"Tutup dulu pintunya, Ben." Tria berucap sambil berusaha menepis sejuta pemikirannya yang mulai berspekulasi saat menyadari langkah Beno mulai terayun ringan, hendak memasuki ruangannya yang terasa sejuk oleh hembusan hawa dingin dari air conditioner."Siap, Ndan."Beno mengatupkan pintu ruangan Tria terlebih dahulu dengan sigap, sebelum kembali meneruskan langkahnya mendekati meja biro, dimana sang komandan tengah duduk menunggui dirinya dengan posisi bersandar penuh di kursi sambil melipat kedua lengan diatas dada."Gimana, Ben?" tanya Tria dengan mimik wajah yang belum apa-apa sudah bergelayut kecewa, seolah ia sudah bisa menebak ketidakberhasilan sang anak buah dalam mengemban 'misi pribadi' yang ia perintahkan kira-kira sejam yang lalu."Maaf, Ndan, menurut perawat yang bertugas hari ini, katanya Ibu Senja sudah gak dirawat di Puskesmas Beo lagi."Dalam hati Tria terhenyak mendengar kabar tersebut, namun ia berusaha untuk mempertahankan wajah dan gestur tubuhnya agar rasa terkeju
"Buah darimana ini, Ben?" tanya Sayub yang baru saja ikutan nimbrung bersama rekan-rekannya yang lain, yang ternyata sudah lebih dahulu mengerubungi sebuah keranjang rotan berisikan aneka buah-buahan segar didalamnya."Dari Komandan ..." jawab Beno tanpa menoleh, sibuk mengupas kulit jeruk yang berwarna kuning terang."Kok bisa?" tanya Sayub lagi, yang langsung mencaplok dua buah rambutan sekaligus dari dalam keranjang yang sama."Bisa lah. Emang gak boleh pimpinan kasih sesuatu yang seger-seger sama anak buahnya?"Bukan Beno yang menjawab, melainkan Stenly, seorang anggota yang lumayan senior dengan pangkat AIPDA alias Ajun Inspektur Polisi Dua, yang memangku jabatan sebagai Kanit Sabhara Polsek Beo."Bukan gitu, Kanit, tapi lucu aja sih dikasih buah sama keranjang-keranjang rotannya sekalian. Udah kayak hantaran orang yang mau lamaran aja ..." Sayub nampak terkikik."Yaelah, nih anak, udah di service pimpinan dengan sebaik-baiknya masih protes aja ...""Ha ... Ha ... Ha ... Siap sal
"Baik-baik di sana, dan jaga dirimu."Sebuah nasihat sederhana yang terucap dari suara parau yang khas milik Surya Narajendra terdengar jelas di telinga Tria."Iya, Yah, aku pasti akan mengingat semua pesan ayah." jawab Tria sambil tersenyum dan mengangguk, meskipun ia tau gerak tubuhnya itu tak mungkin dilihat ayahnya yang berada di seberang, nun jauh di sana, namun Tria yakin kesungguhannya bisa dirasakan oleh pria tua kebanggaannya itu."Yah, aku boleh nanya sesuatu gak?""Hemm, apa?""Anu yah ..."Keraguan Tria dijawab oleh sebuah tarikan napas berat, seolah menandakan bahwa kebimbangan Tria tersebut bahkan bisa terbaca dengan mudah dihadapan sang ayah."Setelah sekian lama, kamu masih memikirkannya, Nak?" lembut suara Surya terdengar lagi.Tria terdiam.Sejujurnya Tria memang sangat ingin tau, tentang apa yang terjadi dengan Calista, sang mantan kekasih yang sudah menoreh pengkhianatan yang begitu besar, bahkan hampir saja mencelakai karir cemerlang Tria yang baru saja terbuka pi
'Finally ...'Senja meraih map yang disodorkan Rudi Hartono sembari tersenyum getir, karena pada akhirnya apa yang dirinya coba ikhlaskan sejauh ini akan benar-benar terjadi, bahkan sudah berada di depan mata."Ibu Pelangi Senja pastinya sudah tau bahwa Bapak Yusuf Akhyar adalah seorang ASN, bukan?"Senja hanya mengangguk perlahan, mulutnya masih bungkam."Jadi, karena beliau adalah seorang Aparatur Sipil Negara, otomatis dalam gugatan perceraian, tentu saja prosesnya cenderung agak rumit, tidak semudah masyarakat pada umumnya ..."Senja masih betah tertunduk dalam. Berusaha sekuat tenaga menenangkan diri, sadar bahwa dirinya benar-benar harus bisa menerima kenyataan pahit dengan merelakan suaminya pergi dari kehidupannya.Padahal seharusnya ia tidak perlu kaget, mengingat keinginan Yusuf bukan hanya terucap sekali dua kali melainkan begitu sering.Tapi tetap saja, wanita mana yang bisa menahan kesedihan hati, jika berada di posisi seperti ini ...?"Iya Pak Pengacara, saya mengerti ba
Kedatangan Tria yang didampingi oleh Beno dalam rangka menghadiri undangan tasyakuran langsung disambut dengan hangat serta suka cita oleh keluarga besar Haji Ramli.Mengingat undangan tasyakuran tersebut merupakan sebuah refleksi dari rasa ungkapan syukur atas kelulusan sang putra bungsu yang baru saja sukses menjalani pendidikan Bintara Polisi di SPN Karombasan Manado, guna menjadi seorang aparat penegak hukum di masa yang akan datang, jadi rasanya wajar saja jika kehadiran Tria yang saat ini menjabat sebagai Kapolsek di wilayah tersebut terkesan sebagai tamu kehormatan bagi keluarga besar Haji Ramli.Haji Ramli bahkan terlihat sangat antusias dan beliau sendiri langsung menyongsong kedatangan Tria dengan senyum semringah."Assalamualaikum ...""Waalaikum salam ..."Sapaan salam Tria telah dibalas bersahut-sahutan baik oleh pihak keluarga maupun para tamu undangan yang sudah terlebih dahulu memenuhi pekarangan depan rumah Haji Ramli yang dihiasi tenda.Tak dipungkiri kehadiran pria
"Baiklah, kita menanjak pada point acara selanjutnya yakni sambutan, yang pada kesempatan ini akan dibawakan oleh Bapak Kapolsek, yang kami sapa dengan hormat Bapak IPTU Satriadi Narajendra, kepada Bapak dipersilakan."Seperti kata pepatah, pucuk di cinta ulam pun tiba.Seolah mengetahui secara pasti isi hati para anak gadis juga tak ketinggalan emak-emak yang begitu ingin melihat sosok menawan Pak Kapolsek dengan sepuas-puasnya, pada akhirnya point demi point dari susunan acara yang terlewat pun tiba di titik acara yang ditunggu-tunggu.Apalagi kalau bukan sambutan dari Pak Kapolsek idaman ...?Decak kagum serta kasak-kusuk seru kembali mewarnai begitu sosok tubuh tinggi tegap milik Tria terlihat berdiri dari duduknya, kemudian melangkah pasti kearah mimbar yang tersedia.Sementara itu ...Tepatnya di deretan paling kiri, di jajaran kursi ketiga dari belakang.Seperti biasa sosok Senja bahkan tidak pernah ingin terlihat begitu menyolok oleh siapa saja, terlebih lagi oleh seorang pria
Kurang dari lima menit pertama, Tria mengawalinya dengan salam, menyapa hormat keluarga selaku tuan rumah begitupun dengan para tamu, lalu dilanjutkan lagi dengan kalimat pendahuluan yang standar.Selesai dengan semua itu, Tria mulai masuk pada bagian inti dari sambutannya kali ini, yang pastinya berkaitan dengan maksud diadakannya tasyakuran yang secara tak langsung berhubungan erat dengan peran serta dirinya sebagai orang yang sudah seharusnya menjadi panutan terlebih khusus bagi Bripda Hardanu Wahyudi Ramli, yang baru saja resmi bergabung dalam institusi Polri."Untuk Bripda Hardanu. Hal yang tak kalah penting, yang harus selalu kita tanamkan dalam diri kita sebagai seorang aparat penegak hukum, agar kita senantiasa bisa menjadi pribadi yang teladan bagi masyarakat. Seperti yang tercantum pada Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, yang mengurai dengan begitu jelas bahwa tugas pokok dari kepolisian adalah memelihara keamanan serta ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, member
"Kami bersedia, Pak ...""Tentu saja kami senang dengan kegiatan seperti itu, Pak Kapolsek ...""Kami pasti akan menyambut kedatangan Ibu Kapolres dengan senang hati, Pak ...""Iya, Pak, kami sangat senang ...""Pokoknya kami emak-emak swmuanya, mendukung apapun kegiatan Pak Kapolsek ...!"Beragam tanggapan yang positif cukup melegakan hati Tria, meskipun sosok yang diam-diam selalu ia curi pandang itu tetap saja lempeng, seolah tak terpengaruh sedikit pun oleh euphoria tersebut.Dimata Tria, Senja adalah satu-satunya orang yang terlihat tidak memiliki antusiasme yang sama dengan ibu-ibu yang lain.'Ada apa sih dengan dia? Jangankan emak-emak, bahkan para remaja dan bocah-bocah aja terlihat bersemangat ... Tapi dia malah melipat wajahnya kayak gitu ...'Tria bergumam dalam hati, menyadari bahwa tak ada satu pun yang berubah dari sosok Pelangi Senja.Wanita itu masih sama seperti enam bulan yang lalu, saat pertama kali Tria mengenalnya.'Ternyata dia masih aja kaku, angkuh, gak suka se
Saat Tria dan Senja tiba di rumah dinas milik Tria yang berada di kawasan Mako, tepat didepan selasar kantor sudah terlihat banyak anggota polisi yang berkumpul menunggu apel pagi yang akan dimulai tak lama lagi.Sebagian besar dari mereka terlihat berseragam dinas seperti halnya Tria, namun ada beberapa diantaranya memakai kemeja putih lengan panjang dipadu celana hitam berbahan kain."Yang satunya biar aku aja yang bawa." ujar Senja yang buru-buru turun dari mobil begitu menyadari pergerakan Tria yang begitu mesin mobil dimatikan terlihat tergesa-gesa turun dan langsung membuka pintu mobil belakang."Oke, kalo gitu abang bawa dua sekalian ..." jawab Tria sembari menyodorkan satu buah kotak kue ke tangan Senja yang buru-buru menyambut pemberian Tria.Detik berikutnya, dengan gesit Tria terlihat sudah menumpuk dua buah kotak kue yang tersisa dan tanpa banyak bicara langsung mengangkat dan membawanya masuk kedalam rumah dinas yang terlihat lenggang.Melihat hal tersebut alhasil secara r
Bertepatan dengan Tria yang sukses memarkirkan mobilnya di seberang jalan, tepat didepan gang sempit yang biasanya menjadi akses masuk ke rumah Senja, secara bersamaan pula sosok yang hendak ia jemput itu terlihat berjalan keluar dari mulut gang.Sangat jelas terlihat bagaimana Senja cukup kerepotan dengan keberadaan tiga buah dus kue berbentuk persegi yang saling bertumpuk dalam genggamannya, ditambah lagi dia harus mengepit tas kecil yang tersampir di bahu kanan.Mendapati pemandangan tersebut sontak Tria melompat turun dari mobil secepat kilat, langsung berlari kecil menyongsong sosok Senja yang ternyata juga langsung notice akan keberadaan Tria dengan outfit khasnya yakni seragam dinas."Bisa-bisanya diborong sekali angkut. Kenapa gak ngomong kalo bawaannya sebanyak ini sih, Nja?" ujar Tria sambil buru-buru mengambil alih tiga buah dus kue yang saling bertumpuk itu sekaligus."Banyak gimana? Cuma tiga dus kue kok ..."Tria terlihat menggelengkan kepalanya mendapati jawaban ngeyel
Usai berbincang dengan Mpok Hindun hingga nyaris menjelang Isya, mendadak Senja seolah mendapatkan sebuah pencerahan, yang membuatnya menyesal mengapa tidak terpikir olehnya sama sekali dalam kurun waktu dua hari terakhir ini.Untuk itulah setelah Mpok Hindun pamit pulang, Senja buru-buru menunaikan sholat Isya kemudian dengan langkah pasti dia menuju ke warung terdekat dari rumahnya, yang menjadi tempat dirinya berbelanja kebutuhan sehari-hari."Beragam amat belanjaannya, Nja? Mau bikin kue ya?" tanya pemilik warung dengan nada suara yang ramah, begitu menyaksikan belanjaan Senja yang meliputi beberapa butir telur, tepung terigu, gula pasir, pengembang kue, pasta pandan dan masih ada beberapa jenis barang lainnya yang identik dengan bahan-bahan untuk membuat kue "Iya, Bu." jawab Senja, singkat."Emang rencananya mau bikin kue apa, Nja?" ujar ibu itu lagi, yang kini sudah mengambil ancang-ancang untuk menjumlah berbagai barang belanjaan Senja yang teronggok diatas meja kasir."Bolu pa
"Untuk anggota yang piket saya harap bisa bertanggung jawab penuh sampai besok pagi. Sementara untuk yang lain, silahkan pulang dan beristirahat, jaga kesehatan, dan jangan lupa seperti biasa besok pagi kita akan tetap melaksanakan apel pagi bersama di jam biasa, diteruskan dengan pelaksanaan operasi cipkon di sektor wilayah. Delapan enam?""Siap, delapan enam, Komandan!" Jawaban yang solid terdengar dari seluruh anggota yang ada, menanggapi titah yang diberikan oleh Tria, sebelum mengakhiri kegiatan patroli di malam itu.Jika kondisi kamtibmas sedang adem ayem begini, semua pihak pastinya merasa lebih lega karena tidak perlu bekerja ekstra, meskipun harus tetap siaga dengan kondisi apapun.Pelaksanaan operasi cipkon yang merupakan kepanjangan dari operasi cipta kondisi itu sendiri memang sudah menjadi kegiatan rutin yang wajib di tingkatkan oleh pihak kepolisian, dan biasanya dilaksanakan setiap akhir pekan dengan melibatkan personil dari berbagai fungsi.Namun mengingat moment perga
Senja sedang duduk lesehan diatas tikar sambil memilah dan mengemasi tumpukan baju-baju miliknya untuk dimasukkan ke dalam sebuah kotak kardus dan sebuah koper besar, saat Mpok Hindun datang menyambangi rumahnya ba'da maghrib."Assalamualaikum ...""Waalaikumsalam. Eh, Mpok? Masuk, Mpok ..." jawab Senja semringah, menyadari salah satu sosok terbaik yang dia miliki muncul di bingkai pintu.Mpok Hindun pun bergegas masuk dengan tatapannya yang tak henti mengawasi tumpukan baju yang berjejer rapi diatas tikar."Udah mulai beberes rupanya ..." gumam Mpok Hindun sambil ikutan duduk lesehan diatas tikar, tepat dihadapan Senja yang kini menjeda sejenak aktifitasnya karena fokus dengan kedatangan Mpok Hindun."Iya, Mpok, ini lagi dipisah-pisahin. Soalnya kemarin kata abang jangan bawa banyak barang, karena selain rumah dinasnya kecil, ntar kalo hijrah ke kota juga gak mungkin dibawa semua ..."Mpok Hindun terlihat manggut-manggut sejenak mendengar penjelasan Senja yang panjang lebar."Trus baj
Semilir angin yang menerpa lembut di wajah sesaat membuat Senja merasa semakin terbuai, sebelum akhirnya dia bak mendapatkan setitik kesadaran yang datang dalam sekali sentak."Astagfirullah ... Aku ada dimana ...?"Punggung Senja sontak menegak, sepasang matanya yang masih terasa sepat mengerjap berkali-kali, sedangkan kepalanya celingak-celinguk kebingungan.Kini Senja sudah sadar sepenuhnya, bahwa ternyata dirinya sedang berada didalam mobil yang terparkir tanpa suara mesin, juga tanpa seorang pun selain dirinya.Di kursi sebelah terdapat seragam dinas yang tersampir begitu saja di jok pengemudi.Seragam tersebut menguarkan perpaduan aroma parfum manis dan maskulin, yang mulai terasa familiar di indera penciuman Senja.Dua kaca depan kiri dan kanan seolah sengaja diturunkan setengah demi memudahkan kesejukan angin laut masuk dengan leluasa.Di ufuk barat, kolaborasi warna yang khas membuat suasana yang mulai temaram terasa semakin syahdu.Sungguh, bahkan hanya dalam sekejap kesadara
Matahari mulai condong ke arah barat saat mobil yang dikemudikan Tria memasuki area Mapolsek Beo."Gak usah dibangunin ..."Tria urung menyentuh pundak dari wanita yang ada disebelahnya."Biar ayah turun dulu, nanti kamu antarkan saja Senja pulang ke rumah. Kasian dia, kayaknya kecapean ..."Tria pun mengangguk patuh, menerima titah ayahnya yang langsung melarangnya untuk membangunkan Senja.Surya Narajendra membuka pintu disebelahnya dengan hati-hati sembari beringsut keluar, begitupun juga dengan Tria yang akhirnya ikut melakukan hal yang serupa yakni membuka pintu yang ada disamping dan keluar dari mobil.Keduanya seolah kompak bergerak perlahan, sepertinya dengan tujuan yang sama yakni sekecil apapun pergerakan mereka tidak akan mengusik wanita yang sedang tertidur nyenyak di kursi depan.Sementara itu, mendapati pergerakan mobil berwarna merah yang melesat masuk ke area Mapolsek Beo, para anggota polisi yang sejak awal sudah standby di sana sontak mendekat dengan sigap.Surya Nara
Pesawat Wings Air tipe ATR 72-500 dengan kapasitas penumpang yang kurang lebih tujuh puluhan kursi, serta menjadi satu-satunya tranportasi udara yang melayani masyarakat di salah satu wilayah terluar perbatasan NKRI tersebut telah mendarat dengan sempurna di landasan pacu.Tak berapa lama kemudian para penumpang pesawat itu pun sudah dipersilahkan turun oleh dua orang pramugari yang bertugas.Yanwar Akhyar bersama istrinya Aminah Akhyar, nampak berada diantara barisan para penumpang yang turun dengan tertib.Ternyata keduanya merupakan bagian dari sekian banyak penumpang pada penerbangan barusan.Baru saja menginjakkan kaki di ruang tunggu Bandar Udara Melonguane, setelah melewati penerbangan selama kurang lebih lima puluh lima menit dari Bandar Udara Sam Ratulangi Manado, hiruk-pikuk kesibukan di bandara itu sudah terlihat jelas."Ada apa yah? Tumben rame banget ..." tanya salah seorang penumpang kepada sesama penumpang yang lain, menyadari ada begitu banyak Polisi yang memadati banda
Rencana kedatangan Irjen Polisi Surya Narajendra di salah satu wilayah perbatasan NKRI sudah jelas-jelas merupakan kunjungan pribadi dan tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan urusan kedinasan.Bahkan Surya Narajendra sengaja mengambil cuti demi bisa mendampingi Tria guna melamar wanita pilihan putra kebanggaannya itu.Namun begitu mendengar kabar kedatangan seorang yang berpangkat jenderal, meskipun sudah jelas-jelas bukan merupakan kunjungan dinas, pada kenyataannya tetap di respon oleh petinggi-petinggi kepolisian di wilayah tersebut."Pak Kapolsek, bisa-bisanya kedatangan Irjen Surya Narajendra gak kamu kasih tau saya?""Siap salah, Ndan." jawab Tria pasrah, saat dirinya ditodong dengan pertanyaan tersebut oleh bapak Kapolres via ponsel di pagi hari, sebelum dirinya memimpin apel bersama para anggotanya."Waduh, untung saja saya dikasih bocoran Pak Kabag Sumda, kalo gak saya malah gak tau sama sekali ..." imbuh sang pimpinan dari seberang sana."Siap salah, Ndan." lagi-lagi T