Beranda / CEO / Jadul Tapi Mantul / Memperbaiki Keturunan

Share

Memperbaiki Keturunan

Penulis: Bintang Kejora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Untuk sesaat hening, tidak ada jawaban dari Amanda, ataukah dia sudah menikah?

"Kita kopi darat saja," kata Amanda.

"Ok, kapan dan di mana?" tanyaku kemudian.

Amanda kemudian menyebutkan tempat ngopi, sepertinya kafe mahal, akan tetapi kuiyakan juga, waktunya juga sudah ditetapkan. Hari Sabtu jam empat sore.

Kembali' teringat kenangan bersama Amanda, gadis pertama yang aku sukai, dulu kami sering nonton film India di rumahnya. Amanda lebih tua dariku satu tahun, saat ini umurnya pasti sudah dua puluh dua.

Teringat juga dulu dia titipkan kucing, akan tetapi aku tidak mau menerima. Ah, terlalu banyak kenangan pada gadis cantik tersebut. Akan tetapi terakhir aku kecewa padanya karena konon dia kuliah di Australia dan satu rumah bersama Lindung. Oh ya, bagaimana kira-kira kabar Lindung sekarang, dia saudaraku, akan tetapi lain ayah dan lain ibu.

"Cok, mamak dan ayah sudah dapat yang cocok, " kata mamak lewat telepon malam itu, saat itu malam Sabtu, keesokan harinya ada janji berte
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (14)
goodnovel comment avatar
carsun18106
klo dapat cucu yg wajahnya pas pasan, ngga peduli akhlaknya bgmn, takutnya pd sedih dan terpuruk
goodnovel comment avatar
carsun18106
tapi ngga heran juga sih klo ucok bisa sampe ke titik ini, melamar perempuan secara impulsiv dgn alasan memenuhi keinginan ayah yg di ambang kematian, dgn calon istri yg diharapkan bisa melahirkan anak yg rupawan fisiknya, jd ayah dan mamak pun bahagia punya cucu yg cantik dan ganteng fisiknya
goodnovel comment avatar
sekai
kalo mendapatkan keturunan dg memperbaiki keturunan itu sama at beda g sihh??? duuhh,, bang ucok bikin tante jd mikir meres otak dehh... pdhl bang ucok yakin" aja tuhh.. bang ucok yakin bs imbangi paham kebarat-baratan nya c amanda. ahh bang ucok mah bikin tante pengen ketawa aja....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jadul Tapi Mantul    Mengurangi Penduduk Bumi

    Aku terkejut mendengar perkataan Om Hermansyah, Childfree? Pernah kami bahas di kampus masalah itu, konon penganut child free sudah mulai banyak di Indonesia. Paham yang dibawa oleh orang yang kuliah di luar negeri, tak kusangka Amanda ikut berpaham seperti itu. Ini sungguh di luar prediksi, padahal aku mau nikah untuk memberikan cucu pada ayah, sementara calonnya ternyata tak mau punya anak? "Cok, kok malah melamun?" tanya Om Hermansyah."Iya, Om,""Aku yakin kamu bisa mengubahnya, aku tersiksa, sudah istri tak ada, anak tak mau punya anak, bagaimana hari tuaku nanti, aku juga ingin momong cucu, ada anakku satu lagi, itu pun tak mau punya anak, menyesal aku menyekolahkan mereka di Australia," kata Om Hermansyah."Sejak kapan dia berpaham seperti itu, Om?" tanyaku kemudian."Tiga tahun belakangan, dia bahkan ikuti komunitasnya, mereka ngeri," "Wah?""Tapi saya yakin kamu bisa, ini ladang dakwah untukmu, jika bisa membuat Amanda punya anak, Saya akan sangat berterima kasih sekali,

  • Jadul Tapi Mantul    Childfree

    Di satu sisi Om Hermansyah benar, ini tantangan dakwah, jika aku bisa membuat Amanda sadar, ini prestasi yang bisa dibanggakan. Apapun alasan mereka menurutku perilaku seperti itu manyalahi kodrat manusia. Pilihan mereka benar-benar salah.Mamak kembali menelepon menanyakan perkembangan, aku tidak tahu harus bilang apa, sudah empat yang ditunjukkan mamak, tak ada yang cocok kurasa. Entah kenapa aku punya kriteria tinggi memilih teman, apalagi ini untuk memilih pendamping hidup. "Bagaimana, Cok?" tanya mamak."Masih pendekatan Mak,""Kau sudah kenal dia dari kecil, pendekatan lagi?" tanya mamak."Ya, gitulah, Mak," "Udah minta nomornya Om Hernyet?" tanya mamak lagi."Aduh, lupa, Mak, udah, tenang saja mamak, aku yang urus semua, cari calonnya, cari maharnya, aku semua, mamak sama ayah tinggal terima beres," kataku. Tentu aku jadi khawatir Om Hermansyah bicara' sama mamak. Nanti mamak tahu bagaimana Amanda, aku akan dapat ceramah panjang lebar.Makin ke sini, aku jadi makin merasa, ce

  • Jadul Tapi Mantul    Childfree 2

    Aku terhenyak mendengar perkataan Amanda, aku sudah meninggalkan salat ashar, padahal biasanya sepenting apa pun urusan salatku tak pernah tinggal. Apakah aku terlena.Udin? Ya, Allah, aku sudah menyuruhnya pulang duluan, kebahagiaan Udin hanya jika bisa mengikuti orang, kini kusuruh dia pulang sendiri. Rasanya aku lah yang dipengaruhi Amanda, bukan Amanda yang bisa kupengaruhi.Kupacu motor dengan cepat, ingin segera pulang ke rumah, tunaikan Salat isya dan bertemu Udin. "Pelan-pelan saja," kata Amanda saat motor tua itu kukebut."Aku harus cepat," kataku kemudian.Karena rumahku yang lebih dulu dapat baru rumah Amanda, aku langsung ke rumah, Amanda juga ikut. "Udin!" teriakku begitu sampai rumah.Tak ada sahutan, biasanya dia duduk di kursi kayu teras rumah. Aku berlari melihat' kamarnya, kosong. Ya, Allah. Kemanakah Udin.Coba bertanya ke penghuni kos-kosan, kata mereka Udin pergi dengan jalan kaki.Kuambil HP, coba telepon Udin, percuma, dia tak pernah tahu menggunakan HP, dia

  • Jadul Tapi Mantul    Curang

    Aku hanya tersenyum, merasa menang, kulihat semua orang masih pada heran, pendiri komunitas itu sudah pergi, dia meninggalkan teman-temannya yang melongo. "Ayo pulang, Amanda," ajakku kemudian.Amanda menurut saja, dia sepertinya masih terheran-heran, mulutnya sampai terbuka. Sampai di mobil, Udin sudah menunggu, dia membuka pintu untuk Amanda."Bagaimana caramu melakukannya, Cok?" tanya Amanda lagi."Tak penting caranya, yang penting aku menang," kataku kemudian."Ini ..." Amanda sepertinya tak mampu berkata-kata lagi.Mobil pun meluncur, tiba-tiba terdengar suara getaran hp, alat komunikasi milik Amanda yang bergetar."Halo," Amanda menerima telepon memakai pengeras suara, hp itu dia letakkan di dasboard mobil."Amanda di mana?" terdengar suara dari seberang telepon."Lagi dalam perjalanan pulang, ada apa?" jawab Amanda "Jonathan sudah kembali ini," katanya lagi dari seberang."Dia kembali?""Iya, kamu pun kembalilah, kita lanjutkan acara,""Apa yang terjadi dengan Jonathan tadi?

  • Jadul Tapi Mantul    Restu

    Aku lalu duduk, semua mata seperti memandang ke arahku, aku merasa seperti terdakwa saja. "Kami sudah bicara' dengan ayahmu, Cok, kami ceritakan semua. Tapi mereka ternyata tidak setuju, tapi mereka bilang terserah Ucok juga," kata Om Hermansyah."Jujur saja ya, kalau orang tuamu tidak setuju, Kami tidak akan memberikan adik kami untuk kau nikahi," kata seorang pria yang tadi memperkenalkan diri sebagai Abangnya Amanda."Jadi terserah kamu, Cok, mau lanjut atau tidak," Kata Om Hermansyah.Aku terdiam sejenak, kulirik Amanda, dia justru menunduk. Jika ayah dan mamak tidak setuju, aku juga jadi ragu, karena kata orang restu orang tua itu sangat perlu."Maaf, aku mau bicara dulu dengan orang tuaku," kataku akhirnya.Aku lalu pergi menjauh, terus ambil HP dan menghubungi hp ayah. "Assalamualaikum, Ayah," salamku setelah sambungan telepon tersambung."Waalaikum salam," "Ayah sudah bicara' dengan Om Hernyet ya?" tanyaku langsung saja."Sudah, Om itu sudah ceritakan semua, juga tentang A

  • Jadul Tapi Mantul    Harta Dan Wanita

    Perkataan Butet selalu menohok, aku sampai terdiam agak lama, dengan HP masih menempel di telinga. Aku bahkan disebut mereng otaknya, Udin lebih pintar dari pada aku, padahal Ustadz Rizal sendiri yang mengaku, aku lebih kuat imannya dari pada dia. Ustadz itu sendiri yang mengaku, dengan banyak harta lebih mudah berbuat baik. Sedangkan aku bisa menolak Amanda, biarpun dijanjikan harta warisan yang banyak."Bang Ucok, masih di situ kan?" kata Butet dari seberang."Masih, Tet, aku mau marah sama kau ini," kataku kesal. Masa dibilang Udin lebih pintar dariku."Bang, Abang kan paham agama, hapal Qur'an, kenapa Abang berpikiran kacau begitu?" kata Butet."Kacau? tambah lagi, tadi sudah otak mereng, kini pikiran kacau, suka-suka kau lah, Tet,""Bang, kenapa harus iri sama ustadz Rizal?""Iri yang positif lo, bukan negatif, iri yang positif itu boleh, sebagai penyemangat diri, contoh, ada orang yang lebih miskin, tapi lebih banyak sedekahnya, kita iri, boleh,""Udahlah, Bang, jika Abang lanj

  • Jadul Tapi Mantul    Go Internasional

    Tawaran yang lebih menggiurkan, beternak sapi di Australia, aku bisa go internasional, gak seperti ayah yang tingkat kabupaten saja. Ini benar-benar menggiurkan. "Kamu serius, Amanda?" tanyaku kemudian."Serius, aku sudah pernah ke peternakan orang Indonesia di Australia, wah, luas peternakannya lebih luas dari pulau bali, dia orang Indonesia lo, namanya Nisin Sunito,* kata Amanda."Wah?""Benar, papaku punya dana, kamu punya pengetahuan soal sapi, aku punya koneksi di Australia, kita bisa tim yang komplit." kata Amanda lagi."Udah, kamu pulang saja dulu, aku pikirkan dulu," kataku akhirnya."Oke, ingat, aku mau berubah, mari kita berubah bersama saling mengisi, Cinta pertamaku cinta abadi, selama di Australia aku tak pernah lupa padamu, Cok, aku selalu ingat masa-masa cinta monyet kita," kata Amanda."Hahaha, cinta monyet," di luar dugaan Udin ikut-ikutan, dia tertawa mendengar cinta monyet.Aku jadi ikutan tertawa, Amanda ikut tertawa. Lalu dia pun permisi pulang."Kok ketawa kau U

  • Jadul Tapi Mantul    Gadis Yang Duduk Saat Minum

    Merasakan diprank anak sendiri, itulah yang terjadi padaku. Ucok minta dicarikan calon istri. Aku tentu saja bersemangat, teringat dulu aku juga dijodohkan oleh orang tua. Akan tetapi setelah kutunjukkan tiga foto, dia malah menolak, alasannya tidak cantik. Untung juga belum sempat aku bicara dengan orang tua mereka. Akhirnya aku menemukan seorang gadis bercadar, pertama' dia datang ke pesantren bersama orang tuanya, melamar jadi guru di pesantren tersebut. Aku langsung terpesona melihat gadis itu, dia yang datangnya melamar pekerjaan, akhirnya kulamar dia untuk jadi menantu. Ayahnya juga setuju. Bang Parlin juga setuju, katanya ini mungkin jalannya Ucok bisa jadi pengurus pesantren.Gadis itu bernama Bilqis, suaranya sungguh merdu, aku tahu karena kami wawancarai dia karena datang melamar jadi guru. Orang tuanya seorang pegawai negeri sipil di kantor camat. Ketika kutunjukkan fotonya pada Ucok, dia malah langsung menolak, katanya tak terlihat wajahnya, lagi-lagi aku kecewa pada ana

Bab terbaru

  • Jadul Tapi Mantul    The End

    PoV Nia Sangat sedih melepas Butet untuk mengarungi rumah tangga barunya. Rasanya baru kemarin dia kugendong. Dia teman diskusi yang sangat asyik. Selama ini dia memang sudah tinggal jauh dari kami, akan tetapi tetap berat juga untuk melepasnya. Bang Parlin juga terlihat sangat sedih, pesta ini justru jadi ajang tangis bagi suamiku. Dia justru sering menangis. Tamu yang datang sangat beragam, mulai dari pekerja kami, sampai toke sawit, sampai bupati pun datang. Akan tetapi aku sedikit kecewa, menantuku tidak datang dengan alasan tak bisa meninggalkan warungnya. Karena Menantu tidak datang, otomatis cucu kamI juga tidak datang. Padahal ini hari bersejarah. Aku ingin berfoto seluruh keluarga. Akan tetapi menantu dan satu-satunya cucu tidak datang. Aku sudah coba hubungi menantu, akan tetapi jawaban dia adalah tidak bisa meninggalkan warungnya. Katanya jika ditinggalkan, terpaksa ditutup dan pelanggan akan lari. Sementara warung itu belum bisa diserahkan kepada karyawan. Resep

  • Jadul Tapi Mantul    Selamat Menempuh Hidup Baru, Butet

    Aku bangun pagi seiring azan subuh berkumandang dari mesjid desa. Lalu mandi dan pergi ke mesjid untuk salat subuh berjamaah, kami sekeluarga pergi ke mesjid. Cantik juga ikut, kami mau sekalian membicarakan proses akad nikah di masjid tersebut. Penghulunya juga masih Abang angkatku, yang dulu pernah jadi guru mengaji di rumah kami. Setelah membicarakan semua, kami pulang ke rumah. Mulai ada kesibukan di rumah. Para Bapak-bapak memasak rendang, para ibu-ibu memasak nasi. Jam delapan pagi sudah bisa makan. Satu kampung makan di rumah kami. Kebanyakan bawa baskom masing-masing. Ibunya Bang Sandi datang, begitu datang dia langsung salaman. "Kok lama kali datangnya?" tanya mamak."Itu tadi, Bu, ngantar Sandy mau pulang," jawab Ibu tersebut."Kok cepat kali dia pulang?" tanya mamak lagi."Katanya mau tugas,"Ternyata Bang Sandy memang di sini, ingin aku bertanya pada ibunya, akan tetapi aku tahan, tak ingin merusak suasana hati yang beberapa jam lagi akan menikah. Bang Sandy bohong soal

  • Jadul Tapi Mantul    Sedihnya Melepas Butet

    Pertanyaan Bang Sandy ini sepertinya tidak masuk akal, mengajak tinggal di Brunei, pekerjaan membobol bank. "Bagaimana, Tet, kita akan bahagia bersama," kaya Bang Sandy lagi."Hei, Bang Sandy, kamu masih waras gak? masa ajak aku jadi penjahat, kerja membobol bank, emangnya kamu pikir aku penjahat ya," kataku kemudian."Itu hanya perumpamaan, Tet, intinya aku bisa lebih baik dari si Cina itu," "Hei, Bang, kamu sudah rasis, gak boleh manggil orang dengan sukunya,""Bukan maksud rasis ya, Tet, hanya kesal, ayolah, Tet, kita akan hidup makmur di Brunei, Kamu tahu gak, pemerintah Brunei pernah mengajak aku pindah ke sana, sebagai tenaga ahli bidang IT," kata Bang Sandy lagi."Wah,""Iya, Butet, aku bisa lebih baik dari si sipit itu, percayalah," Lama-lama omongan Bang Sandy makin melantur saja, padahal biasanya dia orang yang santun, jarang bicara, ini sudah rasis segala. "Kok kamu jadi rasis sih, ini bukan Bang Sandy yang kukenal,""Cinta, Tet," Oh, seperti kata ayah, cinta bisa mem

  • Jadul Tapi Mantul    Gadis Mahal

    Sekitar jam 10.00 malam, Ayah akhirnya pulang ke rumah. Ini kesempatanku untuk bertanya apakah Ayah setuju. Bang Ucok, mamak dan bahkan Cantik tidak setuju aku pergi kuliah di Amerika. Tinggal Ayah yang belum kutanyakan."Papa, Kak Butet mau pergi ke Amerika," belum sempat aku bertanya Cantik sudah mengadu duluan. "Amerika," Ayah melihatku."Iya, jauhhh,""Hahaha," ayah malah tertawa, mungkin ayah mengira ini lelucon."Ayah, Cantik benar, aku mau pergi ke Amerika," kataku kemudian."Waw, mau ngapain?""Kuliah pascasarjana, Yah," "Jauh sekali ke Amerika?""Aku dapat beasiswa, Yah," Ayah' terdiam, dia melihat mamak, lalu kembali melihatku."Boleh, Yah?" tanyaku lagi."Kamu sudah dewasa, Butet sudah tahu mana yang baik dan mana yang buruk," kata Ayah."Ayah dukung apapun keputusanmu, tapi Ayah berikan sedikit gambaran, Amerika itu jauh, jika sekiranya ayah meninggal kamu gak akan bisa kejar, terus adikmu suka' kangen kakaknya, kamu satu bulan tidak pulang saja Cantik sudah sering be

  • Jadul Tapi Mantul    Amerika?

    Aku justru makin bingung, Ini kesempatan langka, beasiswa di Amerika. Akan tetapi aku dan Pak Johan sudah membuat semacam kesepakatan. Tiga tahun lagi kami akan menikah, itu 2 tahun yang lalu. Apakah kesepakatan itu sudah janji? "Bagaimana, Butet? kok malah bengong?" kata Pak Dosen."Saya berpikir dulu, Pak," jawabku akhirnya."Butet, ini kesempatan langka, Jangan disia-siakan, aku yakin kamu bisa berkarir di luar negeri," kata Pak Dosen."Cita-cita saya bukan seperti itu, Pak, cita-cita saya buka kantor pengacara publik, yang memberikan layanan hukum' gratis untuk masyarakat miskin," kataku kemudian."Jika memang itu cita-citamu, cocok juga, tapi ambil S-2 ini juga, paling dua tahun," kata Pak Dosen."Saya pikirkan dulu, Pak," kataku kemudian."Kupikir tadi kamu akan sujud sukur sambil menamgis karena dapat beasiswa penuh," kata seorang pengacara yang lain."Iya, gak nyangka kamu masih berpikir, padahal ini kesempatan emas, dari propinsi ini hanya dua orang, kamu salah' satunya," ka

  • Jadul Tapi Mantul    Butet Bingung

    Bertanya ke Bang Ucok ternyata jawabannya sangat logika, ini sesuatu yang berubah pada diri Bang Ucok. Setelah dia menikah bicaranya sekarang sudah banyak yang secara logika. Atau karena dia sekarang sudah sarjana psikologi. "Memangnya siapa yang orang Cina siapa yang orang Padang?" Tanya Bang Ucok lagi."Adalah,""Biar kutebak, kalau Cina itu yang pemilik hotel itu ya?" "Iya, Bang,""Yang orang Padang siapa?" "Coba tebak?" tanyaku kemudian.Heran juga Bang Ucok tidak ingat kepada Bang Sandy, Padahal kami dulu sering memecahkan kasus bersama. Bahkan kudengar Bang Sandi setelah jadi polisi pernah pergi ke tempat Bang Ucok. Kenapa dia tidak ingat?"Umar ya?" "Bukan?""Jadi siapa?""Ah, payah Bang Ucok."Aku memutuskan panggilan telepon karena Bang Ucok tidak ingat kepada Sandy. Aku makin bingung entah memilih siapa. Cari jawaban Bang Ucok juga mengambang, masalah umur dia pilih pada Sandy, di masalah profesi dia pilih Pak Johan. Sedangkan masalah suku dia tidak memberikan pilihan.

  • Jadul Tapi Mantul    Di Antara Dua Cinta

    PoV ButetSidang meja hijau berjalan lancar, cerita orang tentang seramnya sidang itu tak berlaku padaku. Bahkan dosen memujiku. Semua berjalan mulus, aku akan jadi wisudawan termuda di perguruan tinggi tersebut. Setelah selesai sidang, kegiatanku kini lebih lapang, aku bisa pulang ke desa setiap Minggu. Tinggal menunggu jadwal wisuda, tidak lama lagi aku akan jadi seorang sarjana hukum, seperti cita-citaku selama ini.Hari itu aku terkejut dengan kedatangan Pak Johan, dia datang bersama Ibunya ke tempat kos-ku. Ini tidak biasa, biarpun kami sudah berjanji akan menikah nanti, kami tidak pacaran, tidak bertemu rutin selayaknya pasangan kekasih."Ada apa ya, Pak?" tanyaku seraya mempersilahkan duduk.Ibunya Johan sudah jauh berubah penampilannya, dulu beliau selalu memakai pakaian ketat, kini beliau memakai pakaian Muslim, jilbabnya juga panjang."Butet, kamu datang mau menanyakan sesuatu," kata Ibunya Johan."Iya, Bu,""Jadi begini, kamu sebentar lagi kan akan diwisuda, jadi kamu akan

  • Jadul Tapi Mantul    Makin Tua Makin Tampan

    Keesokan harinya Pak Dullah datang lagi, kali ini dia minta Bang Parlin yang jadi saksi pernikahan anaknya dan Agus. Mereka gerak cepat, katanya akad nikah akan dilaksanakan jam sepuluh pagi. Nikah duluan dan suratnya diurus belakangan. Karena kebetulan Butet masih di rumah, aku ikut Bang Parlin ke rumah Pak Dullah. Agus sudah datang, anak Pak Dullah juga sudah didandani ala kadarnya. Petugas pencatat nikah yang juga guru di pesantren kami yang menikahkan. Acara berjalan lancar, diakhiri doa bersama yang dipinpin Bang Parlin. Lalu makan bersama.Agus lalu salim ke semua orang, saat salim ke Bang Parlin dia menangis. "Terimakasih kasih, Pak, aku ada permintaan satu lagi," kata Agus."Apa lagi, Gus?""Aku ingin pekerjaan tetap, Pak, aku sudah punya istri sekarang," katanya.Selama ini dia kami pekerjakan memang tidak tetap, hanya jika panen saja. "Baiklah, ngurusi sapi bisa?" tanya Bang Parlin."Bisa, Pak, bisa," jawabnya kemudian.Padahal mertuanya juga punya kebun sawit, biarpun ti

  • Jadul Tapi Mantul    Romeo dan Juliet

    Aku dan Bang Parlin langsung saja ke rumah Pak Dollah. Ketika kami tiba sudah ramai orang di situ. Kami segera masuk, di dalam rumah ada putrinya Pak Dollah dipegangi oleh dua orang. "Dia mau gantung diri, untung cepat' ketahuan," kata seorang ibu-ibu sambil menunjuk tali yang sudah terikat di kamar gadis tersebut."Mungkin sudah saatnya gunakan ilmu, Bang, luluhkan dia," kataku pada Bang Parlin. Yang sebenarnya adalah aku lelah, ingin istirahat selalu saja ada masalah. Mungkin jika Bang Parlin menggunakan ilmunya meluluhkan gadis itu, masalah akan selesai.Gadis itu terus meronta-ronta, dia dipegangi dua orang perempuan. Ayahnya tampak sudah gelisah. "Aku harus bagaimana lagi, Pak Kades?" kata Pak Dollah. "Bagaimana lagi mau kubilang, sudah ada penyelesaian mudah, nikahkan mereka, tapi bapak tidak mau, sekarang mau bagaimana lagi, satu di penjara, satu bunuh diri, begitu lah kisah cinta mereka," kata Bang Parlin."Aku lakukan ini demi anakku juga""Mirip Romeo dan Juliet, Agus j

DMCA.com Protection Status