"Kamu tunggu di sini. Aku akan memanggil dokter!" ucapnya melepaskan genggaman tangan, lalu berlari keluar dari ruangan
.Di saat dia telah keluar. Aku tersadar tempatku berada saat ini. Aroma obat-obatan yang familiar, selang infus dan kata dokter.Jika kalimat teka-teki itu yang digabungkan menjadi satu, maka akan merujuk pada rumah sakit."Ini mimpikan? Tapi kenapa terasa nyata?" aku mengedarkan pandangan seraya bergumam dan mengangkat alis kebingungan.Di detik berikutnya, aku langsung teringat, tentang pertarungan dengan The Lord of Fire Goblin."Sial-sial-sial!" padahal tinggal sedikit lagi sebelum aku mengucapkan kalimat itu, lalu menang telak dan memiliki Dungeon Fire Goblin.Ingin rasanya mengepalkan tanganku dengan erat. Namun rasa lemas masih mendominasi tubuh.Pada akhirnya, aku pun hanya bisa terdiam bersender pada ranjang rumah sakit. "Jika ini hanya mimpi, kenapa harus kembali ke kehidupan di mana"Hey, bukankah sudah kukatakan sebelumnya. Agar kamu tidak shock saat mendengar jawaban dari Dokter?" suara dingin pria itu kembali mengalun sampai ke telingaku.Lamunanku yang sebelumnya buyar, dan aku menatap ke arah pria itu. Walau masih shock, belum menerima apa yang terjadi pada tubuh asliku. Namun, beberapa saat aku menatap dia, atau lebih tepatnya menatap pada manik mata berwarna hitam itu. Rasa shock yang menyerang ini perlahan memudar. Sebab, aku teringat alasan untuk melakukan percobaan bunuh diri. Tawa kekehan pun keluar dari bibirku dengan suara lirih, bersamaan dengan tetesan air mata yang menumpuk pada pelupuk mata. Aku menundukkan kepala. "Anda benar. Sebelumnya saya sempat shock. Namun sekarang, saya tak lagi shock ketika mengingat alasan saya melakukan ini." Aku membalas kalimatnya sambil mengepalkan kedua tangan.Tidak ada rasa menyesal setelah melakukan hal itu. Kemudian, aku mengangkat kepala. Menatap wajah dari kelua
[Notifikasi! Potion Healing-nya tentu ada! Hanya saja, harga diskonnya berkurang karena semakin dekat dengan waktu habisnya diskon.]Sebelah alis ini terangkat, karena rasa penasaran. "Berapa harganya sekarang?" tanyaku penasaran. Kali ini aku berharap, semoga harga diskonnya yang berkurang itu tidak melebihi jumlah Coin sistem-ku.[Potion Healing rank S.]Deskripsi : [Potion ini terbuat dari beberapa tanaman herbal langka yang sangat sulit ditemukan, dan sangat sulit juga untuk diolah. Memiliki waktu menetralisir tulang selama 10 menit.]Harga asli : [1.000C]Harga Diskon saat ini : [450C]Melihat harga diskon saat ini, aku menghela napas lega sambil mengelus dada. Untunglah harganya tak mahal. Hanya saja, semua Coin yang kumiliki saat ini akan habis ketika digunakan untuk membeli semua itu. Tetapi, tidak ada salahnya untuk melakukan hal itu bukan? Pikirku bertanya-tanya di dalam hati.Lagi pula, nanti akan mend
[Notifikasi! Itu karena Anda meminum Potion Healing rank S. Memulihkan stamina adalah efek dasar dari Potion Healing. Semua penyakit dan organ yang rusak telah dipulihkan karena efek regenerasi dari Potion Healing rank S ini.] "Oooh, sekarang aku paham alasan kenapa tidak seperti yang pernah kurasakan sebelumnya." Aku mengepalkan kedua tangan dan tersenyum. Setidaknya, sekarang aku harus segera bergerak mencari dokter itu. Sebab, misi ini adalah tingkat yang sangat sulit dengan waktu penyelesaian sangat minim. Tidak ada alasan lagi, untuk membuang waktu lebih lama. "Sekarang, yang harus dilakukan hanyalah keluar dari rumah sakit ini dan bergegas menuju Rumah Sakit Cahaya!" Aku bergumam pelan, menyebutkan rencana yang akan kulakukan. Hanya saja. Untuk bisa kabur dari rumah sakit ini tak seperti Rumah Sakit Cahaya. Pengamanannya jauh lebih ketat dari rumah sakit biasa. Level ketatnya serupa dengan keamanan barak militer negara maj
Senyum bahagia aku ukir pada bibir. Dengan cepat aku naik ke atas wastafel. Membuka sekat pembatasnya, setelah itu masuk ke dalam lorong ventilasi dan memasang kembali sekat pembatas itu dari dalam. Di luar dugaanku. Ternyata lorongnya cukup sempit, membuat tubuhku hanya bisa merangkak di dalam ventilasi. Di setiap jalan menuju saluran pembuangan, satu-satunya jalan keluar dari ruangan bawah tanah ini. Jantungku berdebar begitu kencang, seakan sedang khawatir pada sesuatu. Aku berhenti merangkak sejenak dan menggerakkan tangan kanan untuk memegang tempat jantung berada. "Apa aku sedang khawatir pada tubuh di dunia lain?" tanyaku pelan sambil tersenyum. Kuharap, tubuh Meqsesa yang aku tempati di sana baik-baik saja.Selain itu. Sekarang aku harus fokus untuk menyelesaikan misi. Aku berhenti memegang dada kiri, kemudian mengangkat kepala melihat ke depan. "Tidak akan ada orang yang mau membantu di sini," gumamku le
Penasaran asal usul suara tersebut, aku menoleh ke arah kanan—sumber suaranya menggema. Aku langsung terkesiap kaget dan beringsut mundur, ketika melihat sosok aneh di dekatku. Telinganya mirip dengan sirip ikan, tapi wajahnya begitu cantik dengan mahkota ukiran rumit yang dihiasi permata indah. Mengerikan sekaligus menyeramkan, pikirku. "Siapa kau!" teriakku tak percaya menunjuk ke arah perempuan itu. Tampak raut terkejut terpasang pada wajah perempuan itu, tapi kemudian dia tersenyum."Kau telah membuatku terkejut, manusia," ucapnya menghela napas dan mengelus dada. "Aku adalah Queen (Ratu) dari para Siren. Makhluk yang barusan menyelamatkanmu dari kematian." Perempuan itu menyahutiku dengan tatapan aneh. Kalimatnya membuatku tertampar. Mau seburuk dan semengerikan apapun dirinya, dia tetaplah penuelamat. Minimal, aku harus tahu diri. Di sisi lain, aku lebih terkejut mendengar kata-katanya. Dia Queen? Peng
Setelah itu, dia masuk ke dalam sungai terlebih dahulu. Sesaat, aku pun ragu melihatnya. Namun, ketika mengingat notifikasi bahwa aku memiliki skill 'Breath Underwater', sepertinya tak ada salah untuk mencoba.Perlahan aku mendekat ke arah sungai. "Breath Underwater," ucapku mengatakan nama skill. [Skill pasif 'Breath Underwater' rank A plus berhasil. Anda akan bisa bernapas dalam air, maksimal selama satu minggu!]Baiklah, karena sistem sudah menunjukkannya seperti itu. Aku langsung masuk ke dalam air, tapi aku tetap menahan napas. Tubuhku juga bergetar dengan hebat, kepalaku terasa pusing seperti ingin kehilangan kesadaran.Sebuah tangan pun terasa mengelus telapak tanganku. Saat membuka mata, aku melihat Queen of Siren yang tersenyum.[Notifikasi! Queen of Siren menggunakan Calming Skill!][Notifikasi! Segala keraguan dan trauma di bawah air menghilang!][Notifikasi! Kemampuan melihat dengan normal di d
Setelah aku mengajukan syarat tadi. Queen of Siren menerima semua syaratku, dan kini dia mengu-mumkan kekuasaannya diserahkan padaku. Queen of Siren tidak bereaksi, dia hanya diam dan mengamati dari tadi sambil melirik sesekali. Apakah dia meminta aku untuk menyelesaikan hal ini? Suasana pun tak lama menjadi hening. "Apa ada alasan lainnya? Silahkan keluarkan alasan kalian sekarang," tegas Queen of Siren. Salah satu Bangsawan Siren pun mengangkat tangannya. "Saya ingin Queen mengangkat Heres Kedua, untuk memiliki hak suksesi dan bertarung dengannya! Kami ingin penerus selanjutnya adalah orang yang pantas untuk itu!" tantang bangsawan tersebut menunjuk ke arahku dengan tatapan tak suka yang teramat jelas. Queen of Siren menatapku sambil tersenyum. "Hmm, bisa juga. Tapi apa kalian lupa? Ramalan Queen Pertama tentang pemimpin setelah aku?" tanyanya menolehkan pandangan ke arah bangsawan yang menentang posisiku.[Notifikasi! Heres adalah sebutan
"Kau melihat mereka?" suara Queen of Siren membuatku terkejut. Aku menoleh ke samping dan dia berdiri di sampingku dengan kedua kaki. Badannya setengah ikan itu menghilang, digantikan oleh kaki jenjang nan mulus. Sesaat aku terpesona menatapnya. "Kemana ekor Anda?" tanyaku secara spontan tak sadar. Kemudian, saat aku tersadar langsung saja menutup mulut dengan kedua tangan dan menunduk. "Maaf," sambungku dengan nada menyesal.Sebuah tepukan lembut terasa pada bahu. "Tidak, tidak apa-apa. Wajar saja jika kau terkejut. Walau ini adalah masa lalu, tapi ini tetaplah Area Surga yang mampu menetralkan kutukan apapun. Bahkan kutukannya sendiri. Jadi, para Siren yang dikutuk bisa memiliki wujud asli mereka di sini," jelasnya membuatku mendongkak.Begitu melihat wajahnya. Aku mematung tak percaya. Dengan wujud manusianya sekarang, Queen of Siren sangatlah cantik. Luar biasa cantik. Senyum-nya itu membuatku merasa candu dan ingin melihat senyum it
Entah ini sekadar kebetulan atau memangnya ada di sana. Seekor Tupai kemudian terlihat meloncat-loncat dari pohon yang cukup jauh itu. "Woah! Tatapan Nona Cantik tajam! Itu betul-betul Tupaai! Ini pertama kalinya Leon liat Tupai langsung!" seru Leon dengan nada kegirangan. Hufft! Aku hanya bisa menghela napas lega secara diam-diam ketika mereka percaya kalimatku barusan. Aku melirik panel yang menampilkan 'Dual Mission' tadi. Tidak ada jalan lain selain menerima-nya.Aku tak ingin ada Meqsesa lain di dunia ini. Cukup biarkan dunia modern ini berjalan dengan semestinya tanpa ada gangguan. Jariku pun bergerak menyentuh tombol 'iya' yang melayang di udara.[Notifikasi! Anda menerima 'Dual Mission'!]"Apa kau benar-benar yakin ingin pergi sendiri-an? Ini sudah mau malam. Rasanya, tidak baik bagi perempuan sepertimu yang masih gadis untuk keluyuran," tanya Roland memastikan sekali lagi.Aku tersenyum dan mengangguk dengan tegas sambil berkata, "Iya. Lagi pula, aku memiliki sesuatu yang pe
Secara otomatis, ingatan-ingatanku menerawang pada masa di mana kami masih bermain dan berseko-lah di SMA. Ah iya, SMA. Tiba-tiba aku teringat dengan SMA yang sebelumnya aku tempati untuk belajar dan menuntut ilmu. Aku masih belum lulus dari SMA. Bisa dibilang hampir lulus. Malam ketika aku dan Fero ditabrak oleh mobil. Itu adalah malam perpisahan. Tak terkira kalau kami akan benar-benar berpisah sampai beda dunia. "Kenangan yang menyakitkan, sekaligus menye-nangkan untuk diingat. Fero," gumamku mendongkak ke atas sambil terkekeh pelan.Langit mulai berwarna jingga kegelapan, tanda malam akan menghiasi cakrawala. Aku segera berdiri. "Aku tak bisa berlama-lama di sini, ini waktunya aku pergi," ungkapku tersenyum dan berbalik menatap Roland dan Leon yang hanya menunggu di pintu masuk makam.Mendekat ke arah mereka, aku membungkukkan badan sedikit. "Sebelumnya, terima kasih karena telah mengantar saya sampai di sini. Sekarang saya tak lagi ikut dengan kalian, sebab ada yang harus say
"Papa memang mengenal Nona ini. Nama nonanya adalah Lania. Tapi, Nona ini adalah pasien Papa yang diceritakan setiap malam itu. Pasien yang kabur dari rumah sakit," jelasnya membuatku melototkan mata malu ke arahnya. Bagaimana bisa dia menceritakan kebohongan besar seperti itu!"Itu bohong! Hei Dokter, sejak kapan aku kabur dari rumah sa–kit." Semakin mendekati akhir, kalimatku semakin nadanya terdengar ragu-ragu karena aku mengetahui alasannya. Waktu itu, setelah menangis dan meminta waktu untuk berdua saja bersama Fero yang telah tidak bernyawa. Aku berlari keluar dari rumah sakit. "Kaumengingatnya bukan? Waktu itu kauberlari sangat cepat, hingga para satpam tak mampu mengejarmu," jelas Roland diakhiri dengan kekehan pelan.Pipiku langsung terasa panas, seakan sedang dikukus di tempat tertutup dengan suhu tinggi. "Sete-lah dia berlari keluar. Nona cantik ini hanya kembali dengan keadaan koma, sebelum dibawa ke Rumah Sakit Mi ...." Direktur Roland tak melanjutkan kalimatnya, dia m
Lagi dan lagi, aku kembali menahan rasa gemas luar biasa agar tidak membuat pipi itu menjadi korban dari keegoisan jari-jemariku. "Mau Nona gendong atau jalan sendiri?" tawarku tersenyum lembut."Leon mau digendong!" serunya dengan mata berbinar yang lucu, dan tangan yang melebar seakan sudah siap untuk digendong. Di dalam hati aku mengeluh, sampai kapan akan menahan rasa gemas ini setiap melihat tingkah Leon yang imut ini? Kemudian, aku segera mengambil dia ke dalam gendonganku dan berjalan menuju lift menuju lantai empat, tempat direktur rumah sakit berada. Sampai di lantai empat. Tak seperti yang kuperkirakan sebelumnya, tempat ini cukup sepi. Mengikuti arahan seperti yang dikatakan oleh resepsionis tadi. Aku berhenti melangkah di depan pintu yang memiliki papan nama 'Direktur'. "Leon, jangan nakal ya di dalam. Nanti kena marah sama orang yang duduk di dalam. Nanti kamu gak dibolehin masuk rumah sakit lagi," pesanku mengusap kepala dan mencium pipinya.Aaakk! Akhirnya bisa j
Menarik napas dalam dan mengembuskannya pelan, aku menguatkan diri untuk melangkah mengi-tari bangunan, menuju bagian depan tempat pintu masuk terpasang. Di depan pintu rumah sakit, beberapa orang terus menerus menatapku tanpa henti. Itu membuatku merasa sedikit risih. "Apakah ada yang salah dengan penampilanku?" Aku bertanya pelan pada diri sendiri sambil mendo-rong pintu untuk masuk. [Notifikasi! Bisa dibilang seperti itu. Kecantikan Anda saat ini berada di level Siren, yang berada di bawah tingkatan Dewi Cariella sendiri. Jika di Bumi ada alat untuk mengukur kecantikan, maka Anda adalah pemenangnya!]Aku tersentak ketika membacanya, lalu melihat ke sekeliling. Semuanya masih menatapku dengan tatapan itu. Mau tak mau, aku sedikit bergegas mendorong pintu rumah sakit dan masuk ke dalamnya. Mempercepat langkah mendekat ke arah resep-sionis, aku mengedarkan pandangan. Beberapa orang di dalam sini juga sama. Mereka menghentikan kegiatan dan terus menatapku. Aku kembali menatap si
"Ta–tapi ini tugas kami Queen," tolak salah satu prajurit secara halus. Aku langsung menatapnya, begitu juga dengan Queen of Siren yang berada di sampingku. Melirik ke arah wajahnya, dia tersenyum lembut. "Baiklah. Buka Palatium Maris-nya, aku hanya akan membantu kalian," usulnya menawarkan cara lain. "Seperti yang Anda pinta, wahai Queen kami!" tutur para prajurit Siren dengan nada riang. Diam-diam aku tersenyum tipis melihat mereka. Terlukis jelas ekspresi bahagia mereka, saat Queen mau memahami dan memberikan usul yang adil. Bersamaan dengan itu, aku juga miris melihat-nya. Bagaimana tidak? Queen sebelumnya menjelas-kan padaku secara langsung, bahwa hidupnya tak lagi lama. Makanya dia mencari seorang pewaris atau sebutannya Heres agar tak khawatir lagi, jika nanti dia pergi secara mendadak. Alunan mantra dengan bahasa yang tidak ku-pahami mengalun. Lingkaran sihir muncul di per-mukaan gerbang besar berwarna putih bersih ini. Gerbang yang diberi nama Palatium Maris atau Gerbang
"Untuk Portal Antar Dimensi, beritahu Siren Bangsawan Secundus Locus, dan Tertio Loco untuk menyusulku ke tempat Portal Antar Dimensi itu muncul." Queen of Siren mengeluarkan sebuah emas tipis berbentuk kertas.Si prajurit menerima emas tipis berbentuk kertas itu. "Siap, saya akan melaksanakan seperti apa yang Anda perintahkan, Queen!" balas si prajurit dengan tegas. Queen of Siren pun membalas respon si prajurit itu dengan anggukan kecil. Setelah menerima balasan dari Queen of Siren. Prajurit itu langsung pergi dan melesat layaknya speedboat. "Cepat!" gumamku yang kagum dengan mata berbinar. Apa aku bisa secepat itu? Kuharap iya! Pikirku dalam hati.Tawa kecil pun terdengar. Aku menoleh ke arah Queen of Siren. "Kecepatan berenang seperti itu sudah biasa di antara para Siren," ungkapnya tersenyum. Senyum itu hanya bertahan beberapa saat, sebelum ekspresinya runtuh."Maaf, aku hanya bisa mengantarmu sampai sini. Sebagai penggantiku, ikutilah ikan-ikan ini," ungkap Queen. Dia menu
Walau diliputi cahaya, aku masih bisa melihat kalau wajahnya sedang merekahkan senyum indah. "Ini adalah Cahaya Ilahi. Setiap Dewa atau Dewi yang memperlihatkan wujud mereka di hadapan makhluk fana, akan terlihat seperti ini. Itulah aturan Surga. Jika kedua matamu tak kuberikan berkah, pasti dua bola mata itu akan hancur," jelas Dewi Maris. Tangannya terulur mengelus rambutku. [Notifikasi! Anda menerima Berkah Dewi Penguasa Lautan!][Notifikasi! Skill Penglihatan Normal dalam air menjadi permanen. Mencatat level skill ....][Notifikasi! Berhasil, rank Skill Penglihatan Normal Dalam Air memiliki rank S plus!][Notifikasi! Pesona Anda meningkat sebanyak +20!][Notifikasi! Kecantikan Anda meningkat sebanyak +20!][Notifikasi! Ke-sexy-an Anda meningkat sebanyak +20!][Notifikasi! Rank Skill Breathing Underwater ditingkatkan menjadi S plus!][Notifikasi! Rank Skill Fire Resistance diti
"Tentu, rasanya semakin ke sini semakin berat," balasku menetralkan napas. Tawa Queen of Siren pun mengalun dengan nada khas dan indahnya. "Wajar saja kalau kamu kelelahan. Level kepadatan air dan arus di sini lebih padat. Jika kamu mengerti soal sihir, pasti mengetahuinya," jelas Queen of Siren melirikku sambil tersenyum. Sebelah alis pun kuangkat karena penasaran dengan kalimat yang dia lontarkan barusan. Keheningan pun datang, saat Queen of Siren hanya memandangi lantai tengah altar. "Apa kau membawa Permata yang kemarin kuberikan?" Queen of Siren tiba-tiba berhenti melamun dan melirik ke arahku. Raut wajahnya begitu serius. Aku mengangguk sebagai jawaban iya. Dia pun kembali menatap lantai tengah altar. "Pada umur 12 tahun, para Siren perempuan maupun laki-laki akan melakukan ritual di sini. Tak seperti manusia, setiap Siren diwajibkan untuk memiliki kekuatan dari berkah Dewi. Ini sebagai perlindungan diri,