Mereka pun berbincang-bincang dengan gembira, sambil menikmati hidangan yang tersedia di sana. Terlihat di sana-sini penuh diisi dengan canda-tawa. Begitu juga, saat Cano dan adik-adiknya turut bergabung dengan para pemegang saham. Mereka pun menyambut calon pimpinan perusahaan itu dengan antusias. Mereka pun memberi dukungannya pada Cano untuk menduduki kursi CEO PT Camerro Investment Solutions berikutnya.Tak lama kemudian, Pak Leo Candra memasuki ruangan diiringi oleh beberapa staf dan diantar oleh beberapa panitia yang aduhai cantiknya. Para pemegang saham pun satu-persatu memberi salam pada Pak Leo Candra. Pak Leo Candra pun berbincang-bincang sejenak dengan para pemegang saham. Apalagi para pemegang saham ini mer
Jam 16.00 Sore itu, aku kembali ke ruang kerjaku. Kebetulan ruang kerjaku itu terhubung dengan ruang kerja direktur melalui pintu khusus. So pasti, pada masa peralihan CEO ini tentu membuatku lebih sibuk. Aku wara-wiri antara ruang kerjaku dengan ruang kerja direktur. Aku harus siapkan berkas-berkas yang akan diserah-terimakan pada direktur yang baru pada besok pagi. Di samping itu, aku juga harus memberesi barang-barangku untuk pindah ruangan, boo… Kini, aku sudah jadi Ketua Komisaris gitu loh…!Saat aku sibuk siapkan berkas-berkas itu dan tanpa sepengetahuanku, tiba-tiba pintu ruang kerja direktur dibuka dari luar. Tahu enggak, Cano menyelonong masuk ke dalam ruangan. Dia sudah tidak sabar untuk menduduki kursi kerjanya sebagai Direktur PT. Camerro Investment Solutions. Dia langsung menuju meja kerjanya dan coba duduk di posisinya itu. Mata Cano pun mengamati setiap detail ruangan kerjanya itu yang terkesan sangat artistik dan mengagumkan. Dinding ruangan d
Aku sudah gak sabar untuk ketemu Safira. Aku ingin berbagi banyak cerita padanya. Aku ingin berbagi kebahagiaan bersamanya. Tapi yang jelas, aku gak bakalan cerita soal kenakalan Cano padaku. Itu biar aku saja yang tahu. Untuk itu, aku sudah menelepon dia. Aku yang akan jemput dia di kantornya sore ini. Aku juga sudah kirim pesan pada Aditya. Aku beritahu dia, aku yang akan jeput Safira pulang. Sebaliknya, Aditya jadi heran, tumben aku pulang lebih awal hari ini, pikirnya. Rasa ingin tahunya pun jadi membuncah. Padahal, Aditya sudah berangan-angan pulang bersama calon isteri keduanya itu. Buyar deh angan-angannya itu. Tapi, biarlah ketemu di rumah saja, pikirnya. Dia pun memutuskan pulang lebih awal juga.Aku pun langsung meluncur ke Jalan Sudirman. Tak lupa, aku menyalakan radio FM di dashboard mobilku sebagai teman pengiringku. Namun entah mengapa aku kepikiran terus tentang Cano itu. Perbuatannya itu sungguh mengejutkanku. Aku membayangkannya jadi panas-ding
Berendam air panas tentu membuat tubuh terasa nyaman. Apalagi air tempat berendam dibubuhi wewangian aroma terapi. Bukan hanya tubuh yang merasa nyaman, tapi membuat suasana perasaan juga terasa rileks. Aku pun melupakan sejenak kepenatan dan keletihan fisik dan pikiran setelah habis bekerja seharian. Apalagi pekerjaanku sungguh melelahkan secara fisik dan pikiran. Kali ini kesempatan, aku manjakan diriku dalam kolam bathtub air hangat beraroma. Aku kenakan penutup mata. Lalu aku pun memejamkan mata dalam buaian aroma terapi dan hangatnya air, aku biarkan pikiran liarku mengambang menguasai benakku. Terlintas kembali dalam ingatanku, kenakalan Cano tadi sore. Aku pun tak ingin menepisnya dari benak pikiranku karena ada rasa yang membuatku terbuai oleh sesuatu yang lain. Benda aneh milik Cano itu, menggodaku. Sesuatu yang membuatku merasa nikmat. Pikiran liarku itu membuat darahku bergejolak. Sesaat kemudian, aku terlena dan terhipnotis dalam dunia fantasi kenakalan Cano.T
Pagi itu, suasana kantor sungguh hening, lain dari biasanya. Biasanya suasana kantor penuh dengan keceriaan. Maklum perubahan pimpinan biasanya membawa suasana baru juga. Karyawan pada menahan diri, wait and see. Walau mereka sebenarnya tidak ingin mengubah suasana kekeluargaan yang sudah terbangun selama ini. Mereka sudah terbiasa dengan etos kerja kekeluargaan, di mana mereka sudah merasa perusahaan merupakan bagian kehidupannya. Rasa memiliki mereka begitu kuat, hingga perusahaan bisa besar seperti sekarang ini. Mereka tidak ingin suasana kantor jadi kaku dan membosankan. Mereka tidak ingin dijadikan seperti robot, diperah saat dibutuhkan dan dibuang setelah tak produktif lagi.Mereka sedikit kuatir, karena mereka tahu pimpinan baru merupakan jebolan Singapura. Mereka pun takut pola kerja yang dibawa, sama dengan pola kerja yang berkembang di Singapura. Pekerja dipandang seperti robot, hingga kehilangan a sense of humanity. Apakah Cano sebagai direktur