“Grandma pelit sekali.” Kean menatap malas pada sang nenek. Sepertinya memang semua orang berusaha untuk memisahkan dirinya dan Kenaya. “Iya, agar kamu dan Kenaya tidak melakukan hal-hal yang luar norma lagi.” Grandma Shea tersenyum. “Aku tidak melakukannya, Grandma.” Kean berusaha meyakinkan.Grandma Shea hanya tersenyum saja. Kemudian mengajak Kenaya dan Gemma untuk ke dapur. Menyiapkan makan siang bersama. Meninggalkan Kean bersama dengan Grandpa Bryan. “Cucu Adion itu punya banyak akal.” Grandpa Bryan berbisik pada Kean ketika istrinya ke dapur. “Iya, aku tahu.” Kean tersenyum. Kakek dan cucu sama saja. Mereka sama-sama licik dalam hal ini. Selalu dapat mengambil kesempatan dalam kesempitan. Selalu punya banyak cara untuk mendapatkan keuntungan. Grandma Shea di dapur menyiapkan masakan dibantu oleh Kenaya dan Gemma. Mereka berdua begitu bersemangat memasak karena dapat bercerita dengan Grandpma Shea. “Jadi dulu, Grandpa selalu saja mengambil kesempatan dalam kesempitan. Men
Di lantai atas, Kean mencari keberadaan Kenaya di kamarnya. Dia membuka pintu kamar Kenaya tanpa mengetuk lebih dulu. Karena takut ketukan pintu yang dilakukan terdengar oleh sang nenek. Di dalam kamar, Kenaya dikejutkan dengan keberadaan Kean yang tiba-tiba masuk ke kamarnya. “Kean.” Dia tidak menyangka jika Kean berani masuk ke kamarnya. “Sayang.” Kean menghampiri Kenaya, berusaha untuk memeluk Kenaya. “Nanti grandma akan lihat.” Sayangnya, Kenaya mendorong tubuh Kean. Dia takut Grandma Shea masuk ke kamarnya. “Grandma tidak akan masuk, dia sedang menikmati kuenya.” Kean tersenyum dan kembali mendekat ke arah Kenaya. “Kamu membuat sedang menyogok grandma untuk bertemu aku?” Kenaya menatap Kean penuh curiga. Kean tersenyum. “Iya, aku ingin bertemu denganmu. Jadi aku melakukan berbagai cara.” Kenaya hanya tersenyum saja ketika melihat aksi Kean. Dia sudah menebak jika sang kekasih hati itu pasti akan berusaha untuk mendekatinya. Di saat Kean sedang melancarkan rayuan maut untu
“Bagaimana perkembangan pengajuan perceraiannya?” Kean menatap pengacara. “Kami sedang mengurusnya. Rencananya sidang perdana akan diadakan besok, Pak.” Pengacara mencoba menjelaskan. “Baiklah, tolong urus secepat mungkin.” “Baik, Pak.” Pengacara mengangguk. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Pengacara segera berlalu meninggalkan ruangan Kean. “Silakan.” Kean mengangguk. Pengacara tadi datang untuk membahas tentang beberapa perihal hukum untuk proyek baru Kean. Karena itu Kean sekalian bertanya tentang proses perceraian sekalian. Kean hanya bisa berharap perceraian Kenaya bisa segera terselesaikan. Jadi mereka bisa segera menikah. Kean tidak sabar untuk hidup bersama dengan Kenaya. Suara telepon yang terdengar membuat Kean segera mengalihkan pandangan. Dia mengangkat sambungan telepon tersebut. “Maaf, Pak. Pihak majalah Syailend Bisnis sudah datang. Apa Pak Kean mau melakukan wawancara sekarang?” Sekretaris Kean bertanya melalaui sambungan telepon. Hari ini Kean ada wawancara d
“Ini rumah sakit, tidak mungkin juga kalian melakukan hal-hal aneh.” Mommy Freya memang melarang anak, tetapi tentu saja di tempat-tempat seperti ini bukan masalah. “Kita lihat saja.” Kean menyeringai. Senang sekali menggoda sang mommy. Mommy Freya hanya menatap malas pada sang anak. Anaknya memang benar-benar nakal. Senang sekali menggodanya. Mommy Freya segera keluar dari ruangan perawatan. Meninggalkan Kean dan Kenaya. “Kamu ini senang sekali menggoda, Mommy.” Kenaya menegur Kean.Kean tersenyum. “Istirahatlah. Agar kamu cepat pulih.” Kenaya meraih tangan Kean dan menggenggamnya. Kean mendaratkan kecupan di punggung tangan Kenaya. “Melihatmu saja aku sudah pulih.” “Kamu ini.” Kenaya hanya bisa menggeleng heran. Kean selalu saja punya cara untuk merayunya.Setelah beberapa saat Kean memilih beristirahat. Karena tadi dia bangun pagi-pagi dan harus operasi pagi hari, jadi dia merasa mengantuk. Kenaya senantiasa menemani Kean. Menjaga Kean di sisinya. Keluarga satu per satu data
“Tidak apa-apa.” Grandpa Bryan mengelak. Grandma Shea hanya menatap curiga. Dia yakin jika sang suami sedang berbicara hal yang aneh. Pikirannya selalu curiga jika dia dan besannya berbisik. Puas menjenguk Kean, akhirnya semua anggota keluarga pulang. Membiarkan Kean untuk beristirahat agar cepat pulih. Mommy Freya dan Daddy El datang saat sore hari. Mereka berdua ikut menjaga Kean. “Yang sakit itu kaki. Tanganmu bisa untuk makan ‘kan?” tanya Daddy El menyindir Kean yang begitu manja disuapi. “Kapan lagi aku bisa manja jika tidak sakit.” Kean menyeringai. Daddy El menatap malas pada sang anak. Entah dia heran gen siapa yang ada pada anaknya itu. Perasan El, dia tidak seperti itu. Sang istri pun juga sama tidak seperti Kean. “Belum jadi suami saja sudah manja, bagaimana jika sudah jadi suami?” Mommy Freya ikut mengomentari. “Dia belum tahu saja, jika tempatnya akan digeser nanti.” Daddy El menambahkan. “Siapa yang berani?” Kean masih merasa jika dia tetap akan jadi pemenang. “
Kean menautkan kedua alisnya. Merasa bingung, memang ada apa dengan bibirnya. Setahunya bentuk bibirnya sama dengan Lean. “Memang ada apa dengan bibirku?” tanyanya ingin tahu. “Di sudut bibirmu ada tanda lahir.” Kenaya menjelaskan lagi.“Oh … ya?” Kean merasa tidak pernah melihatnya. Jadi tidak tahu. Kenaya memikirkan bagaimana menujukannya. Akhirnya dia mengambil ponsel dan menggeser ke layar kamera. Menggunakan kamera depan untuk membuat Kean dapat melihatnya. “Lihat dan perhatikan.” Kenaya mendekat ke arah Kean. Kepalanya berada tepat di samping Kean. Kemudian mengarahkan ponsel ke arah Kean. “Lihatlah, di sudut bibirmu yang bawah ada tanda bulat kecil.” Kenaya menunjukan di layar ponselnya. Kean yang penasaran melihat dengan jelas dari ponsel Kenaya, dan memang benar jika ternyata di sudut bibirnya ada tanda lahir. “Ke mana saja aku selama dua puluh lima tahun tidak tahu aku punya tanda lahir di sudut bibir.” Dia menertawakan dirinya sendiri. Tidak menyangka jika ternyata dia
Tiga bulan berlalu begitu cepatnya. Sidang putusan cerai akan dibacakan besok. Hari ini Kean bersiap untuk pergi ke sana. Kean datang ke rumah grandma dan grandpa untuk bertemu dengan Kenaya. “Grandma.” Kena menyapa sang grandma ketika datang. “Grandpa.” Kemudian beralih pada sang grandpa. “Ke mana Kenaya, Grandpa, Grandma?” Dia melihat kedua kakek dan neneknya bergantian“Ada di taman belakang.” Grandma Shea memberitahu ke mana Kenaya.“Aku akan temui Kenaya dulu.” Kean segera ke taman belakang. Mencari keberadaan Kenaya. Tampak Kenaya sedang menyirami tanaman. Kean segera menghampiri. “Hai.” Dia menyapa Kenaya. Kenaya membuang muka ketika melihat Kean. Dia masih kesal karena Kean akan pergi ke pengadilan menghadiri putusan perceraiannya. Bukan tanpa alasan Kenaya kesal. Karena dia merasa jika itu berbahaya untuk Kean. Apalagi posisinya Kean akan berangkat sendiri. “Kamu masih marah padaku?” Kean memiringkan wajahnya untuk melihat wajah Kenaya. Kenaya terus membuang muka. “Saya
Kenaya tidak menjawab, tetapi memberikan anggukan. “Apa kamu mau mendengar apa putusan pengadilan?” Kean menatap Kenaya lekat. “Apa putusan pengadilan?” Kenaya begitu penasaran sekali. “Pengadilan memutuskan jika kamu sudah resmi bercerai.” Kean tersenyum ketika memberitahu Kenaya. Kenaya kembali menangis. Akhirnya dia benar-benar terbebas dari Jerick. Setelah ini dia akan hidup dengan baik. Setelah ini dia bisa menata hidupnya dengan baik. Melihat Kenaya yang menangis membuat Kean kembali memeluk. “Ini adalah gerbang pembuka untuk kamu membuka kehidupan baru. Sambutkan kehidupan barumu. Semoga setelah ini hanya kebahagiaan yang menyertaimu.” Kean hanya bisa memberikan doa terbaiknya. Kenaya mengangguk. Dia juga berharap jika ini adalah jalan pembuka untuk kehidupan barunya. Kenaya sudah berhenti menangis. Dia mendengar cerita Kean selama sidang. Ternyata bukti yang diberikan tidak ada yang dibantah sama sekali oleh Jerick. Itulah yang membuat gugatannya begitu cepat. Setelah
Kean terus menggenggam erat tangan Kenaya. Begitu berdebar-debar ketika menunggu hasil apa yang dilihat oleh dokter. “Selamat, Bu Kenaya hamil.” Dokter melihat jika ada janin di rahim Kenaya. Kenaya merasa lega karena akhirnya dia benar-benar hamil. Kean yang bahagia langsung mendaratkan kecupan di punggung tangan sang istri. “Kita akan punya anak.” Kean benar-benar merasa bahagia karena akhirnya dapat memiliki anak kembali. “Iya.” Air mata Kenaya kembali menetes. Setelah dia kehilangan anak. Akhirnya dia kembali diberikan kepercayaan memiliki anak secepat ini. Rasanya benar-benar Kenaya merasa dilimpahi berkah yang begitu banyaknya. “Aku akan punya cucu lagi, Mommy.” Mommy Freya langsung memeluk Grandma Shea benar-benar merasa bahagia akhirnya dapat memiliki cucu lagi. “Iya, aku juga akan punya cicit.” Grandma Shea begitu bahagia sekali. Semua yang berada di ruang dokter begitu bahagia sekali. Karena cicit Adion akan hadir lagi setelah anak dari Lean. Dokter men
“Kita mampir ke apotek.” Kenaya menatap Kean yang sedang sibuk menyetir. “Kamu mau beli apa? Kamu sakit?” tanya Kean sedikit panik ketika mendengar Kenaya meminta ke apotek. “Tidak. Aku hanya mau beli alat tes kehamilan.” Kenaya menjelaskan apa yang membuatnya ingin ke apotek. “Kamu hamil?” tanya Kean menatap Kenaya. “Belum. Aku baru mau mengecek saja.” Kenaya mencoba menjelaskan. “Memang sudah terlambat datang bulan?” Kean begitu penasaran. “Iya, sudah telat dua minggu, Tadi saat mommy tanya dan aku baru ingat.”“Baiklah, kita beli atas tes kehamilan.” Kean begitu bersemangat sekali ketika mendapatkan kabar istrinya terlambat datang bulan. Dia berharap ada Kean junior di dalam rahim sang istri. Mereka sampai di apotek. Kenaya langsung membeli alat tes kehamilan di temani Kean. Ini bukan pertama kali Kenaya membeli alat tes kehamilan. Karena dulu dia pernah membelinya sebelum pernikahan dengan Jerick. Saat sudah mendapatkan alat tes kehamilan. Mereka segera pulang. Rencananya,
Apa yang dikatakan Kean memang benar. Apa yang dilakukan adalah untuk menyalurkan hobi. Apa yang dilakukannya hanya untuk membuatnya bahagia. Jika pun ada banyak orang yang beli, itu adalah nilai tambah saja. “Baiklah.” Kenaya pun mengangguk. Dia jauh lebih tenang ketika sang suami mengatakan hal itu padanya. “Ayo, kita berangkat.” Kean meraih tangan sang istri. Mengajaknya untuk segera ke toko bunga. Kenaya dengan penuh semangat menerima ajakan Kean. Mereka segera berangkat bersama untuk ke toko bunga. Saat sampai di toko bunga, Kean dan Kenaya begitu terkejut. Ternyata ada banyak orang yang sedang menunggu di depan toko. Mereka semua ingin membeli bunga hidup yang tampak cantik sekali. Apalagi memang ada program diskon yang diberikan Kenaya. “Apa mereka benar-benar datang untuk membeli bunga?” Kenaya tidak menyangka jika pembukaan tokonya akan dihadiri banyak orang. “Banyak orang suka berkebun. Jadi wajar jika mereka antusias untuk membeli bunga.” Kean mengulas senyum. Dia sen
Bulan madu yang sudah berakhir mengantarkan Kenaya dan Kean kembali. Tentu saja tempat yang mereka tuju adalah rumah baru mereka. Mereka langsung menempati rumah mereka sesuai dengan keinginan mereka berdua. Hari ini Kean sudah mulai bekerja. Karena itu Kenaya bangun lebih awal untuk mempersiapkan semuanya. Kemarin, Kenaya sudah berbelanja. Jadi pagi ini dia bisa memasak untuk suaminya.Kenaya sibuk di dapur membuat masakan. Pagi ini dia ingin membuat scramble egg. Makanan simple yang pas untuk sarapan. Kenaya memasak sambil mendengarkan musik. Membuatnya semakin bersemangat. Kean yang bangun melihat Kenaya yang asyik memasak dan menggoyangkan tubuhnya. Hal itu membuat senyum manis menghiasi wajahnya. Ternyata tidak ada asisten rumah tangga membuat lebih nyaman. Buktinya sang istri begitu leluasa keluar hanya dengan menggunakan baju tidur pendek dengan tali spageti. Kenaya yang selesai segera berbalik untuk meletakkan scramble egg yang dibuatnya. Namun, alangkah terkejutnya ketika
Seminggu Kean dan Kenaya berada di London. Mereka menikmati banyak tempat di London. Menikmati kuliner di negeri ratu Elisabet tersebut. Keduanya begitu bahagia sekali. Karena akhirnya mimpi mereka untuk ke London sudah terwujud. Hari ini rencananya mereka akan kembali. Naik pesawat pada siang hari. “Kenapa tujuan kita tidak ke Indonesia?” Kenaya menatap suaminya ketika melihat tiket pesawat yang dipegangnya. Tujuan pesawat justru adalah Male. Kota yang berada di Maladewa. Kota dengan laut dan pantai yang begitu indah. “Bulan madu kita belum berakhir.” Kean tersenyum. Kean sengaja mengubah rute. Dia masih ingin menikmati waktu dengan Kenaya. Sengaja memilih pantai karena sejatinya Kean menyukai pantai. Apalagi ketika melihat pantai saat alam hari. Namun, karena janjinya pada Kenaya, dia membawa Kenaya ke London lebih dulu. Kenaya mengulas senyum. Jika ditanya apakah dia suka jika bulan madunya diperpanjang, tentu saja jawabannya iya. Jadi dia tidak menolak ketika sang suami mengaj
“Bukan apa-apa.” Kenaya menggeleng. “Aku tadi melihat jaring ikan di dalam kopermu.” Kean hanya melihat sekilas. Jadi dia mengatakan apa yang dilihatnya saja. Jaring ikan? Kenaya tak habis pikir ucapan Kean. Namun, jika dipikir-pikir memang baju tadi seperti jaring ikan. “Coba lihat.” Kean menghampiri sang istri. Memaksa sang istri membuka koper. “Tidak mau.” Kenaya masih berusaha untuk menutup kopernya. Kean yang melihat hal itu langsung menggelitik tubuh sang istri. Alhasil Kenaya melepaskan pegangannya pada koper. Melihat celah itu, Kean segera membuka koper. Dia langsung mengambil baju yang disembunyikan oleh Kenaya. Kemudian merentangkannya agar dapat melihat baju apa itu. Kean membulatkan matanya ketika melihat jika baju yang disembunyikan Kenaya adalah baju tidur seksi. “Itu dari mommy. Aku baru membukanya tadi.” Kenaya menjelaskan dari mana baju itu berasal. Kean tidak menyangka jika sang mommy memberikan Kenaya baju seperti ini pada istrinya. Sang mommy benar-benar pa
Sesuai janji Kean, sore ini Kean membawa Kenaya ke London Eye. Mereka menuju ke London Eye untuk menikmati melihat kota London. Kean sengaja memesan tempat khusus. Jadi hanya mereka berdua isinya. Jangan ditanya berapa uang yang harus dikeluarkan Kean untuk memesan tempat privat. Pastinya cukup besar. Namun, jika dibanding dengan yang terisi dengan beberapa orang. Kean dan Kenaya masuk ke dalam kapsul. Saat baru masuk, Kenaya dikejutkan dengan meja makan yang terdapat di dalamnya. Tadi dia melihat kapsul lain, tetapi tidak ada meja makan seperti yang dipesan Kean. “Kamu memesannya khusus?” tanya Kenaya memastikan. “Tentu saja. Ini adalah bulan madu kita. Jadi aku ingin yang spesial.” Kean mengulas senyum di wajahnya. Kenaya merasa beruntung sekali karena Kean menyiapkan bulan madu mereka dengan sempurna. Tentu saja ini akan diingatnya sampai kapan pun. “Ayo, masuk.” Kean mengulurkan tangan, mengajak Kenaya untuk masuk ke dalam kapsul tersebut. Kenaya segera masuk.
Waktu sudah menunjukan jam dua belas, tetapi dua insan manusia itu masih asyik saling memeluk di bawah selimut. Kegiatan semalam yang menguras tenaga membuat keduanya begitu lelah sekali. Hingga sesiang ini mereka masih belum mau bangun. Kenaya yang membuka mata lebih dulu melihat Kean yang masih tertidur pulas. Melihat Kean membuat Kenaya membelai lembut wajah Kean. Kenaya merasa bersyukur sekali karena ada Kean di hidupnya. Apalagi kini mereka sudah menjadi pasangan suami dan istri. Tangan halus Kenaya yang membelai lembut wajah Kean membuat Kean yang tidur terbangun. Hal pertama yang dilihat saat membuka mata adalah wajah cantik Kenaya. Senyum manis dari Kenaya menyambutnya, hingga menularkan senyum di wajahnya. “Apa aku sedang bermimpi?” tanya Kean. “Kamu tidak sedang bermimpi. Memangnya kenapa?” Kenaya begitu penasaran sekali.“Karena aku melihat bidadari di depanku. Jadi aku pikir aku bermimpi.” Kenaya langsung tersenyum mendengar ucapan Kean. “Coba aku cek dulu.” Kean men
Kenaya membenarkan apa yang dikatakan oleh Kean. Kamar mandi begitu tampak romantis. Apalagi tampak begitu indah dengan pemandangan kota yang terlihat dari atas. “Kaca itu transparan?” tanya Kenaya ketika menyadari pemandangan kota terlihat dari dalam. “Kaca itu memang memperlihatkan pemandangan dari luar, tetapi ketika melihat dari luar, pemandangan dari sini tidak terlihat.” Kean mencoba menjelaskan pada Kenaya. Kenaya mengangguk mengerti. “Tapi, aku tetap tidak nyaman.” Kenaya merasa tidak leluasa. “Aku akan menutupnya.” Kean tidak mau sampai Kenaya tidak nyaman. Karena itu, dia segera mengambil remote dan menutup jendela tersebut. Kenaya lebih lega ketika melihat kaca kini tertutup. Paling tidak dia akan lebih nyaman. Kean segera beralih kembali pada sang istri. Memutar tubuh sang istri untuk dapat meraih ritsleting gaun yang dipakai. Perlahan Kean menurunkan ritsleting gaun tersebut. Kenaya memejamkan matanya ketika tangan Kean terasa menurunkan ritsleting gaunnya. Jantung