Niat hati Sally sengaja datang ke ruangan Sean adalah ingin memberitahu tentang kepindahannya dari apartemen ke rumah baru milik mama Ben. Sally tidak ingin membuat Sean kecewa apalagi salah paham dengan kepindahannya apalagi hal ini menyangkut hubungannya dengan Ben. Lebih baik Sean tahu langsung dari mulutnya sendiri daripada orang lain.
Karena fokus dengan hal ini, Sally sampai tidak mencurigai ucapan Mark tentang meeting tidak nyaman mereka. Gadis itu menganggap tidak nyaman yang dikatakan Mark berhubungan dengan sifat klien mereka yang tidak sopan namun harus mereka hadapi demi kelancaran perusahaan.
Kenyataannya Sally baru mengerti ternyata klien yang mungkin dimaksud oleh Mark adalah seorang wanita yang kini tengah berada di ruangan Sean dan baru saja mencium pipinya.
Wanita berperawakan tinggi, wajahnya cantik blasteran bule asia seperti wajah Sean. Bahkan melihat Sean dan gadis itu Sally seperti sedang menyetujui dalam hatinya kalau mereka berdua serasi
“Berengsek!!”Saking kesalnya sampai mengumpat sendiri. Gara-gara ulah Liana membuat Sally jadi berpikiran buruk dan memutuskan hubungan kami yang baru saja baikan.Liana adalah anak dari teman papa ku. Dia datang kemari sebagai perwakilan perusahaannya untuk meeting bersamaku dan Mark juga divisi keuangan membahas proyek kerja sama antar dua perusahaan. Awalnya gadis yang memang sering kali mengaku sebagai pacarku di Amerika bersikap professional membahas proposal kami satu per satu.Sampai meeting selesai, dia masih bertahan di ruanganku dengan alasan sedang menunggu jawaban kantor mengenai poin yang kami batalkan di dalam proposal mereka. Sebagai CEO tidak mungkin aku menyuruhnya menunggu di luar apalagi Liana juga menjabat sebagai direktur di perusahaannya. Demi menjaga persahabatan juga hubungan kedua orang tua kami aku memberinya waktu beberapa menit sampai ucapannya mulai menggangguku.“Sean aku sengaja ngulur waktu bertahan disin
Carol bukannya tidak tahu putrinya sedang memasang mode ngambek kepadanya sejak pulang ke rumah. Sean sudah mengabari tentang apa yang terjadi di apartemennya dan pengakuannya sebagai Ben yang membuat Sally semakin marah.Putri satu-satunya sedang duduk menyandar di kasur dalam kamar barunya di rumah kontrakan kecil baru mereka. Melihat ibunya masuk, Sally menoleh tanpa menyembunyikan air mata yang masih mengalir karena marah sudah dibohongi selama ini.“Sally, besok temani Mama ke rumah Tante Bri yah. Dia minta Mama untuk membawa sisa peninggalan milik Raka keluar dari rumah itu.”Meskipun sedang kesal Sally tidak tega untuk mendiamkan mamanya jika Carol mengajaknya bicara lebih dulu dan Carol sangat memahami sifat putrinya.“Ngapain juga ke sana, Ma. Udahlah biarin saja palingan marah-marah, kalau dia telpon cuekin saja ngak usah diangkat. Aku malas banget kesana, Mah. Tahu saja gimana Dania ke aku gara-gara Viko. Bisa kan kita hidup tenang tanpa harus melihat mereka lagi.” Sahut Sa
Meskipun masih menahan kesal namun aku bisa menangkap aura canggung Sally ketika aku menghampirinya di dapur tadi. Andai saja tidak ada orang tua kami di depan mungkin aku akan mengukung tubuhnya dan memberinya sedikit pelajaran karena sudah terlalu lama mendiamkan dan membuatku sulit tidur dua malam ini.“Memangnya tadi kamu ngomong apa, Yang?” Tanyaku saat Sally menepis peganganku di lengannya dan berlalu keluar dari dapur.Sebenarnya aku mendengar pembicaraan orang tuaku dengan Sally di meja makan tadi namun aku hanya berusaha untuk membuka percakapan diantara kami berdua untuk mendamaikan marahnya Sally kepadaku. Lucu saja rasanya nanti saat aku membuka jati diriku di depan Tante Bri dan anaknya tapi wajah Sally terlihat masih cemberut. Padahal niatanku ingin memberikan layer drama dimana kedua ibu dan anak itu berganti posisi menjadi pihak yang dikhianati atas kebohonganku.Lagipula apa yang kulakukan selama ini murni karena aku ingin melindungi Sally sekaligus menebus semua kesa
Bak bunglon Briana mampu menyesuaikan emosi juga mimik wajahnya ketika bertemu dg Carol juga Sally yang dibencinya. Apa yang tidak dapat dilakukan aktris rumah tangga seperti Briana demi keegoisannya sendiri, wanita yang usianya sama dengan Carol ini pintar berakting didepan keluarga Ben.Bagi Briana perkenalan dengan Reina diajang arisan kaum elit adalah sebuah keberuntungan beruntun untuknya.Bagaimana tidak, ia tinggal memaksakan putri tirinya itu menikah dengan pria buruk rupa lalu perusahaannya mendapatkan suntikan dana yang cukup besar karena penjualan saham perusahaan almarhum suaminya yang kian diambang kebangkrutan.Tentu saja ia harus menjamu Samuel dan Reina pastinya dengan Ben yang ia anggap menjijikkan itu senyaman mungkin. Pikiran Briana kelak ketika Sally sudah menjadi istri Ben ia akan memaksa Sally untuk meminta saham yang dijualnya lalu dipindahtangankan atas nama dirinya kembali. Sepicik dan sejahat itu istri pertama Raka menjadikan Sally sebagai bonekanya. Hanya saj
Gelak tawa Briana malah semakin terdengar bersama Dania yang tengah menertawakan wajah Ben ketika Reina mengatakan tentang wajah asli putranya.“Jadi wajah asli Ben masih jauh lebih menyeramkan dari sekarang? Atau jangan-jangan cuma topeng tuh, dalamnya lebih jijik lagi.” Sahut Dania dengan mulut nyinyirnya.“Darimana kamu tahu?” Ucap Ben sengaja membenarkan perkataan Dania.“Yah iyalah pasti lebih buruk. Kalau loe ganteng orang tua loe udah ngak perlu repot pakai acara jodoh-jodohan begini.”“Oh jadi begitu.” Kemudian Ben menoleh menatap Sally. “Yang, kamu akan terima aku kalau aku buka wajah asli ini? Kamu ngak akan geli?”Bak gayung bersambut Sally pun menggeleng dengan senyumannya menatap mata Ben. “Aku cintanya sama hati kamu kok, kalaupun memang perlu diperbaiki masih bisa ke Korea kan buat operasi plastik lagi.” Sahut Sally meskipun tangannya semakin meremas pegangan tan
Dalam perjalanan pulang, Sally masih memasang mode bungkam enggan memulai pembicaraan lebih dulu. Sedangkan Sean nampak beberapa kali melirik Sally dengan jantung berdebar takut untuk mengajak calon istrinya bicara. Lebih baik Sally memaki atau membentak bahkan rela dipukul sekalian kalau hal itu bisa membuat perasaan Sally menjadi lebih baik dan memaafkannya. Tidak seperti sekarang diam membuatnya resah gelisah serba salah sendiri.Belum juga masalah mereka selesai, ponsel Sean yang dikaitkan di dashboard mobil berdering dan dilayar tertera nama Liana membuat Sean mendengus dan menantap wajah Sally yang semakin menoleh ke samping.“Diangkat saja kenapa sih! Berisik banget!” Seru Sally sengit dan kesal karena Sean tidak berani mengangkatnya.“Aku tidak punya urusan sama dia. Sekali diangkat keterusan nanti, biarkan saja. Aku blok saja yah nomornya sekarang biar ngak ganggu.” Ucap Sean berharap tindakannya dapat sedikit meluluhkan perasaan
Berbaikan dengan Sally ku serta memastikan dia tidak marah lagi padaku rasanya begitu hangat. Sekarang aku paham kenapa Mark jadi uring-uringan dan mendadak tertawa bahagia setelah berbaikan dengan Ceri. Rasanya tidak tenang dan kesal sendiri kalau wanita yang kita cintai belum memaafkan kita. Nyatanya melihat senyumannya setelah memaafkanku berhasil menetralkan debaran jantungku yang dibuat menggila selama beberapa hari ini.Aku tidak lagi menyia-nyiakan kesempatan untuk menjadikan Sally milikku untuk selamanya. Wanita paruh baya itu merasa bersalah karena sudah menjerat hidup Sally dalam penderitaan yang dibawanya sejak memutuskan menerima pinangan Raka sebagai suaminya. Dua hari lalu setelah Sally mengetahui aku adalah Ben, Mark mengajakku ke toko perhiasan untuk mengambil pesanan cincin nikahnya di sana. Awalnya aku hanya duduk di sofa menunggu Mark yang masuk ke ruang VIP untuk mengambil pesanannya. Tiba-tiba pikiran itu datang begitu saja dan memerintahku beranjak dari sofa tam
Bukan hal mudah bagi Sally menjalani kehidupannya selama sepuluh tahun belakangan. Masuk ke dalam keluarga Raka bak sedang menapaki tangga siksa neraka selama mendiami rumah tersebut. Sempat terbebas namun akhirnya harus kembali lagi karena rasa iba pada pria yang sudah dianggap Sally sebagai penolong hidupnya dalam membiayai sekolah sampai kuliah walau ironisnya sebagai ganti kehidupan Sally yang harus direngut masuk dalam duka tangisan hampir setiap hari.Lalu kini bolehkah dirinya berharap untuk menyudahi segala penderitaan di masa lalu menjadi sebuah asa kebahagiaan bersama dengan Sean. Meskipun kecewa dengan sikap egois Sean di masa lalu ditambah lagi dengan kebohongannya menyamar sebagai Sean, namun Sally tidak dapat membohongi rasa cintanya kepada Sean tidak pernah pudar sedikitpun. Bahkan ketika Tuhan mempertemukan mereka kembali perasaan itu malah semakin besar dan menuntut.Meskipun jatuh cinta kembali dengan orang yang sama namun sensasi yang dirasakan Sally maupun Sean ber
Setelah mengetahui kebenaran tentang kesalahan yang dibuat papa Sall. Beberapa saat kemudian Sally meminta Sean untuk mengajaknya ke Surabaya dan mengajak ibunya untuk mengunjungi makam ayahnya.Sean sebenarnya sudah menyiapkan kejutan bagi Sally, namun setelah mendengar keinginan Sally ia harus merubah beberapa rencana.Sean sengaja tidak membuat rencana kerja untuk satu bulan ke depan, sehingga Mark hanya akan mengurus beberapa proyek yang belum selesai saja. Jadwal meeting untuk semua plan baru ia serahkan kepada Mark dan Ceri.Di kantor ruangan CEO kemarin Sean meminta tolong pada sahabatnya."Mark, kali ini gua minta tolong loe handel dan meeting buat planning proyek berikutnya." Ujar Sean sambil terkekeh meringis karena tahu bakalan diledek oleh Mark.Mark tersenyum mendecih meledek. "Awalnya janji ke gua cuma dua minggu, kenapa bisa beranak jadi satu bulan yah.""Sally mau ke makam papanya di Surabaya sama Mama Carol jadi terpaksa gua nambah cuti, lagian gua kan CEO nya, suka s
John dilaporkan oleh Carol dan Sally beberapa tahun lalu untuk laporan percobaan tindakan asusila untuk memberi hukuman jera pada John.Bahkan setelah bebaspun dia harus menjauh dan tidak boleh dekat sama sekali dengan Sally. John marah dengan hukuman yang ia terima. Akhirnya ia menghubungi Mira dan meluapkan kekesalannya."Hallo Mir, loe lagi sama Erik?""Iya, John. Kenapa yah?""Kagak, gua lagi suntuk aja sejak gua dilarang deketin Sally lagi.""John, kenapa ngak move on saja sih. Lupain Sally, masih banyak cewek yang mau sama loe. Loe itu ganteng, body oke, coba deh buka hati loe jangan mainin cewek cuma buat pelampiasan, ngak bagus juga buat kesehatan loe loh. Di dunia ini loe masih bisa ketemu cewek seperti Sally kan.""Kalau loe cuma mau nasehatin gua mending gua tutup aja deh. Gua nongkrong dulu ke klub."Mira menghela nafas dan menasehati temannya lagi meskipun tahu mungkin sia-sia. "Terserah John, jangan minum sampe teler nanti bikin masalah baru lagi.""Ah bawel loe. Yah uda
Malu, adalah perasaan yang kini tengah mendera Carol dan juga Sally setelah mengetahui kenyataan yang sebenarnya di balik misteri meninggalnya Ruben. Sebagian dalam diri Carol menyalahkan dirinya sebagai penyebab dari keputusasaan suaminya demi membuktikan diri memperbaiki perekonomian keluarganya lepas dari bantuan kedua orang tua Ruben.Sedangkan putri mereka di masa sekarang malah sudah menikah dengan bos dari Ruben yang memecatnya dan sempat membuat Carol juga Sally salah paham. Tentu saja Carol merasa malu dan sebagai ibu Sally ia memikirkan perasaan putrinya yang kini sudah menjadi menantu di keluarga Linardi. Saat kedua tangan Carol menangkuo ingin meminta maaf, Reina cepat-cepat menghalangi niatan Carol dan merangkul temannya. "Semua sudah berlalu, jangan kamu hukum diri sendiri atas kesalahan yang tidak kamu buat. Kami tidak membenci kalian bahkan semua sudah berlalu. Kita lihat masa depan saja mulai dari sekarang dan menantikan cucu kita pastinya yah."“Maaf kalau aku sempa
Di dalam ruang kerjanya, Samuel merenung tentang kejadian masa lalu mengenai kejadian di Surabaya yang membuatnya terpaksa harus berurusan dengan hukum untuk pertama kalinya. Saat itu dia baru menjabat sebagai CEO menggantikan papa nya. Setelah mendengar cerita dari Carol lalu mendengar nama suaminya yang sama dengan direksi yang dia pecat waktu dulu membuat Samuel mencari tahu kebenaran hubungan antara Ruben karyawannya dengan Carol. Dan ternyata mereka memang pasangan suami istri dan hal itu membuat Samuel resah karena cerita versi Carol sangat berbeda dengan apa yang terjadi sebenarnya."Aku harus mengungkapkan semua ini dengan Sally dan mamanya. Supaya jangan sampai mereka mendengar dari orang lain."Samue berencana mengundang Sean, Sally dan mamanya Sabtu ini makan bersama di rumahnya. Sehari sebelumnya Samuel menyampaikan hal tersebut ke istrinya dan menceritakan kejadian masa lalu itu ke istrinya agar tidak terjadi kesalahpahaman.Reina terkejut bukan main tidak mengira takdir m
Akhirnya aku dapat melewati rasa trauma setahap demi setahap. Semua karena dukungan orang-orang di sekitarku, mulai dari mama, Mark, Ceri, kedua mertuaku dan yang terutama suamiku sendiri Sean. Dialah yang berperan paling besar memulihkan trauma ku. Mau bersabar menunggu mentalku siap untuk bisa menunaikan kewajibanku sebagai seorang istri.Semua pengorbanan yang dilakukan nyatanya tidak sia-sia ditambah dengan keinginanku untuk sembuh dari trauma. Bahkan sekarang aku sudah bisa melakukan kewajibanku sebagai seorang istri dan Sean juga yang memberikan dorongan demi dorongan kecil untuk menyemangatiku agar tidak berkecil hati. Merayakan setiap keberhasilan sekecil apapun itu untuk segala hal yang sudah kulakukan . Aku bersyukur dengan cinta pertamaku yang berakhir di pelaminan. Penantian panjang dan hambatan dapat kita hadapi asalkan bersama-sama memanglah benar hanya saja kalau boleh aku tambahkan juga dengan sikap mau berkorban dan memperjuangkan satu dan yang lainnya.Sean selalu m
Mengandung 21+Sean melihat ruangannya sudah didekor dengan lilin-lilin kecil disepanjang jalan menuju kamar mereka. Ia tersenyum sambil meletakkan kantung belanja berisi kado pemberian keluarga dan kerabatnya di acara tadi."Hai Sayang, wah banyak banget kadonya." Sally menyambut suaminya keluar dari kamar mereka bergegas setelah merapikan kejutan di dalam kamar nanti.Sally menghampiri Sean dan memeluknya serta mencium pipi Sean tersenyum malu-malu terlihat dari rona di kedua pipinya."Jadi ini bukan rencana memberi kejutan Mark kan? Tapi buat aku, hayo ngaku.." Sean tersadar kalau apa yang dilakukan Ceri dan istrinya hanya sandiwara bagi Sally untuk menyiapkan semua ini.Sally tersenyum dan berjalan menuju kamar mereka memberikan senyum yang membuat desiran dalam diri Sean. Setelah meletakkan kado di sofa, ia pun bergegas mengejar Sally, menariknya dan mengecup bibir istrinya."Kamu membuatku tergila-gila padamu, Sayang." nafas Sean semakin menderu menahan diri melawan segala gejol
Sally dan Ceri keluar kantor dengan alasan meeting, namun sebenarnya mereka pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli sesuatu dan memesan kue untuk pesta malam nanti. Setelah itu mereka ke penthouse untuk mendekor ruang tidur mereka. Tentu saja mereka pergi dengan supir kantor sesuai perintah Sean, namun mereka meminta supir tersebut untuk mengatakan kalau dia mengantarkan mereka ke kantor klien untuk meeting bukan ke pusat perbelanjaan. Sally merasa bersemangat mempersiapkan kejutan untuk suaminya. Ia ingin membahagiakan Sean yang semestinya sudah dirinya lakukan sebulan lalu semenjak nama belakangnya berubah menjadi nyonya Rolando..Setelah semua selesai, mereka makan siang dekat kantor lalu kembali bekerja seperti biasanya agar Sean tidak mencurigai mereka. Baru kali ini Sally belanja ala sat-set memilih hadiah untuk Sean karena apa yang dicari langsung terlihat oleh matanya dan dia langsung menyukainya dengan cepat.Jam kantor menunjukkan pukul lima sore, Sally dan Ceri naik ke r
Sejak bertemu dengan John dan memutuskan untuk memaafkan serta melupakan rasa takut akan kejadian buruk sampai membuatku trauma dan mengalami mimpi buruk. Sekarang aku merasa lebih relax dan ringan seperti bebanku terangkat. Wajahku lebih ceria dari sebelumnya, ini semua berkat dukungan orang-orang yang menyayangiku dan juga keputusanku untuk berobat ke psikiater.Sean senang melihat perubahan dalam diriku beberapa hari ini. Setiap malam dia selalu mengecup keningku sebelum tidur lalu dengan lembut mengecup bibirku, entah mengapa ada dorongan dalam diriku yang menginginkan lebih dari ini. Tubuhku dengan reflek maju mendekati tubuh Sean, gemetar yang kurasakan sekarang berbeda dari rasa takut akan kilatan bayangan kejadian buruk itu. Melainkan getaran karena desiran yang menuntut dalam diri ini untuk merasakan lebih lagi.Tiba-tiba ciuman hangat itu berhenti dan Sean memelukku lalu tidur. Entah mengapa ada rasa kecewa malam itu tapi aku tidak berani mengatakannya pada Sean. Meskipun ke
Saran dokter psikolog juga Ceri nyatanya benar setelah Sally membuktikannya sendiri. Luka yang dibuat John tidak menghilang dan terlupakan begitu saja oleh Sally ketika memutuskan untuk bertemu dengan John di dalam sel.Namun ada beban berat dalam pikirannya yang terangkat membuat Sally seolah terlepas dari aura kuasa gelap yang selama ini menderanya. Ditambah lagi dengan permintaan maaf John yang terlihat tulus membuat Sally menaruh rasa iba pada kakak kelasnya itu.Cinta itu memang dapat membawa dampak luar biasa bagi seseorang bagai dua sisi yang saling berlawanan. Seperti kisah cinta segitiga antara Sally, Sean juga John. Sean yang cintanya bersambut justru membuatnya menjadi pribadi yang jauh lebih dewasa untuk mengerti kekurangan Sally.Sedangkan John yang cintanya tidak berbalas pada akhirnya menjadikan Sally bak tropi yang harus dimenangkan bagaimanapun caranya bahkan harus menjadi orang jahat sekalipun dia tidak peduli. Namun pada akhirnya John menyerah mengakui kekalahannya.