Share

9. Wanita Cantik

Penulis: Raisya_J
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah mendengar perkataan sang istri, Rangga langsung menarik selimut lalu pergi tidur. Lelaki itu tidak mau mendengar perkataan Elisa lagi, dia memilih tidur saja.

Sedangkan Elisa, dia menghembuskan napas kasar sambil menatap lekat kepada suaminya. Dirinya pun memilih untuk tidur juga, karena sudah mendengar suara dengkuran halus dari arah Deon.

"Aku harap kamu akan mengerti maksud dari perkataanku, Pah." Elisa menarik selimut, dia memejamkan mata lalu tidak lama tertidur.

*

"Astaga, aku kesiangan!" pekik Elisa.

Wanita itu segera berlari ke kamar mandi, mencuci wajah lalu pergi ke dapur. Namun, saat dia baru ingin melangkahkan kaki, terdengar suara bel di depan sana.

"Siapa, ya?" Elisa menuju ke arah pintu utama.

Elisa bertanya-tanya di dalam hatinya, dengan siapa gerangan tamu yang berada di balik pintu.

"Maaf, mengganggu!" ucap Haura.

Elisa menghela napas melihat ada seorang wanita cantik yang datang ke rumahnya. Apalagi melihat rantang dan mangkuk di tangan wanita tersebut.

"Anda ibunya Dean, ya?" tanya Haura basa-basi.

"Iya, maaf kamu siapa, ya?"

"Em, saya tetangga baru yang menghuni rumah kosong di sebelah. Maaf saya baru aja balikin ini, gak enak soalnya kalau balikin dengan keadaan kosong." Haura menyerahkan rantang dan mangkuk yang sama-sama berisi makanan di dalamnya.

"Wah, kalau gini malah tante yang jadi merepotkan kamu. Padahal kalau kosong juga gak apa," ucap Elisa.

Elisa merasa kagum dengan wanita cantik yang berada di depannya ini, selain cantik ternyata wanita itu sangat sopan sekali kepada orang lebih tua seperti dirinya.

"Enggak apa, Tante. Lagi pula Anda udah masakin saya makanan dalam dua malam ini," ucap Haura tersenyum manis.

Sedangkan Elisa dia merasa tidak melakukan hal tersebut, karena dirinya pun tidak tahu kalau ada orang yang menghuni rumah kosong di sebelahnya. Orang yang mengantar makanan adalah Dean, anaknya sendiri, tetapi dirinya tidak mungkin mengatakan hal itu.

"Kamu mau masuk dulu? Ikut makan bersama dengan keluarga tante," ucap Elisa menawarkan untuk ikut makan bersama.

"Enggak usah, Tante. Saya sudah makan di rumah dan sekarang mau berangkat ke toko, saya pamit." Haura melambaikan tangan kepada Elisa.

Elisa menatap wanita cantik itu, dia bahkan tidak tahu namanya, jadi bagaimana mungkin dirinya menyuruh Dean untuk mengantarkan makanan dalam dua hari ini.

Namun, dia tidak mau memikirkan banyak hal, karena sekarang sudah kesiangan. Jadi sekarang dia harus menyajikan makanan yang diberikan oleh wanita tersebut, baru membangunkan kedua lelakinya.

"Harum banget ih masakan, Mama!" Rangga memeluk istrinya di belakang.

Padahal Elisa masih belum membangunkan lelaki itu, tetapi Rangga malah sudah bangun dan berpakaian rapi.

"Bi, Dean udah bangun?" tanya Elisa kepada Bi Titin, pembantunya.

"Kayaknya belum, Bu. Karena dari tadi gak keluar dari kamar," sahut Bi Titin.

"Kalau begitu, tata semua makanannya di meja, aku mau bangunin Dean dulu!" perintah Elisa.

Elisa sengaja tidak menghiraukan suaminya, dia mau kalau Rangga menyadari kesalahan apa yang lelaki itu perbuat.

Rangga hanya menatap istrinya dengan cemberut, lelaki itu memilih duduk saja di kursi sambil menunggu kedatangan anak dan istrinya.

"Dean, bangun!" pekik Elisa.

Elisa sekarang sedang kesal, sedari tadi membangunkan sang anak tetapi tidak kunjung bangun.

"Bentar lagi, Ma," gumam Dean.

Dean masih betah berada berlama-lama di dalam selimut, dia tidak tahu kalau wajah sang ibu sudah memerah karena menahan amarah sedari tadi.

"Dean, bangun! Kamu bilang ada kelas pagi hari ini, tapi dari tadi dibangunin sulit banDean" geram Elisa.

Elisa memegangi kepalanya yang terasa berdenyut nyeri, memang dia tidak pernah bisa marah-marah seperti sekarang. Karena kepalanya akan terasa nyeri, kalau dirinya marah.

"Ma, udah! Biar aku yang bangunin Dean, kamu pergi makan aja duluan, ya." Rangga mengusap pelan pundak sang istri.

"Bangunin dia! Jangan malah dia bilang gak mau kuliah, kamu turutin!" Elisa pergi sambil mendengus kesal.

Sedangkan Rangga, dia duduk di tepi ranjang anaknya untuk membangunkan Dean. Tentu saja dia membangunkan dengan lembut, tidak seperti Elisa yang berteriak.

"Dean, bangun! Nanti mamamu datang kemari dan marah-marah lagi kalau melihatmu gak bangun aja dari tadi." Rangga mengguncang tubuh Dean pelan.

"Bentar lagi, Pa! Mataku masih ngantuk," tolak Dean.

"Ayolah, nanti papa sama Mama akan bertengkar lagi, kalau kamu gak bangun-bangun! Kamu kan kemarin bilang, kalau ada kelas pagi," bujuk Rangga.

"Nanti aja." Dean malah semakin merapatkan selimutnya.

"Sayang sekali, padahal tadi ada cewek cantik yang datang membawa makanan kemari. Dia bilang, dia adalah tetangga sebelah." Rangga beranjak dari ranjang, lalu berjalan keluar.

Dean yang mendengar kalau ada wanita cantik tetangga sebelah, dirinya segera bangun, karena tahu kalau wanita itu adalah Haura. Lelaki itu segera mencuci wajah dan berganti pakaian dengan rapi, lalu berlari keluar kamar untuk menemui Haura.

"Nah, Dean udah bangunkan," ucap Rangga kepada Elisa.

"Mana Haura?" Dean melirik kesana-kemari, mencari keberadaan wanita cantik itu.

"Maksud kamu tetangga baru kita itu? Dia cuma nganterin makan ini, lalu pergi," sahut Elisa tanpa menoleh.

Dean mendesah kecewa, dia segera duduk di kursinya untuk sarapan bersama dengan keluarga.

"Cepat makannya! Kamu udah telat banget sekarang!" gerutu Elisa.

"Mamaku yang cantik, gak boleh marah-marah kayak gitu, nanti cepat tua loh," canda Dean.

"Gimana mama gak marah sama kamu? kalau kamu aja kayak gini terus, bikin kepala mama sakit aja." Elisa memegangi kepalanya.

"Kalau gitu, aku pergi sekarang aja deh!" Dean segera beranjak dari kursinya.

"Kamu gak makan? Nanti sakit loh!" teriak Rangga, karena Dean sudah berjalan jauh.

"Gak, aku makan di kampus aja!" Dean melambaikan tangannya.

Lelaki itu memang selalu menghindari kalau ibunya sudah marah seperti itu. Dirinya tidak mau kalau pikiran menjadi kusut setelah dimarahi sang ibu, jadi memilih segera pergi saja.

Dean mengeluarkan mobilnya di garasi, lalu melajukan denhan kecepatan penuh menuju kampus. Dia merasa akan segera sampai kalau melaju dengan cepat. Tidak dipedulikan jalanan yang macet, Dean tetap menyalip semua kendaraan.

Brugh!

Dean menabrak mobil yang berhenti di pinggir jalan, lelaki itu mengeram marah melihat hal tersebut.

Bab terkait

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   10. Cowok Bukan?

    "Untung aja, aku sempat nginjak rem! Gimana coba kalau misalkan aku gak sempat, bisa-bisa hancur mobil!" gerutu Dean sambil menatap sinis ke bagian depan mobilnya yang penyok."Gila, ya, kamu! Mobil orang berhenti di pinggir jalan, malah main tabrak aja!" Zean berlari menghampiri mobilnya yang ditabrak oleh Dean.Zean sangat kesal kepada lelaki yang menjadi rivalnya di kampus, karena mobilnya sampai penyok lantaran ditabrak oleh Dean."Bukan aku yang salah, tapi mobilmu! Mobil kok parkir di pinggir jalan, kan ada parkiran!" ucap Dean yang tidak mau disalahkan."Heh, banyak orang yang parkir di pinggir jalan kok, tapi gak ada yang nabrak! Cuma kamu doang yang nabrak mobil orang yang diparkir!" geram Zean yang tidak terima mobilnya penyok.Zean takut nanti akan dimarahi oleh orang tuanya, kalau mereka melihat bagian belakang mobil yang penyok. Ingin membawa ke bengkel sendiri, tetapi mana mungkin uangnya cukup untuk memoles sampai mulus.

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   11. Gak Bisa!

    Jantung semua orang di dalam kelas itu berdetak lebih kencang, suasana pun menjadi terasa mencekam karena raut wajah sang dosen terlihat sangat marah sekali kepada Dean, tetapi lelaki muda tersebut hanya diam saja sambil memainkan kuku-kuku jarinya. Dean sama sekali tidak merasa ketakutan dengan dosen killer yang ditakuti seluruh mahasiswa di kampus ini. “Gimana, Pak?” Dean bertanya dengan senyum tipis. Sang dosen tetap diam, tidak bergeming sedari tadi, hanya menunjukan raut wajah marah saja. “Kalau tetap disuruh pergi, juga gak papa sih!” ucap Dean sambil menatap lekat kepada sang dosen. Dean memutar tubuhnya untuk keluar dari kelas, dia pun melangkahkan kaki dengan pelan menuju di mana pintu keluar berada. “Tunggu, Dean!” Setelah sekian lama dosen itu bersuara, membuat Dean membalikan tubuhnya lagi menatap lelaki setengah baya tersebut. “Iya, Pak?” tanya Dean tersenyum manis. Dean tahu kalau dosen itu akan membiarkan dirinya untuk ikut kelas mendengar ancaman yang dia berika

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   12. Tanpa Sadar

    “Eh, Dean, bukannya kita janjiannya malam?” tanya Haura bingung dengan kedatangan Dean yang terlalu cepat menurutnya.Menurut Haura masih ada waktu tiga jam lagi untuk janji mereka berdua, tetapi kenapa lelaki muda ini sudah berada di sini menemui dirinya seperti sekarang. Janda itu lalu merasa kalau dia lah yang melupakan waktu janjian mereka, sehingga raut wajahnya berubah menjadi merasa bersalah.“Maaf, aku lupa waktu janjian kita,” gumam Haura lirih.“Apa?! Enggak kok, aku hanya datang kemari saja karena merasa bosan.” Dean mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.Lelaki itu tidak tahu kalau kedatangan dirinya kemari akan membuat Haura menunjukan wajah rasa bersalah kepadanya, padahal dia kemari ingin mengambil hati janda tersebut. Karena dia tahu kalau wanita sangat suka sekali dengan semua perhatian yang diberikan oleh lelaki, hal itulah yang membuat Dean dengan susah payah mencari alamat toko milik Haura.“Eh, aku kira gara-gara aku lupa waktu janjian! Tapi dari mana kamu tahu kal

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   13. Pesona Seorang Janda

    Haura menatap tajam kepada lelaki muda yang berani masuk ke dalam ruangannya dan mengelus rambutnya saat dia tertidur, menurutnya Dean sangat lancang sekali kepada dirinya."Maaf, aku gak bermaksud kayak yang kaku pikirin kok! Aku cuma mau ngambil ini doang." Dean menunjukan plastik kecil kepada Haura.Haura tersipu, karena ternyata bekas jajanan yang dia makan tadi malah menempel di rambutnya, membuat dirinya malu sekali sekarang.Karena tingkahnya seperti seorang anak kecil, sampai bekas bungkus jajanan saja malah menempel di rambut."Maaf, ternyata aku salah paham," gumam Haura lirih."Iya, gak papa. Lagian aku udah biasa digituin kok, jadi tenang aja," ucap Dean menanggapi dengan tersenyum tipis.Haura menjadi merasa bersalah mendengar hal itu, dia tidak bermaksud melakukannya dengan sengaja. Dirinya hanya kaget mendapati seseorang yang masuk tanpa izin dan bahkan mengelus rambutnya, bukankah itu adalah hal wajar? Karena dia

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   14. Diskotik

    Kali ini Dean menanggapi dengan santai, bahkan matanya tidak berkedip sama sekali mengatakan kebohongan kepada Haura, “Tadi baru aja diantar sama temanku, dia bilang karena kerusakannya gak parah jadi cepat selesai. Kamu ingatkan cowok yang menyebut kamu pacarnya Zean?” “Oh, dia! Aku ingat,” sahut Haura asal. Sebenarnya wanita itu tidak mengingat nama dari temannya Dean, dia hanya mengingat rupa dari lelaki yang menyebutnya pacar seseorang tidak dikenal olehnya sendiri. Itu pun Haura mengingat lantaran merasa kesal dengan temannya Dean tersebut, datang-datang sudah mengooceh panjang lebar membuat kepalanya menjadi pusing saja. “Nah dia yang nganterin mobil ini, kebetulan pemilik bengkel ini omnya dia. Udahlah, kita gak usah bahas dia, nanti malah kemalaman.” Dean membukakan pintu untuk Haura. Dean ingin melakukan sesuatu hal yang akan membuat wanita cantik berada di sebelahnya ini akan terkesan dengan dirinya, jadi dia sengaja membukakan pintu seperti kepada wanita lain yang dia d

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   15. Sengaja Buat Mabuk

    Haura memandang Dean, lelaki itu malah bersikap biasa saja saat ada seorang wanita cantik yang merangkul tangannya dengan mesra.Sedangkan Indra, lelaki itu malah menatap Dean dengan cemas, dia sangat gugup saat melihat wanita cantik itu mendekati Dean, padahal di samping temannya ada Haura."Siapa dia, Dean?" Wanita cantik itu menatap Haura, dia baru menyadari keberadaan wanita lain di samping Dean.Dean menoleh menatap Haura. "Tunggu sebentar di sini sama Indra, aku mau bicara sama Yirra dulu.""Baiklah," sahut Haura.Dean lalu beralih menatap Indra, dia mendekati temannya itu lalu berbisik di telinga Indra. "Tolong jagain Haura bentar, aku mau ngomong berdua sama Yirra.""Masa aku sih?" tanya Indra pelan.Indra tidak mau terlibat dengan urusan Dean, dia tidak mau kalau sampai harus menjadi pelampiasan para wanita yang mendekati temannya itu."Udah, jangan banyak nanya! Kalau kamu mau bantu aku, ntar aku traktir minuman apa pun yang kamu mau," bisik Dean pelan.Mendengar hal itu Ind

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   16. Hilang

    Kedua lelaki itu terkejut mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Haura, karena terdengar seperti seseorang yang sudah sadar dari mabuk."Haura, apa yang Indra katakan itu bohong, jadi aku bisa jelasin semuanya ke kamu kalau misalkan kamu gak percaya sama aku." Dean menatap Haura dengan wajah memalas.Sedangkan Haura hanya tertunduk diam, wanita itu masih di papah oleh Indra. Membuat kedua lelaki itu semakin gelisah menunggu tanggapan apa yang keluar dari mulut janda cantik itu.Namun, sedari tadi menunggu malah tidak terdengar suara Haura sama sekali. Hanya terdengar suara napas wanita itu saja, karena sangat hening sekali sedari tadi."Eh, coba cek, Ndra!" perintah Dean yang merasa janggal."Gimana aku ngeceknya coba? Seharusnya kamu yang ngecek, udah tangan pegel dari tadi, ini disuruh ngecek lagi!" gerutu Indra.Dean menghela napas kasar, dia sedikit gugup disuruh untuk mengecek sendiri, tetapi Indra tentu saja tidak akan bisa dipaksa kalau sudah menolak. Kalau dia terus memak

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   17. Kamu Harum sekali!

    Haura ingat betul kalau dirinya sering menaruh kunci di dalam tas, tetapi saat dirinya cari malah tidak menemukan kunci itu di sana. Jadi dia memilih untuk masuk ke dalam rumah, siapa tahu dia melupakan menaruh dan menaruh asal."Eh, kok masih enggak ada sih?" Haura menggaruk kepalanya. "apa jatuh di luar, ya?"Kali ini Haura memilih kembali mengelilingi setiap sudut rumah, sekaligus di halaman rumah dan di dalam mobil, intinya dia mencari setiap tempat yang kemungkinan dia kunjungi.Namun, tetap saja tidak menemukan kunci yang di cari, dia sekarang merasa pusing lantaran tidak menemukan kunci itu padahal hari sudah siang."Ke mana sih kuncinya?" Haura mengusap wajahnya kasar. "udahlah, aku kunci pagar depan aja!"Haura memilih menutup pintunya, lalu mengeluarkan mobil di dalam garasi dan tidak lupa mengunci pagar dengan gembok. Sebenarnya Haura terlalu malas untuk mengunci dengan gembok, karena harus memasukan tangan di dalam celah pagar

Bab terbaru

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   119- Kepergian Haura - TAMAT

    Mau tidak mau Haura keluar dari sana, " maaf ya maaf." wanita itu keluar dengan menangkupkan kedua tangannya.Lalu Haura berlari kecil menuju di mana tempat Elisa berada.Saat sampai di sana Elisa menatap aura dengan tatapan terkejut, membuat wanita itu menjadi risih dan menundukkan kepalanya."Enggak cocok, ya, Ma?" Haura bertanya dengan kepala menunduk, merasa gelisah karena takut tidak sesuai apa yang Elisa inginkan.Elisa tersenyum memandang Haura, " cantik kok menantu mama," pujinya."Emang bener? Tapi kenapa rasanya risih," tanya Haura sambil memperhatikan pakaian yang dipakai."Enggak cantik kok, masa sih mama bohong sama kamu?" Elisa mendekati Haura.Setelah setelah meyakinkan Haura kalau wanita itu cocok mengenakan pakaian berwarna merah muda tersebut, mereka pun memilih pergi ke salon bersama untuk melakukan perawatan.Selama hampir seharian penuh kedua wanita tersebut baru memilih pulang. Mereka memilih membeli makanan matang, lantaran merasa lelah bahagia di luar rumah."A

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   118. Pergi bersama mertua

    Rangga dan Elisa terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Dean, dengan cepat mengubah ekspresi wajah mereka kembali seperti biasa."Enggak masalah, semuanya bakalan baik-baik saja. Mama sama Papa bakal dukung apapun keputusan kalian." Elisa menggenggam jemari Haura dengan erat, memberikan kekuatan kepada sang menantu.Karena dia tahu betul perasaan Haura sekarang, sama seperti dirinya yang dulu mengetahui kalau kehamilannya sangat berisiko. Lantaran kandungan lemah, mungkin memang berbeda dengan kasus Haura. Namun tetap saja dirinya mengerti apa yang sekarang menantunya itu rasakan."Makasih, Mama dan Papa selalu dukung kami berdua." Haura membalas menggenggam erat jemari Elisa. " kalau begitu, gimana kalau kita pulang saja? Soalnya kan belum memasak buat makan pagi ini. Apalagi Papa sama Dean mau pergi bekerja," sambung Haura mengajak mereka semua untuk pulang."Mumpung udah di sini, gimana kalau kita makan di luar saja?" Elisa memandangi satu persatu ketiga orang yang berada di sam

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   117. Hasil pemeriksaan

    Elisa sangat merasa bersalah melihat Haura yang terlihat sangat senang dia takut kalau semisalkan yang menanti itu tidak hamil sehingga dia mulai memikirkan kata yang tepat untuk mengatakan kepada Haura dengan pelan-pelan." Haura, coba kita periksa dulu ke rumah sakit. Biar tahu Hasilnya kayak gimana," Ucap Elisa dengan gelisah.Haura yang melihat Elisa gelisah membuat dia menganggukkan kepala. " Baiklah, Ma!""Kalau begitu memang bangun Papa dulu ya Sambil siap-siap kamu juga jangan lupa bangunin Dean supaya kita segera berangkat," ucap Elisa lalu pamit pergi ke kamar.Haura mengerti selalu segera menuju ke kamar untuk membangunkan sang suami, dia mengelus perutnya yang masih rata. Sambil terus berharap kalau di dalam perutnya itu ada bayi mungil yang bergerak-gerak di sana.Dengan penuh semangat Haura memilih membangunkan sang suami terlebih dahulu, dia mengguncangkan tubuh Dean perlahan." Dean, ayo bangun!" Haura mengguncangkan lagi tubuh dan secara perlahan." Ada apa, Haura? "

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   116. Apa iya hamil?

    Tumpukan piring dan perkakas dapur yang kotor akibat Dean memasak di sana, belum lagi kompor terkena banyak noda. Sehingga membuat Haura jadi merasa terbakar, lantaran menahan amarah di dalam dada.Namun dirinya terpaksa menahan itu, lantaran ada kedua mertua sedang berada di sini, tidak ingin menunjukkan pertengkaran kepada Elisa dan Rangga. Haura pun memilih untuk menghembuskan napas secara perlahan, beeharap perasaan marah di dalam dada hilang."Dean, kamu seharusnya enggak usah masak. Bangunin aku aja kalau lapar," ucap Haura dengan menahan perasaan marah di dalam dada."Kamu kan lagi sakit, masa aku suruh masak?" Dean menatap bingung kepada Haura, merasa heran kepada wanita itu."Iya, benar kata Dean. Masa kamu lagi sakit disuruh masak, seharusnya Dean beli aja di luar," ucap Elisa menimpali.Elisa juga merasa sesak sekali dengan tumpukan yang berada di wastafel, ingin sekali dirinya memarahi sang anak. Namun karena Dean berniat baik, jadi untuk kali ini dia menahan perasaan kesa

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   115. Masakan tidak layak dimakan

    Elisa langsung mendekati Dean untuk melihat apa yang terjadi, ternyata nasi yang dimasak lelaki tersebut menjadi bubur membuat dia menjadi tertawa dengan keras."Astaga, kok masak nasi aja malah jadi bubur?" Elisa tertawa dengan keras sambil memegangi perutnya yang terasa sakit."Hust, Ma! Haura lagi tidur di dalam kamar, nanti malah bangun," tegur Dean meminta kepada sang ibu untuk diam."Habisi, masak nasi aja sampai jadi bubur. Terus percaya diri banget masak, padahal ke dapur aja jarang," ejek Elisa yang tidak dapat menahan dirinya."Mau gimana lagi? Aku pengen masakin sesuatu buat Haura yang lagi sakit." Dean menundukkan kepalanya, merasa gagal ingin membuat sang istri terkesan."Kalau udah tahu enggak bisa masak, ya beli aja! Uang banyak kok, masa enggak mampu beli makanan matang," gerutu Elisa kesal, bisa-bisanya ingin memberikan makan menantunya dengan masakan tidak layak dimakan."Kalau beli makanan matang, buat apa aku capek-capek masak kayak gini? Tuh aku masakin dijamin en

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   114. Jadi lembek

    Haura menganggukkan kepalanya, memang tubuhnya terasa tidak baik-baik saja sejak tadi malam."Sebaiknya kamu minum teh hangat dulu, makan walau sedikit agar minum obat dan cepat istirahat. Biar aku buatkan teh hangatnya dulu, kamu duduk aja di sana." Dean membuatkan segelas teh hangat untuk Haura.Sedangkan Haura terduduk lemas karena habis muntah tadi, rasanya dia kehilangan tenaga untuk sekedar berdiri atau melakukan apa pun. Beberapa menit kemudian, Dean datang membawakan segelas teh hangat untuk sang istri."Minum dulu, lalu setelahnya makan, ya!" perintah Dean terlihat sangat khawatir."Aku enggak nafsu buat makan," tolak Haura dengan wajah pucat."Sedikit aja, biar bisa minum obatnya. Pokoknya setelah aku beli obat di apotik, kamu harus udah kelar makan!" Dean bergegas mengambil kunci mobilnya, lalu pergi keluar.Memang karena rumah masih baru sehari ditinggali, wajar saja tidak memiliki kotak obat seperti di rumah Elisa. Sayur dan ikan saja dibelikan sang mertua, jadi bagaimana

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   113. Muntah

    Dean dan Haura melakukan hal yang biasa para suami-istri lakukan dimalam hari, mereka sangat menikmati setiap kali berbagi kasih sayang di atas ranjang. Walau pun wanita cantik itu sering merasa was-was seiring berjalannya umur rumah tanggan mereka."Kok kamu murung, Haura?" Dean menyingkap rambut yang menutupi sebagian wajah Haura."Enggak papa, cuma capek aja sih. Yuk kita tidur, lagian ini udah malam juga!" ajak Haura yang langsung menarik selimutnya.Haura memejamkan mata yang terasa sangat sulit untuk diajak tidur, wanita itu menoleh ke arah belakang ternyata sang suami sudah tidur dengan nyenyak. Dia pun memilih menatap wajah Dean yang sedang tertidur tersebut, berharap akan ikut terlelap ke alam mimpi.***Bagun dipagi hari dengan perasaan senang di rumah sendiri, Haura berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Pertama yang Haura lakukan adalah memasak nasi, setelah itu baru membua kulkas yang tentu saja isinya penuh. Jangan tanya siapa yang memenuhi isi kulkas itu? Siapa

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   112. Akhirnya pindah

    "Eh, iya!" Haura ikut memperhatikan Lilis yang sedang menggendong bayi kecilnya.Rangga tidak menjawab, tetapi memilih memarkirkan mobilnya ke halaman rumah yang akan dia beli untuk sang anak. Memang belum dibayar, namun sudah sepakat untuk membeli rumah itu sebagai hadiah pernikahan. Hanya saja kalau Haura tidak menyukainya terpaksa Rangga membatalkan niat membeli walau pun sudah diberikan uang dimuka kepada pemilik rumah."Ngapain kalian kemari?" Lilis menatap ketus kepada keluarga Dean.Namun belum sempat menjawab, Dika keluar dari dalam rumah tersebut menatap mereka semua dengan ramah."Eh, Om dan yang lainnya udah datang! Ayo masuk ke dalam, biar bisa lihat-lihat rumahnya." Dika mengarahkan semuanya untuk masuk ke dalam."Ngapain ajak mereka masuk? Nanti kotor lagi rumahnya!" Lilis menatap t4jam kepada Dika, lelaki yang baru satu bulan dia nikahi."Lilis! Mereka ini yang mau beli rumah, jadi bisa enggak ramah sedikit sama mereka!" Dika menekan setiap kalimat yang keluar dari mulu

  • Janda Kesayangan Brondong Kaya   111. Bukannya Lilis?

    "Eh, Dean baru datang?" Elisa hanya senyum-senyum menatap sang anak."Asyik ya, pagi-pagi udah gosip." Dean mendudukkan bokongnya di kursi dengan kasar.Haura mengambilkan nasi lengkap dengan sayur dan lauknya untuk sang suami, lalu baru duduk kembali untuk menyantap makanannya."Mama enggak gosip loh, Dean. Soalnya kan istrimu nanti pasti tahu juga sama kebiasaanmu yang itu." Elisa tertawa kecil sambil menutup mulutnya dengan tangan."Tapi enggak gitu juga loh, Ma!" Dean menatap tidak suka sang ibu, mau bagaimana pun rasanya sangat tidak suka kalau diceritakan aibnya kepada sang istri.Menurut Dean pasti Haura akan mengetahuinya pelan-pelan tentang kebiasaannya itu, jadi tidak perlu diceritakan kepada sang istri."Benar kata Dean, Ma. Mau gimana pun nanti Haura juga bakalan tahu, kasian kalau diceritain aibnya itu. Kalau papa juga pasti kesal loh," ucap Rangga menimpali."Iya-iya deh. Mama minta maaf, tapi kamu harus benerin kebiasaanmu itu. Udah nikah koh masih aja dandannya lama, e

DMCA.com Protection Status