Kenaya memakai baju yang dikirim Kean. Kemudian bersiap untuk pergi. Sebelum pergi, dia ingin meminta izin pada Grandma Shea dan Grandpa Bryan. Namun, sayangnya kata asisten rumah tangga mereka sedang pergi. Alhasil Kenaya tidak dapat berpamitan. Kenaya segera pergi ke hotel Maxton tempat di mana Kean memintanya ke sana. Sudah ada mobil yang terparkir di depan rumah. Saat Kenaya keluar, sudah langsung dipersilakan masuk. Mobil membawa Kenaya untuk ke hotel Maxton. Kenaya sampai setelah setengah jam perjalanan. Sesuai dengan yang dikatakan Kean. Dia memberitahu petugas hotel jika dia ingin bertemu Kean. Pegawai hotel langsung mengantarkan Kenaya ke rooftop yang berada di lantai paling atas. Lift yang terbuka membuat petugas hotel mempersilakan Kenaya keluar. Ragu-ragu Kenaya keluar. Hal pertama kali yang dilihat Kenaya adalah langit malam yang begitu indah sekali. Bintang-bintang bersinar begitu terangnya. Dia segera mencari keberadaan Kean. Sayangnya, Kenaya tidak mendapatkan keb
Kenaya benar-benar tidak menyangka jika ternyata Kean melamarnya dengan seromantis ini. Lamaran ini tentu saja sebuah hadiah yang menakjubkan selain akta cerai yang didapatkan. “Aku mau.” Kenaya mengangguk. Tentu saja dia tidak akan menolak lamaran Kenaya. Dia ingin mewujudkan impian-impian yang pernah dirangkainya bersama Kean. Kean tersenyum. Senang sekali akhirnya Kenaya menerima lamarannya juga. Dengan segera Kean menyematkan cincin di jari manis Kenaya. Cincin itu sangat pas di jari Kenaya. Tampak cantik di jari Kenaya. Bersamaan dengan Kean yang memasang cincin, sebuah kembang api melesat ke langit. Tampak menghiasi langit malam dan begitu indah. Kenaya hanya bisa terkagum-kagum. Sambil bertanya dalam hatinya, apakah ini adalah bagian dari lamaran Kenaya. Belum habis kekaguman Kenaya, tiba-tiba suara banyak orang terdengar. Keluarga Kean keluar dari persembunyian mereka semua. Bersiap tepuk tangan untuk lamaran yang sedang terjadi. Kenaya menatap Kean. Dia tidak menyangka
“Sejak kapan kamu mempersiapkan semuanya?” Dalam perjalanan pulang ke rumah keluarga Adion, Kenaya bertanya pada Kean. Dia benar-benar terkejut sekali dengan kejutan ini. “Setelah mendapatkan surat ceraimu, aku pikir akan seru membuat kejutan. Tapi, Rigel tanpa sengaja membocorkannya pada Grandma Selly. Jadilah semuanya ikut.” Kean menceritakan bagaimana hal itu semua bisa terjadi.Kenaya akhirnya tahu jika itulah yang membuat keluarga Adion datang semua di acara lamaran tadi. “Apa kamu bahagia?” tanya Kean menoleh ke arah Kenaya. Dia meraih tangan Kenaya dan menggenggamnya erat. “Tentu saja aku bahagia. Aku baru kali ini merasakan begitu bahagia sekali.” Setelah sekian lama merasakan kesedihan, memang baru kali ini Kenaya merasa bahagia. Rasanya hidupnya seolah kembali lagi. Kean mendaratkan kecupan di punggung tangan Kean. Merasa bahagia sekali akhirnya Kenaya bahagia juga. “Setelah ini, aku akan membuat kamu bahagia selalu.” Kenaya tersenyum. Tentu saja dia akan menunggu hari
“Kenapa curang? Kamu saja yang fokus pada Kenaya.” Grandpa Bryan tertawa. Kean hanya bisa pasrah saja. Karena memang dia akan kalah. Karena dibanding dirinya sang grandpa lebih jago. “Ayo main sekali lagi.” Grandpa Bryan pun mengajak Kean untuk melakukan hal itu. Kean pasrah. Sang kakek tidak akan melepaskannya sampai bisa mengalahkannya. Kali ini Kean akan benar-benar berusaha agar bisa menang. Di dalam rumah, Mommy Freya menunjukkan beberapa gambar gaun pernikahan dari katalog desainer langganannya. Grandma Shea, Grandma Selly, dan Grandma Chika melihat katalog tersebut. “Ini bagus.” Grandma Shea mengomentari satu gaun.“Iya, itu bagus.” Grandma Chika mengomentari juga.“Coba lihat yang lain.” Grandma Selly ikut penasaran. Mommy Freya menggeser foto untuk memperlihatkan koleksi gaunnya. Kenaya juga ikut melihat gaun-gaun tersebut. Tampak gaun bagus-bagus sekali. “Kenaya kamu suka yang mana?” Grandma Shea menatap Kenaya. Kenaya yang akan menikah. Jadi keputusan memilih gaun te
Hari ini rencananya Kean mengajak Kenaya untuk berkencan. Dia sudah memikirkan ke mana dia akan mengajak Kenaya. Dengan semangat Kean segera ke rumah grandma dan grandpa. “Pagi.” Kean menyapa Kenaya, Grandpa Bryan, dan Grandma Shea. “Pagi.” Kenaya, Grandpa Bryan, dan Grandma Shea menyapa Kean. Grandma Shea dan Kenaya sedang asyik menyirami tanaman, sedangkan Grandpa Bryan sedang menikmati tehnya. Kean segera bergabung duduk bersama grandpa-nya. “Kenapa kamu datang pagi-pagi?” Grandpa Bryan menatap Kean.“Aku ke sini mau mengajak kencan Kenaya.” Dengan percaya diri Kean menjawab. “Kenaya tidak bisa kencan hari ini?” Grandma Shea langsung menjawab. “Memangnya kenapa?” Kean terbelalak ketika tiba-tiba dilarang oleh neneknya. “Grandma mau ajak Kenaya ke berbelanja. Jadi tidak bisa pergi berkencan.” Grandma mencoba menjelaskan. Hari ini dia sudah membuat janji dengan Kenaya untuk berbelanja. “Kenapa harus berbelanja sekarang? Grandma bisa belanja besok saja.” Kean tidak mau kalah d
“Sudahlah, nikmati saja.” Kenaya berusaha untuk menenangkan Kean. Grandma Shea tampak menikmati makan bersama, sambil sesekali bercerita banyak hal yang menarik. Ada Kenaya di rumah itu membuatnya memiliki teman bercerita. “Dulu Grandma berkencan dengan grandpa ke mana saja?” Kenaya penasaran dengan cerita masa muda. “Dulu aku berkencan menonton film, makan, ke taman hiburan.” Grandma Shea menjelaskan seperti apa dulu. “Wah … pasti seru.” Kenaya membayangkan saja sudah senang. “Seru di mana? Kencan itu makan malam romantis.” Kean mencibir apa yang dilakukan nenek dan kakeknya. Kenaya langsung menyenggol Kean. Meminta Kean untuk diam. “Kenangan apa yang Grandma ingat sampai sekarang?” Kenaya begitu penasaran sekali. Grandma Shea mengingat apa yang dilakukannya dulu. “Dulu grandpa mengajak untuk menonton film horor. Dia pikir menonton film horor akan romantis. Tapi, apa kalian tahu. Dia memesan semua tiket di dalam bioskop. Membuat kami hanya berdua saja di dalam bioskop. Sudah
Kean dan Kenaya berjalan keliling komplek dengan sepeda. Mereka berdua mengayuh sepada bersama-sama. Kean dengan sepedanya dan Kenaya dengan sepeda Gemma. Tampak begitu seru ketika mengayuh sepeda keliling komplek. Kebetulan tak jauh dari komplek ada kolam ikan milik salah satu pengusaha. Dibiarkan terbuka agar orang-orang dapat melihatnya. Banyak anak-anak kecil yang melihat ikan-ikan tersebut. Tentu saja itu membuat mereka senang.“Dulu aku sering sekali ke sini melihat ikan-ikan di sini.” Ketika berhenti di kolam tersebut, Kean menceritakannya apa yang dilakukannya dulu. “Wah … pasti seru.” Kenaya membayangkan hal itu pasti seru sekali. Apalagi dilakukan bersama-sama.“Iya, dulu seru. Kami selalu bersama-sama perginya. Apalagi sore hari, udara begitu sejuk.” Kean mengingat bagaimana dulu sewaktu pergi dengan saudara kembarnya dan sepupunya. “Ayo aku tunjukan lagi.” Kean mengajak Kenaya untuk melanjutkan kembali mengayuh sepeda. Mereka berdua kembali mengayuh sepeda. Kean mengaja
Kenaya pasrah. Kean selalu saja memberikan kejutan. Jadi percuma juga dia bertanya berkali-kali. Tidak akan dijawab. Dia memilih untuk melihat saja ke mana Kean membawanya. Kenaya memerhatikan mobil Kean yang melaju. Namun, dia tidak bisa menebak ke mana gerangan Kean akan membawanya. Mobil berhenti di lahan. Tampak bangunan dengan jendela kaca yang cukup besar. Kenaya menebak jika mungkin ini adalah sebuah kafe yang sedang dibangun.Kean segera mengajak Kenaya untuk turun dari mobil. Kenaya mengikuti saja apa yang diminta Kean. “Kamu mau buat kafe?” Kenaya menatap Kean ketika berjalan masuk ke bangunan tersebut. Kean hanya tersenyum. “Ini bukan kafe.”“Lalu apa?” Kenaya penasaran sekali. ‘“Itu.” Kean menunjuk papa nama di depan pintu masuk. Kenaya segera mengalihkan pandangan pada apa yang ditunjuk Kean. Dua bola mata indahnya seketika membulat sempurna. Papa nama itu bertuliskan ‘Kenaya Flower’, artinya bangunan ini adalah toko bunga miliknya, bukan kafe seperti yang dipikirka
Kean terus menggenggam erat tangan Kenaya. Begitu berdebar-debar ketika menunggu hasil apa yang dilihat oleh dokter. “Selamat, Bu Kenaya hamil.” Dokter melihat jika ada janin di rahim Kenaya. Kenaya merasa lega karena akhirnya dia benar-benar hamil. Kean yang bahagia langsung mendaratkan kecupan di punggung tangan sang istri. “Kita akan punya anak.” Kean benar-benar merasa bahagia karena akhirnya dapat memiliki anak kembali. “Iya.” Air mata Kenaya kembali menetes. Setelah dia kehilangan anak. Akhirnya dia kembali diberikan kepercayaan memiliki anak secepat ini. Rasanya benar-benar Kenaya merasa dilimpahi berkah yang begitu banyaknya. “Aku akan punya cucu lagi, Mommy.” Mommy Freya langsung memeluk Grandma Shea benar-benar merasa bahagia akhirnya dapat memiliki cucu lagi. “Iya, aku juga akan punya cicit.” Grandma Shea begitu bahagia sekali. Semua yang berada di ruang dokter begitu bahagia sekali. Karena cicit Adion akan hadir lagi setelah anak dari Lean. Dokter men
“Kita mampir ke apotek.” Kenaya menatap Kean yang sedang sibuk menyetir. “Kamu mau beli apa? Kamu sakit?” tanya Kean sedikit panik ketika mendengar Kenaya meminta ke apotek. “Tidak. Aku hanya mau beli alat tes kehamilan.” Kenaya menjelaskan apa yang membuatnya ingin ke apotek. “Kamu hamil?” tanya Kean menatap Kenaya. “Belum. Aku baru mau mengecek saja.” Kenaya mencoba menjelaskan. “Memang sudah terlambat datang bulan?” Kean begitu penasaran. “Iya, sudah telat dua minggu, Tadi saat mommy tanya dan aku baru ingat.”“Baiklah, kita beli atas tes kehamilan.” Kean begitu bersemangat sekali ketika mendapatkan kabar istrinya terlambat datang bulan. Dia berharap ada Kean junior di dalam rahim sang istri. Mereka sampai di apotek. Kenaya langsung membeli alat tes kehamilan di temani Kean. Ini bukan pertama kali Kenaya membeli alat tes kehamilan. Karena dulu dia pernah membelinya sebelum pernikahan dengan Jerick. Saat sudah mendapatkan alat tes kehamilan. Mereka segera pulang. Rencananya,
Apa yang dikatakan Kean memang benar. Apa yang dilakukan adalah untuk menyalurkan hobi. Apa yang dilakukannya hanya untuk membuatnya bahagia. Jika pun ada banyak orang yang beli, itu adalah nilai tambah saja. “Baiklah.” Kenaya pun mengangguk. Dia jauh lebih tenang ketika sang suami mengatakan hal itu padanya. “Ayo, kita berangkat.” Kean meraih tangan sang istri. Mengajaknya untuk segera ke toko bunga. Kenaya dengan penuh semangat menerima ajakan Kean. Mereka segera berangkat bersama untuk ke toko bunga. Saat sampai di toko bunga, Kean dan Kenaya begitu terkejut. Ternyata ada banyak orang yang sedang menunggu di depan toko. Mereka semua ingin membeli bunga hidup yang tampak cantik sekali. Apalagi memang ada program diskon yang diberikan Kenaya. “Apa mereka benar-benar datang untuk membeli bunga?” Kenaya tidak menyangka jika pembukaan tokonya akan dihadiri banyak orang. “Banyak orang suka berkebun. Jadi wajar jika mereka antusias untuk membeli bunga.” Kean mengulas senyum. Dia sen
Bulan madu yang sudah berakhir mengantarkan Kenaya dan Kean kembali. Tentu saja tempat yang mereka tuju adalah rumah baru mereka. Mereka langsung menempati rumah mereka sesuai dengan keinginan mereka berdua. Hari ini Kean sudah mulai bekerja. Karena itu Kenaya bangun lebih awal untuk mempersiapkan semuanya. Kemarin, Kenaya sudah berbelanja. Jadi pagi ini dia bisa memasak untuk suaminya.Kenaya sibuk di dapur membuat masakan. Pagi ini dia ingin membuat scramble egg. Makanan simple yang pas untuk sarapan. Kenaya memasak sambil mendengarkan musik. Membuatnya semakin bersemangat. Kean yang bangun melihat Kenaya yang asyik memasak dan menggoyangkan tubuhnya. Hal itu membuat senyum manis menghiasi wajahnya. Ternyata tidak ada asisten rumah tangga membuat lebih nyaman. Buktinya sang istri begitu leluasa keluar hanya dengan menggunakan baju tidur pendek dengan tali spageti. Kenaya yang selesai segera berbalik untuk meletakkan scramble egg yang dibuatnya. Namun, alangkah terkejutnya ketika
Seminggu Kean dan Kenaya berada di London. Mereka menikmati banyak tempat di London. Menikmati kuliner di negeri ratu Elisabet tersebut. Keduanya begitu bahagia sekali. Karena akhirnya mimpi mereka untuk ke London sudah terwujud. Hari ini rencananya mereka akan kembali. Naik pesawat pada siang hari. “Kenapa tujuan kita tidak ke Indonesia?” Kenaya menatap suaminya ketika melihat tiket pesawat yang dipegangnya. Tujuan pesawat justru adalah Male. Kota yang berada di Maladewa. Kota dengan laut dan pantai yang begitu indah. “Bulan madu kita belum berakhir.” Kean tersenyum. Kean sengaja mengubah rute. Dia masih ingin menikmati waktu dengan Kenaya. Sengaja memilih pantai karena sejatinya Kean menyukai pantai. Apalagi ketika melihat pantai saat alam hari. Namun, karena janjinya pada Kenaya, dia membawa Kenaya ke London lebih dulu. Kenaya mengulas senyum. Jika ditanya apakah dia suka jika bulan madunya diperpanjang, tentu saja jawabannya iya. Jadi dia tidak menolak ketika sang suami mengaj
“Bukan apa-apa.” Kenaya menggeleng. “Aku tadi melihat jaring ikan di dalam kopermu.” Kean hanya melihat sekilas. Jadi dia mengatakan apa yang dilihatnya saja. Jaring ikan? Kenaya tak habis pikir ucapan Kean. Namun, jika dipikir-pikir memang baju tadi seperti jaring ikan. “Coba lihat.” Kean menghampiri sang istri. Memaksa sang istri membuka koper. “Tidak mau.” Kenaya masih berusaha untuk menutup kopernya. Kean yang melihat hal itu langsung menggelitik tubuh sang istri. Alhasil Kenaya melepaskan pegangannya pada koper. Melihat celah itu, Kean segera membuka koper. Dia langsung mengambil baju yang disembunyikan oleh Kenaya. Kemudian merentangkannya agar dapat melihat baju apa itu. Kean membulatkan matanya ketika melihat jika baju yang disembunyikan Kenaya adalah baju tidur seksi. “Itu dari mommy. Aku baru membukanya tadi.” Kenaya menjelaskan dari mana baju itu berasal. Kean tidak menyangka jika sang mommy memberikan Kenaya baju seperti ini pada istrinya. Sang mommy benar-benar pa
Sesuai janji Kean, sore ini Kean membawa Kenaya ke London Eye. Mereka menuju ke London Eye untuk menikmati melihat kota London. Kean sengaja memesan tempat khusus. Jadi hanya mereka berdua isinya. Jangan ditanya berapa uang yang harus dikeluarkan Kean untuk memesan tempat privat. Pastinya cukup besar. Namun, jika dibanding dengan yang terisi dengan beberapa orang. Kean dan Kenaya masuk ke dalam kapsul. Saat baru masuk, Kenaya dikejutkan dengan meja makan yang terdapat di dalamnya. Tadi dia melihat kapsul lain, tetapi tidak ada meja makan seperti yang dipesan Kean. “Kamu memesannya khusus?” tanya Kenaya memastikan. “Tentu saja. Ini adalah bulan madu kita. Jadi aku ingin yang spesial.” Kean mengulas senyum di wajahnya. Kenaya merasa beruntung sekali karena Kean menyiapkan bulan madu mereka dengan sempurna. Tentu saja ini akan diingatnya sampai kapan pun. “Ayo, masuk.” Kean mengulurkan tangan, mengajak Kenaya untuk masuk ke dalam kapsul tersebut. Kenaya segera masuk.
Waktu sudah menunjukan jam dua belas, tetapi dua insan manusia itu masih asyik saling memeluk di bawah selimut. Kegiatan semalam yang menguras tenaga membuat keduanya begitu lelah sekali. Hingga sesiang ini mereka masih belum mau bangun. Kenaya yang membuka mata lebih dulu melihat Kean yang masih tertidur pulas. Melihat Kean membuat Kenaya membelai lembut wajah Kean. Kenaya merasa bersyukur sekali karena ada Kean di hidupnya. Apalagi kini mereka sudah menjadi pasangan suami dan istri. Tangan halus Kenaya yang membelai lembut wajah Kean membuat Kean yang tidur terbangun. Hal pertama yang dilihat saat membuka mata adalah wajah cantik Kenaya. Senyum manis dari Kenaya menyambutnya, hingga menularkan senyum di wajahnya. “Apa aku sedang bermimpi?” tanya Kean. “Kamu tidak sedang bermimpi. Memangnya kenapa?” Kenaya begitu penasaran sekali.“Karena aku melihat bidadari di depanku. Jadi aku pikir aku bermimpi.” Kenaya langsung tersenyum mendengar ucapan Kean. “Coba aku cek dulu.” Kean men
Kenaya membenarkan apa yang dikatakan oleh Kean. Kamar mandi begitu tampak romantis. Apalagi tampak begitu indah dengan pemandangan kota yang terlihat dari atas. “Kaca itu transparan?” tanya Kenaya ketika menyadari pemandangan kota terlihat dari dalam. “Kaca itu memang memperlihatkan pemandangan dari luar, tetapi ketika melihat dari luar, pemandangan dari sini tidak terlihat.” Kean mencoba menjelaskan pada Kenaya. Kenaya mengangguk mengerti. “Tapi, aku tetap tidak nyaman.” Kenaya merasa tidak leluasa. “Aku akan menutupnya.” Kean tidak mau sampai Kenaya tidak nyaman. Karena itu, dia segera mengambil remote dan menutup jendela tersebut. Kenaya lebih lega ketika melihat kaca kini tertutup. Paling tidak dia akan lebih nyaman. Kean segera beralih kembali pada sang istri. Memutar tubuh sang istri untuk dapat meraih ritsleting gaun yang dipakai. Perlahan Kean menurunkan ritsleting gaun tersebut. Kenaya memejamkan matanya ketika tangan Kean terasa menurunkan ritsleting gaunnya. Jantung