Beranda / Pernikahan / Jadi Miskin Di Hadapan Mertua / KEDATANGAN KELUARGA KEDIRI

Share

KEDATANGAN KELUARGA KEDIRI

Penulis: Secilia Abigail Hariono
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

KEDATANGAN KELUARGA KEDIRI

Ifah menatap mata Hasan. Haruskah sekarang dia mengatakan pada kakaknya tapi bagaimana reaksi kakaknya jika malah memarahinya. Saat ini dia tak memiliki pilihan lain, apalagi wanita itu mengancam memviralkannya. Ifah juga sudah langsung menghapus video dan fotonya saat bersama Arif tadi. Dia sangat ketakutan sekali saat ini apa yang harus Dia perbuat.

"Tidak Mas, Ifah tidak apa- apa kok," kata Ifah mencoba menutupi semua yang terjadi.

Dia tak ingin Hasan saat ini tahu dan menjadi beban pikiran baginya. Ifah langsung berusaha memblokir Instagram milik mantan istri Arif tersebut. Tak lupa dia juga menscreenshot, semua ancaman nya. Dia tak lupa mengirimkan pada Arif. Tak lama HP Dinda berdering, satu telepon masuk dari Dinda kakak iparnya. Dia langsung pamit keluar dengan menunjukkan layar HP pada keluarganya.

"Mas aku keluar dulu ya, tak enak mengangkat telepon di dalam kamar ini, sinyalnya begitu jelek! Kartuku kan tak seperti Mas Hasan," pamit Ifah.

Hasan me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   KEJUTAN DARI KELUARGA KEDIRI.

    Kejutan dari keluarga Kediri"Apakah keluarga mereka itu sekarang menjadi keluarga kaya mendadak?" kata bu Nafis dalam hati."Oh ya Hasan, kau pulang jam berapa nanti?" tanya Papa Dinda."Ini sebenarnya sudah boleh pulang, Pah! Tinggal menunggu dokter nanti siang untuk check satu kali lagi," jawab Hasan."Oke kalau begitu, nanti menggunakan mobil milik Dinda saja," perintah Papa Dinda.Hasan langsung salah tingkah mendengar sindiran mertuanya seperti itu. Apakah Dinda belum mengatakan pada papanya jika mobil itu sudah laku di jual, tapi bukankah Pak Bukhari kemarin sudah mengatakan jika uang tiga puluh juta itu di gunakan untuk membayar kuliah Ifah."Eh itu besan, anu mobilnya Dinda kan sudah di gunakan untuk membayar Ifah kuliah tiga puluh juta, bukankah Besan semalam sudah saya kasih tahu? Jangan pura- pura lupa deh Besan," ledek bu Nafis yang kasihan pada Hasan di sindir mertuanya."Tenang saja, aku membelikan anakku mobil baru! Agar dia tak di re

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   D 111 NDA!

    D 111 NDA"Bu, bisakah Ibu mengurusnya?" tanya Hasan."Kan ada istrimu, Dinda! Mengapa Ibu?" tolak bu Nafis."Tapi Bu, Dinda kan-""Alah biarkan dia yang mengurusnya! Harusnya dia yang mengurus keperluan suami bukan Ibu, sifat Ibu hanya membantu saja," potong bu Nafis."Mosok kau tega menyuruh Ibu yang mengurusnya? Kau tak lihat toh kaki Ibu juga masih sakit nih buat jalan bengkak," kata Bu Nafis."Anak saya juga habis operasi kuretase kapan hari Ibu Nafis yang terhormat! Ibu jangan pura- pura bodoh dan lupa! Bahkan bukan kakinya yang di operasi tapi rahimnya," jawab papa Dinda penuh penekanan."Ya kan kuretase doang, Pak! Rahim juga di dalem bukan di luar, amanlah tak akan apa- apa! Sedangkan saya ini jelas bekasnya, kuret itu lebih tak sakit di bandingkan operasi kaki ini! Wong jelas saya mengalami patah kaki yang lebih parah, lagian wong orang tua di suruh- suruh! Apa ndak punya pikiran," sindir bu Nafis."Maaf Bu ini jadinya siapa yang ikut d

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   PERDEBATAN SENGIT PAPA DINDA VS BU NAFIS!

    PERDEBATAN SENGIT PAPA DINDA VS BU NAFIS!Hasan memandang wajah istrinya dalam- dalam. Seolah meminta penjelasan apa maksud semua ini. Padahal Dinda baru saja beberapa hari ke Kediri. Tapi dia makin tak mengenal istrinya saja."Apa maksud semua ini, Dek?" tanya Hasan."Kenapa Mas? Aku tak bermaksud apa-apa, Mas," jawab Dinda santai."Kenapa wajahmu merah seperti itu Hasan? Emang benar anakku tak bermaksud apa- apa kok! Wong anakku kan sudah jujur berkata padamu. Aku membelikan anakku mobil dan itu memang ku berikan untuk Dinda, di mana masalahnya? Apa salah orang tua memberikan harta ke anak mereka? Memang masalah?" tanya papa Dinda sekaligus menyindirnya.Hasan terdiam mendapat sindiran begitu dari papa mertuanya. Dia hanya bisa diam dan pasrah. Tak mungkin saat ini langsung bertanya pada Dinda di depan keluarganya. Tentu itu akan memicu dan memunculkan konflik baru. Bu Nafis segera keluar ruangan menggeret Ifah. Mau tak mau Ifah mengikutinya."Loh Ibu

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   DEDEMIT KARNAVAL PEMBONGKAR MASA LALU HASAN!

    DEDEMIT KARNAVAL PEMBONGKAR MASA LALU HASAN!"Eh ajari juga tuh besanmu, Dinda! Biar dia tahu, bahwa banyak yang lebih kaya darinya! Jualan sayur aja gayanya selangit," blas papa Dinda tak mau kalah.Skakmat! sekarang Bu Nafis tidak bisa membalas lagi ucapan Papa Dinda. Dia melengos sambil meninggalkan keluarga Dinda di sofa. Tak lupa melemparkan BPKB itu ke atas meja lagi tanpa punya sopan santun lalu duduk di samping Hasan. Tak lama kemudian Ifah juga kembali bersama seorang perawat dan dokter yang bertugas memeriksa Hasan."Saya periksa dulu ya, Pak Hasan," ujar dokter itu."Wah sudah bagus kok ini! Bisa pulang, tapi ingat nanti seminggu lagi kontrol untuk melepas jahitan ya," perintah dokter itu."Baik Dok, terima kasih ya, Dok! Terima kasih," jawab Hasan."Nah untuk sementara jangan dibuat mandi dulu ya! Khusus tangannya saja, biar benar-benar kering jahitannya, takutnya ini akan menjadi borok jika terkena air," jelas Dokter."Lalu kalau sholat,

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   PEMBELAAN ATAU PENGHINAAN?

    PEMBELAAN ATAU PENGHINAAN?"Lho kau tak tahu? Ini mantuku kan baru beli mobil mahal, loh! Cash dan kontan tak pakai acara kredit! Kau tahu mobilnya apa? Pajero! P-A-J-E-R-O mobil orang kaya tak seperti anakmu yang Avanza, sorry lho ya! Hasan itu batuk-batuk kalau naik mobil Avanza, debu," kata bu Nafis otomatis menyombongkan Dinda."Menantumu si Dinda dapat duit dari mana? Dia jangan-jangan?" ucap bu Damar mengompori."Jangan- jangan apa? Tak kruwes mulutmu kapok! Kau jangan menuduh menantuku aneh- aneh! Kau buta? Tak lihat tuh ada Besanku, wong Besanku ke sini menjelaskan semua nya kok berkaitan dengan mobil itu," bela bu Nafis pada Dinda."Wong jelas- jelas mobil Pajero itu di berikan Papanya, bahkan tadi BPKB nya di tunjukkan langsung padaku, jadi buang jauh- jauh pikiranmu itu! Kau jangan memikirkan hal yang aneh-aneh, tak mungkin menantuku itu aneh-aneh! Wong badannya saja gendut, jemblem,, bunder ginuk- ginuk seperti botol minum mixue seperti itu kok! Mana

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   BERKAH MERTUA BAIK?

    BERKAH MERTUA BAIK?"Kalau kamu sayang sama aku maka aku juga sayang sama kamu, Mas! Kalau kamu cinta sama aku, aku pun akan cinta juga sama kamu! kalau kamu sakitin aku, nggak papa aku terima saja! Kalau kamu bohongi, aku bodo amat! Kalau kamu pergi dari hidupku, silahkan saja! Tapi ingat ya, kalau kamu pengen kembali setelah kamu pergi dari hidupku, aku tak akan pernah menerimamu lagi! Aku tuh orangnya simple, cuma aku kasih satu kesempatan tanpa berkali-kali! Camkan itu baik-baik," ancam Dinda dengan tegas."Apa itu artinya kau takut kehilanganku, Dek?" tanya Hasan."Bohong jika aku tak mengatakan aku takut kehilanganmu, Mas! Sebagai seorang Istri aku tentu saja takut kehilanganmu, tapi aku berpasrah pda Allah! Karena aku sadar kalau ada dua hal yang bisa menyababkan aku kehilanganmu," jawab Dinda."Apa itu, Dek?" tany Hasan lagi."Petama karena kehilangmu kau di ambil Allah, ke dua diambil wanita lain! Aku takut, tetapi aku tak menerima lelaki yang tak s

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   Melabrak, eposide 1

    MELABRAK EPISODE 1"Halo guys! Aku sedang menaiki mobil menantuku tersayang, Dinda istri Hasan! Tuh gaiss ini mobil Pajero, mobil orang kaya dan mewah! Menantuku itu membelinya dengan cash loh, Alhamdulillah ya berkah mertua baik mendapatkan menantu yang baik pula," kata bu Nasif narsis.'Uhuk' Uhuk' Dinda langsung terbatuk-batuk mendengar ucapan bu Nafis barusan. Apa mertuany sedang kesurupan? Atau apa? Bisa bisanya tanpa rasa berdosa dan bersalah menyebut berkah mertua baik. Dari mana bisa dia mengatakan hal itu dengan percaya dirinya serta tanpa bersalah pada sosial media. Padahal kenyataannya Dinda tak pernah di anggap menantu oleh bu Nafis."Ehem! Hukum berbohong itu berdosa loh, Bu!" sindir Dinda."Cerewet," bentak Bu Nafis.Akhirnya Dinda membiarkan bu Nafis dan Ifah berpuas diri membuat instastory di sosial medianya. Dinda tahu betul takaran kebahagiaan orang itu berbeda. Mungkin adik ipar dan mertuanya begitu saja bahagia. Tak masalah selama i

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   WANITA ITU PASTI TERLIHAT SALAH,

    WANITA ITU PASTI TERLIHAT SALAH"Pulanglah dulu Mbak, sampean itu emosi. Besok datang lagi ke sini kalau kau datang baik- baik aku akan menerimamu baik- baik. Tapi jika kau datang seperti ini siapa yang mau berbicara denganmu?" tanya Dinda."Kamu melindungi adik iparmu itu?" sahut wanita itu"Demi Allah, aku tidak melindungi adik iparku," ujar Dinda.Dinda saat ini ingin mengasah ilmu negosiasinya seperti dulu. Saat ini wanita di depannya hanya sediri. Bukan dengan rombongan yang bisa mengompori. Harusnya lebih mudah untuk bernegosiasi dengan wanita ini."Mbak, dengarkan aku. Posisiku di sini sebagai ipar juga bukanlah saudara kandung. Sampean tahu kan bagaimana posisi ipar? Akan serba salah dalam keluarga suaminya, apa Mbak juga tak tahu itu? Aku begini karena aku ingin jalan yang terbaik untukku dan untuk Mbak," jelas Dinda."Apa maksudmu?" tanya Wanita itu."Juju saja, memang benar adikku ipar ada di dalam rumah, tetapi jika kau datang ke sini den

Bab terbaru

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   ENDING YANG BAHAGIA!

    ENDING YANG BAHAGIA!"Ya Allah apapun yang terjadi aku ikhlas, akan semua keputusanmu. Berikan yang terbaik," kata Dinda dalam hati.Tanpa membuang waktu lagi dia mengetes dan hasilnya adalah garis dua. Dinda langsung memekik, memakai bajunya dengan baik dan keluar dari kamar mandi. DIa langsung bersujud saat itu juga, dia merasa senang sekali."Ya Allah ternyata kau adalah sebaik-baiknya pengatur! Di saat semuanya sudah damai saat seperti ini kau memberikanku kepercayaan lagi dan di saat ini pula itu bersama pak Hendi akan segera umroh. Alhamdulillah! Alhamdulillah ya Allah," pekik Dinda tertahan dalam isak tangisnya.Dia pun segera menelpon kedua orang tuanya. Dia ingin membagi kabar kebahagiaan itu pertama kali dengan kedua orang tuanya. Untung tak lama telpon itu diangkat."Assalamualaikum, Papa!" sapa Dinda."Waalaikumsalam, Nduk," jawab Pak Bukhori."Papa, sedang sibukkah?" tanya Dinda."Kenapa kok sepertinya kau terdengar sangat gembira sekali. Ada berita membahagiakankah?" s

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   Hamil?

    HAMIL?"Ya, lama-kelamaan aku juga ikhlas. Aku selalu berpikir positif dan mengambil hikmahnya. Bayangkan saja betapa akan mengasyikkan nanti hidup kita berdua setelah menjadi saudara tiri dan kau serta aku bisa berbaikan. Ini akan sangat menguntungkan sekali bagi kita, karena kita bisa menginap di rumah masing-masing sesuka hati lagi. Ide bagus kan?" bujuk Ifah.Dinda salut sekali pada adik iparnya itu, Ifah nampak sekali mencoba untuk lebih bijak dan dewasa. Hal itu membuat Dinda dan Hasan tersenyum."Nah kau dengar sendiri kan, Nduk? Ifah saja sudah bisa berdamai dengan keadaan, kau sampai kapan mau begini terus? Percayalah Ibumu juga ingin melihat Papa bahagia dan mungkin saat ini Papa bisa bahagia jika bersama Bu Nafis. Bukannya sebagai Bapak egois tetapi Papa membutuhkan teman saat tua. Kau juga akan memiliki kehidupan sendiri nantinya. Lalu bagaimana kalau kita tua? Papa juga membutuhkan sosok bu Nafis sebagai ibu pengganti kalian," terang Pak Hendi."Jadi tolong terimalah," l

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   AWAL BARU KEBAHAGIAAN

    AWAL BARU KEBAHAGIAAN"Benarkah , Pak? Sungguh rasanya ini masih seperti mimpi, Mas. Alhamdulillah ya Allah," kata Bu Nafis langsung luruh di lantai.Da bersujud syukur, tak pernah terbayangkan di dunia bisa menginjak tanah suci bersama suami barunya itu. Dia sekarang benar-benar merasa sangat dicintai dan sangat bahagia meskipun pernikahannya dengan Abah dulu cukup bahagia namun dia tidak pernah mencintai Abah sepenuhnya. Beda halnya dengan Pak Hendi, dia benar-benar mencintai lelaki itu. Pak Hendi pun membiarkan sang istri menikmati sujud syukurnya, setelah selesai dia merengkuh sang istri. "Semua telah berlalu, semua telah usai. Buang semua traumamu, buang semua marahmu terhadap anak-anakmu, terhadap menantumu. Hubungan semua yang buruk-buruk lupakan, kita mulai semuanya baru. Kita akan pergi umroh bersama, kita berpamitan kepada anak-anak ya," pinta Pak Hendi.Bu Nafis memeluk Pak Hendi dan menangis sesegukan. Dia benar-benar tak kuasa menahan tangisnya.

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   HADIAH DARI SUAMI BARU

    HADIAH DARI SUAMI BARU"Bu? Apa Ibu tidak berjualan lagi?" tanya Dinda saat dia melihat dapur yang masih bersih."Tidak, Pak Hendi melarangku untuk jualan," jawab Bu Nafis.Mertuanya itu masih meminum kopinya di meja makan, sedangkan Pak Hendi entah kemana.Pamit pulang ke rumahnya. Dinda menggeret kursinya. "Maafkan Dinda ya, Bu. Selama ini Dinda yang egois, Dinda yang banyak salahnya sebagai menantu," kata Dinda."Maafkan Ibu juga," ucap Bu Nafis lirih. Terlihat dari wajahnya sepertinya dia juga menyesal. "Terkadang sebagai seorang ibu aku merasa belum rela jika anak lelakiku mencintai wanita lain bahkan terkadang aku merasa iri. Bagaimana bisa anakku memperlakukanmu begitu istimewa sedangkan akulah yang melahirkannya, akulah yang menyusuinya, akulah yang selalu membersamainya sampai dia besar. Ketika dia sudah besar aku harus melepaskannya, rasanya aku masih belum ikhlas. Aku tahu ini salah, tetapi itulah yang aku rasakan sekarang," kata Bu Nafis menghela napasnya panjang."Bu...

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   ORANG TUA PASTI INGIN YANG TERBAIK UNTUK ANAKNYA

    ORANG TUA PASTI INGIN YANG TERBAIK UNTUK ANAKNYA"Hahaha lalu kau percaya begitu saja?" tanya pak Hendi. Hasan pun mengangguk dengan polosnya. Membuat Dinda dan Pak Hendi gemas sendiri namun merasa lucu dengan tingkah Hasan."Mana ada online sembako yang bisa menggaji karyawannya sebanyak itu? Bahkan bisa untuk mencukupi dan menambal semua kekurangan kebutuhan keluarga kalian. Apakah kau pernah membelikan bensin kendaraanmu itu, San?" tanya pak Hendi. Hasan pun menggelengkan kepalanya."Lalu biaya servis? Siapa yang menanggungnya?" selidiknya."Dinda, Pak," jawab Hasan lemah."Lalu untuk kekurangan-kekurangan kebutuhan harian kalian? Bahkan untuk makan sehari-hari, biasanya siapa yang mennambal sulam?" cerca Pak Hendi."Dinda," sahut Hasan."Lalu, apakah selama ini Dinda pernah menuntutmu atau keluarga Dinda pernah menuntutmu dengan semuanya berkaitan dnegan nafkah atau uang?" tanya pak Hendi. Hasan pun menggelengkan kepalanya."Menurutmu kenapa mereka tidak menuntutmu? Bukankah itu a

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MELEPAS MESKIPUN BELUM IKHLAS

    MELEPAS MESKIPUN BELUM IKHLAS"Terima kasih karena Ibu sudah bicara seperti itu kepada Dinda. Sungguh Hasan tak mengira itu. Ibu bisa meminta maaf kepada Dinda dengan tulus. Hari ini rasanya adalah hari yang paling membahagiakan untuk Hasan," kata Hasan. Bu Nafis hanya tersenyum kecut mendengar semua ucapan Dinda dan diam. Begitupun dengan pak Hendi, lelaki itu lebih senang memperhatikan mereka. Ada bahagia yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata melihat keluarga barunya ini sedang mencoba memperbaiki semuanya."Kau ke sini tulus kan Nafis?" tanya pak Hendi."Iya," jawab Bu Nafis. "Nafis, ingatlah. Selama ini banyak hal dan kebaikan yang diperbuat Dinda untuk keluargamu. Jadi sekarang tak ada salahnya jika kau ganti membahagiakan Dinda. Toh Dinda tak pernah meminta banyak padamu kan? Dia tak minta hartamu, dia juga tak meminta kau menjadi ini dan itu. Dia hanya ingin mencoba membina keluarga sendiri dengan Hasan putramu, tak ada yang salah sebenarnya" ucap Pak Hendi."Nah memisah

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   RESTU ORANG TUA SANGAT PENTING BAGI ANAK MANTUNYA!

    RESTU ORANG TUA SANGAT PENTING BAGI ANAK MANTUNYA!"Pak, Bu," panggil Dinda lirih. Hasan tersedak."Uhukkk," Hasan langsung terbatuk."Kenapa to, San? Kok sampai tersedak begitu? Mbok ya kalau makan itu hati-hati. Tak akan ada yang meminta makananmu," tegur Bu Nafis dengan sigap mengulurkan air minum dalam gelas.Hasan dengan segera meminumnya, Dinda yang melihat itu hanya menghela nafasnya panjang. Lagi dia merasa, bahwa dia lah yang harus bersikap tegas sekarang. Kalau saja dia tak tegas maka yang rugi akan dirinya sendiri."Ada apa?" tanya pak Hendi."Begini, Pak. Maaf sebelumnya jika pagi-pagi Dinda langsung membahas pembahasan berat seperti ini. Tapi Dida tak dapat menahannya lagi. Karena sepertinya suami Dnda ini tidak sanggup mengatakannya," ucap Dinda. Hasan hanya mampu menundukkan kepalanya."Katakanlah, Nduk," perintah Pak Hendi."Dulu kan Mas Hasan pernah berjanji kepada Dinda untuk membawa Dinda mengekost dan membina hubungan rumah tangga sendiri tanpa ikut campur tangan

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   Izin Pergi Dari Rumah

    IZIN PERGI DARI RUMAH"Kau sudah berkemas, Dek? Pagi sekali. Bukankah kita bisa pindahan nanti saja saat aku pulang bekerja?" tanya Hasan."Tentu saja, Mas. Kita bisa kok pindahan nanti dan aku juga tidak menuntut untuk pindahan sekarang juga," kata Dinda menyahut."Lalu kenapa kau sudah bersiap dan berkemas seperti itu? Toh pindahnya kan masih nanti," ucap Hasan."Tak apa-apa, Mas. Aku hanya sedang senang saja, kita akhirnya bisa pindah. Aku tak ingin kau berubah pikiran, maka dari itu aku sudah menyiapkan semuanya. Kita tinggal berangkat nanti setelah kau pulang dari bekerja," teramg Dinda. Hasan menghela napasnya panjang. "Tapi aku belum berpamitan dengan ibu atau Pak Hendi Dek. Nanti kita pahami dulu ya," minta Hasan."Iya, Mas," sahut Dinda tanpa keberatan sedikitpun."Apa Kita tak bisa sedikit lebih lama lagi di sini, Dek?" gumam Hasan lirih namun masih bisa terdengar oleh Dinda."Tidak, Mas. Seperti janjimu dulu. Aku hanya menuntut apa saja yang sudah kau katakan padaku di dep

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MINTA MAAF SEBAGAI ORANG TUA?

    MINTA MAAF SEBAGAI ORANG TUA?"Selama ini aku salah Pak," gumam Bu Nafis."Nafis, kau itu harus menyadarinya kalau kau yang salah saat ini. Jangan semua kau nilai dari keuangannya saja, kau ini terbiasa menilai semua dari uang dan harta. Kita tidak tahu orang itu sebenarnya kaya atau tidakk. Karena apa? Banyak orang yang berpura-pura kaya namun tak sedikit orang juga yang masih berpura-pura miskin agar tak terlihat kaya dan banyak di hutangi orang," jawab Pak Hendi."Kita tidak dapat menilai semua hanya dari harta, tapi lihatlah. Coba kau ingat lagi, kebaikan apa yang sudah Dinda buat selama ini untukmu? Apa yang dilakukan untuk keluargamu juga? Kau bahkan juga menggadaikan mobil miliknya padaku. Apakah itu benar? Dinda masih legowo juga lo. Nah, coba kau renungi semua. Itu yang penting," tegur Pak Hendi."Lalu aku harus bagaimana, Pak?" tanya Bu Nafis. "Jika aku menjadi dirimu maka aku akan minta maaf. Jadi saranku mending sekarang kau minta maaflah kepada Dinda," jawab Pak Hendi."

DMCA.com Protection Status