Langkah panjang Akbi menderap memasuki rumahnya, ia yakin sang istri berada di dalam karena malam sudah turun dan Bee sudah tidak dikejar deadline lagi seperti beberapa hari lalu sehingga tidak mungkin ia masih berada di rumah produksi Ibu Aneu.Ketika turun dari mobil tadi ia sempat menyapa Gio yang sedang merokok di balkon kamarnya di lantai dua.Terkadang setan dalam hatinya menghasut agar Akbi menyesali kepindahannya ke sini karena bisa saja Gio menyelinap masuk dan berselingkuh dengan istrinya ketika ia sedang tidak ada secara Gio selalu ada di rumah Ibu Aneu yang hanya berjarak lima langkah dari rumahnya, lelaki itu juga tidak memiliki pekerjaan tetap selama tiga bulan masa libur berlayarnya. Namun Akbi menggelengkan kepala pelan sambil tersenyum penuh makna, perempuan lain mungkin bisa seperti itu tapi Bee tidak akan pernah melakukannya.Akbi juga melakukan semua ini semata-mata untuk mempermudah Bee dalam urusan pekerjaannya.Sang istri bisa langsung pulang setelah lelah beke
“Bro! Ada balapan liar malam ini ...,” kata Raka yang baru saja tiba.“Jangan buat onar deh lo, Akbi udah mau jadi Bapak-bapak yang baik dan benar ini ... lo jangan pengaruhin yang enggak-enggak lagi,” tukas Zidan dan setelahnya Akbi terkekeh.Ia merasa tidak enak sendiri karena sudah lama tidak gabung bersama mereka menikmati hidup dengan cara brutal seperti dulu.“Oh iya gue lupa, jangankan balapan liar ... clubbing aja dia mah udah insyaf,” sindir Raka kemudian tergelak.“Tapi gue salut ya, Bi ... lo ninggalin itu semua demi, Bee ... padahal lo tuh badung banget, gilaaa!!!” Akbi tersenyum menanggapi ucapan Zidan, ia menegakkan tubuhnya. “Sebetulnya Bee enggak pernah minta gue berubah ... kalau berubah jadi pemimpin yang baik di perusahaan Papa, sih iya ... tapi untuk clubbing atau ketemu Anggit sekalipun, dia enggak pernah permasalahin.” Akbi menjelaskan.“Ya untuk menjadi seperti itu tanpa lo sadari atau enggak, lo udah merubah kebiasaan buruk lo ... lo harus bangun pagi untuk ke
Akbi menatap kosong langit-langit kamar, tangannya masih mengelus punggung Bee yang polos .Sang istri belum memakai kembali baju tidurnya setelah sesi percintaan mareka tadi dan malah begitu nyaman melesakkan wajah di dadahnya.Beberapa saat Akbi merasakan hembusan nafas Bee teratur tanda bila Bee sedang memejamkan mata karena tidak ada geli akibat bulu mata sang istri yang terkibas mengenai kulit dadanya yang juga polos.“Kamu mikirin apa, sayang?” Bee dengan suara lembutnya bertanya membuat Akbi mengeratkan pelukan kemudian mengecup puncak kepala sang istri tersayang.“Enggak mikirin apa-apa,” Akbi berdusta padahal ia sedang memikirkan kejadian tadi siang ketika melihat Diana bersama seorang pria muda.“Aku tau kamu bohong, tapi aku enggak akan maksa kalau kamu enggak percaya sama aku ... kamu sendiri yang bilang untuk mengungkapkan semuanya dan kalau sekarang kamu enggak berbuat sesuai dengan apa yang kamu minta sama aku ... aku akan tetap melakukan apa yang kamu minta itu,” ujar
Bee membuka matanya, sinar matahari baru akan muncul namun pagi ini ia dan sang suami masih terbaring malas di atas ranjang karena hari ini adalah weekend, hari yang selalu mereka nantikan.Lengan lelaki itu terentang hingga Bee dapat berbantal di sana. Bee merubah posisi menjadi miring lalu mengangkat tubuhnya sedikit menopang pada sikut agar bisa menatap wajah tampan sang suami.Ia menarikan jari telunjuknya mulai dari kening lalu turun ke hidung melewati bibir dan berakhir di dagu Akbi yang terbelah.Gerakan seringan bulu itu membuat Akbi membuka matanya kemudian tersenyum lalu memejamkan mata kembali.“Jadi ini yang namanya mimpi ketemu bidadari tuh.” Bee tertawa pelan dengan pipi memerah, kenapa sih Akbi selalu bisa membuatnya tersipu?Gombalan yang dikeluarkan dengan suara sexynya apa lagi bangun tidur seperti ini dan tanpa ekspresi itu selalu mampu membuat Bee jatuh cinta berulang kali.“Bi, anter aku ke supermarket ya.” “Ngapain? Bukannya baru kemaren kita belanja bulanan.”
“Ada apa? Saya cuma punya waktu satu jam karena harus kembali ke kantor menyiapkan meeting dengan para Direktur.Aldo yang baru saja duduk di depan Akbi langsung berkata demikian.Di hari kerja yang sangat sibuk seperti ini anak Bosnya meminta bertemu, apa Akbi tidak memiliki pekerjaan lain, pikir Aldo mengeluh.“Sok sibuk lo, Al ... gue aja yang CEO enggak serepot elo,” Akbi menggerutu lalu menyesap kopinya.Akbi memang sengaja meminta Aldo menemuinya di sebuah coffeshop untuk membicarakan sesuatu.“Karena kamu di bantu Rani dan Rani lah yang paling sibuk, sama seperti saya.” Akbi berdecak namun tidak membantah karena memang benar adanya.Setiap sekertaris pasti memiliki pekerjaan yang berat meski tidak memiliki target khusus untuk dicapai tapi mereka harus mengakomodir semua keperluan Bosnya dan menyiapkan segala sesuatu agar berjalan lancar.Aldo memanggil pelayanan, memesan kopi untuk menambah energinya siang ini.“Ada yang mau gue omongin sama lo,” kata Akbi setelah pelayan perg
“Tante Diana? Lagi apa di sini?” Diana nyaris terlonjak mendengar suara yang begitu ia kenal memanggilnya.Diana langsung menepis tangan Dicky di pundaknya.“Anggit ... eee ... ini Tante abis dari apartemen temen Tante.” “Dicky?” Belum jelas Diana menjawab, Anggit yang ternyata sudah mengenal Dicky lalu menyapa lelaki itu.“Hai ... Git,” balas Dicky santai.“Ka ... kalian kenal?” Diana bertanya terbata, dengan mata membulat dan telunjuk yang mengarah kepada Anggit dan Dicky. “Kenal donk Tan, dulu kita satu manajemen artis ... Tante kenal Dicky juga?” Pertanya bernada aneh dan sorot mata curiga itu membuat Diana kelabakan.Ia memang mengetahui bila Dicky adalah artis yang sedang merintis karir, lelaki itu pernah menceritakannya setelah mereka bercinta tapi ia tidak menduga bila Dicky mengenal Anggit.“i ... iya, Dicky anaknya temen Tante yang tinggal di apartemen ini, dan kita enggak sengaja mau turun bareng dari apartemen temen Tante ...,” balas Diana berdusta.Padahal Diana baru s
Ponsel Akbi yang diletakan di atas nakas bergetar, Bee hanya melirik sekilas kemudian mengabaikannya karena ia rasa bila itu hanyalah sebuah pesan yang masuk bukan panggilan mendesak yang perku Akbi jawab dengan segera.Namun getar pendek-pendek itu membuat Bee penasaran dengan siapa pengirim pesan tersebut karena didengar dari suara getarnya yang sering, si pengirim tampaknya mengetik satu kata satu kata lalu mengirimkannya.Bee beranjak dari sofa besar di dalam kamar, langkahnya begitu ringan menapaki lantai berkarpet itu hendak mencari tau siapa pengirim pesan singkat tersebut.Suara gemericik air di dalam kamar mandi menandakan sang suami masih asyik membersihkan tubuhnya setelah olah raga pagi di weekend yang cerah ini.Bee mengusap layar pipih tersebut dengan Ibu jarinya menampilkan foto keduanya ketika ia sedang memakai toga yang diambil beberapa bulan lalu ketika ia wisuda.Tangan Bee tanpa sadar mengusap perutnya, baru dua puluh satu tahun lalu ia menjadi bayi kemudian lulus
Bee masih menangis ketika ia sudah masuk ke dalam kamar hotel.Hatinya terasa sakit padahal ia sendiri sadar bila tidak seharusnya ia seperti itu namun seakan kedua janin dalam perutnya mengendalikan perasaan Bee saat ini.Anggap saja janin kembar itu tidak rela Daddynya berhubungan dengan wanita lain selain sang Mommy.“Bee, kamu enggak kasian sama anak kamu? Kalau kamu sedih itu akan berpengaruh sama bayi-bayi kamu ... mending makan ya, Akbi udah minta pihak hotel anterin makanan ke sini.” Jessie yang sedari tadi menemani Bee merasa kasihan bukan hanya kepada Bee tapi juga kepada Akbi yang tampak putus asa menghadapi istrinya yang bertingkah tidak jelas sampai ingin liburan ke Bandung segala.“Mbak Jessie aja yang makan,” balas Bee sambil terisak.Jessie mengembuskan nafas lalu duduk di samping Bee yang tengah menatap jendela sambil berlinang air mata.“Pemandangannya indah Bee, kamu enggak pengen menikmati pemandangan itu dalam pelukan Akbi? Memang dia salah apa sih Bee sampe dihu