Rachel bisa merasakannya. Sebuah desakan untuk bangkit. Sebuah dorongan untuk membuka matanya. Namun seluruh indera perasanya seakan tak bisa dia kendalikan. Lemah, itu yang Rachel rasakan. Dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri.“Kau terlalu lemah untuk menjadi pemilik kekuatan ini,” ucap Sassafras.Naga itu masih belum menyerah untuk menguasai tubuh Rachel. Dia masih berlalu lalang di alam bawah sadar Rachel. Terbang dengan wujud naganya dan sesekali mencoba menyerang Rachel, meski tak sampai membahayakan nyawanya.“Kau juga terlalu lemah untuk lepas melarikan diri dari belenggumu,” balas Rachel santai.Sassafras mendengus pelan. Makhluk itu berhenti terbang dan mengubah wujudnya menjadi seorang pria. Dia berjalan mendekati Rachel yang berdiri diam di tengah ruang kosong nan luas itu.“Kau bahkan tidak bisa mengendalikan kesadaranmu sendiri, bagaimana kau akan terus membelengguku di sini?” tanya Sassafras mengintimidasi.Rachel akui bahwa ucapan Sassafras ada benarnya, tapi R
Pasukan yang terdiri dari berbagai makhluk itu berlari dengan senjata terangkat di atas kepala mereka. Gerakan mereka yang tak beraturan terlihat layaknya sebuah kekacauan yang meledak tiba-tiba di tengah bukit berbatu tebing Atiria.Mata tajam Kenneth menatap pasukan yang sedang berlari ke arahnya. “Kemarilah,” gumam Kenneth pelan menanti musuhnya.Cahaya coklat keemasan terus memancar dari shadowfall yang semakin lama semakin terang. Saat jarak pasukan itu kurang dari lima meter darinya, Kenneth mengayunkan pedangnya dengan keras dan cahaya coklat menghempas pasukan itu dan menebas semua makhluk itu dalam sekali tebasan.Cahaya itu menghantarkan getaran energy yang cukup kuat hingga terasa oleh hampir seluruh pasukan kerajaan yang juga berada di tebing Atiria. Menumbuhkan ketegangan dan menyulut rasa takut dari pasukan-pasukan klan manusia disana.Tak menunggu lama, Kenneth kembali mengayunkan pedangnya untuk yang kedua kalinya dan membunuh monster yang berada di depannya. Kenneth
“Ilusi, dia menggunakan mantra ilusi,” gumam Adish. *** Segalanya terjadi dengan cepat. Ketika cahaya merah tiba-tiba menyebar di seluruh kerajaan Crator dalam sekejap setelah Putri Florian membunuh Cornus, sang Unicorn. Sinar Bloodstone memenuhi langit menghalangi cahaya matahari. Dalam keadaan tubuh yang terluka tiba-tiba pasukan kerajaan Crator maju dan menyerang Kenneth dan rekan-rekannya. Entah bagaimana, kekuatan Kenneth, Nerwin, dan juga Ethan melemah. Mereka dengan mudah terkepung dan terluka karena serangan musuh. Bahkan meski telah menggunakan kekuatan dari armor stone mereka tetap saja kalah. “Ken, kita tidak bisa terus disini! Kekuatan kita melemah,” teriak Ethan saat posisi mereka semakin tersudut. Kenneth mendengar teriakan Ethan dengan samar. Padahal jarak mereka hanya terpaut beberapa puluh meter. Menyadari kekuatan pendengarannya melemah, bukan Ethan dan Nerwin lagi yang kini Kenneth khawatirkan, melainkan Elise. Adiknya itu telah pergi selama beberapa waktu dan
Angin dingin itu berhembus pelan bersamaan dengan kedatangan Sassafras ke tengah langit Atiria. Sayap abu gelapnya terlihat kontras dengan langit merah yang tercipta karena kekuatan Sigrid Hatron dalam tubuh Putri Florian. Tanpa aba-aba makhluk itu segera terbang rendah sambil mneymburkan nafas esnya membunuh pasukan kerajaan Crator dan pasukan Lucian Dorgon.“Sassafras telah bebas,” gumam Nerwin pelan.“Itu artinya, Rachel telah bangkit. The Amethys, dia mungkin akan tiba di tempat ini,” sahut Ethan cepat.Pasukan kerajaan Crator yang mendapat serangan mendadak dari Sassafras terlihat kesulitan. Dalam waktu sekejap ratusan prajurit mereka telah tumbang atau terluka karena panah es yang dilepaskan oleh Sassafras.Melihat keadaan yang berbalik dalam waktu singkat, Lucian Dorgon segera maju dan menyerang Sassafras. Pria itu maju ke tengah tebing Atiria dan merapalkan sebuah mantra. Beberapa saat kemudian sebuah bola api besar muncul di depan Lucian. Bola api itu terus membesar hingga se
Berbeda dari apa yang mereka bayangkan sebelumnya. Kedatangan sosok itu terlihat jauh lebih mengerikan di banding apa yang mereka harapkan. Sosok itu berdiri tegak di atas kepala naga yang menjadi tunggangannya. Gaun ungu gelapnya melambai ketika angin berhembus kencang. Langit merah sebelumnya berubah menggelap. Gelegar petir yang tadi menyambar juga semakin senter terdengar, tapi hanya dengan satu gerakan singkat sosok itu. Semua gejolak alam di sekitarnya menghilang.Satu tangannya terangkat, gerakan ringan untuk menjeda alam yang meronta marah. Gelombang samudera menjadi tenang. Angin berhempus pelan, dan langip gelap berubah sedikit lebih cerah. Cukup cerah untuk melihat keindahan misterius sosok tersebut.“Sigrid, kau benar-benar bangkit,” sapa sosok itu.Dia masih berdiri di atas Sassafras yang melayang di langit, tapi suara pelannya terdengar di seluruh penjuru Atiria. Menyapa sosok Putri Florian yang kini telah menjelma sebagai Bloodstone Princess, Sigrid Hatron.Tak ada yang
“Akan tiba giliran kalian, tapi saat ini aku akan membebaskan jiwa-jiwa tak bersalah ini.”*** Rachel menatap pasukan mayat hidup yang berbaris di belakang Lucian. Sorot mata tajam gadis itu terlihat dingin tak bersahabat. Orang lain memandang ribuan mayat yang berdiri tak bernyawa itu dengan wajah ngeri, tapi di mata Rachel ada jiwa-jiwa yang sedang menangis dan berteriak meminta tolong di sekitar mereka.Jiwa-jiwa yang terperangkap dalam tubuh yang tak bisa hancur dan jiwa yang di korbankan untuk sebuah ritual terlarang. Jiwa jiwa yang terbelenggu dalam sebuah mantra perjanjian bernama mantra pengikat jiwa. Dulu yang di ketahui Rcahel mungkin hanya lah kekejaman klan Redrock yang melakukan pembantaian, tapi kini setelah melihat semua ini Rcahel telah paham. Semua korban kekejaman klan Redrcok itu ada di depannya. Rakyat kerajaan Crator yang mereka bantai ternyata di belenggu dalam sebuah perjanjian terlarang.“Kau yang memilih jalan hidupmu. Sekarang, jangan sampai kau menyesali ap
Hampir sama seperti kedatangan sosok The Amethyst, kebangkitan kekuatan Bloodstone membawa perubahan tersendiri pada alam. Sebuah kabut merah dan batuan Bloddstone tumbuh di sekitar Atiria. Batu Kristal itu menjulang tinggi dan hamir menutupi setiap permukaan Atiria dengan cahaya merah yang terpancar dari kristal tersebut. Bahkan langit di atas mereka seakan ikut mamntulkan cahaya kemerahan kristal itu.“Justru karena dia pengikut Aeolus, maka dia adalah yang paling tepat sebagai penyempurna jiwaku. Karena dia menyempurnakan kekuatan Bloodstone, yaitu kecepatan,” tukas Sigrid.Lalu secepat angin wanita itu telah melesat ke arah Rachel dengan satu pedang di tangan kirinya. Wanita itu melesat menyerang Rachel dengan senjata di tangannya. Rachel dengan sigap menarik sebuah pedang di sekitarnya dan menangkis serangan Sigrid.Zlassh ... Benturan kekuatan Amethys dan Bloodstone menciptakan sebuah getaran gelombang merambat yang membuat smeua orang terdorong mundur. Kedua pemilik kekuatan a
“Diantara ribuan bintang, ada banyak yang terang penuh sinar. Dilingkupi kehangatan dan membawa kebahagiaan. Namun, di satu sudut langit ada sosok yang kelam. Tersembunyi dalam kegelapan. Penuh rahasia dan kesepian.”“Dia hanyalah satu dari bagian langit yang memutuskan untuk menyendiri. Diam jauh dari pandangan. Sebagai pengamat tanpa turun tangan. Namun, sekiranya dia datang maka percayalah bahwa dia telah habis kesabaran.”*** “Lihat ini Rachel! LIHAT!!” teriakan Sigrid menggema memenuhi langit. “Lihatlah bagaimana aku menghanguskan mereka! Lihat bagaimana aku menghancurkan kerajaan yang kalian jaga! Ha... ha... ha... .”Kening gadis itu berkerut. Otaknya tengah berputar. Dengan rasa pening yang tiba-tiba menghantamnya dia mencoba melesat secepat mungkin mengejar sosok Sigrid.‘Kau tak akan bisa mengalahkannya’ suara Sassafras terdengar di telinga Rachel. Naga itu masih terhubung dengannya.“Aku bisa!” tegas Rachel dalam gumaman pelan.Langit gelap itu telah menghitam sempurna. Bu
Kekuatan. Kekuasaan. kebebasan.Hal yang tak pernah lelah untuk di cari dan dikejar oleh semua orang. Setiap mereka yang hiduo pasti mendambakan kekuatan. Setiap mereka yang Kuat, pasti menginginkan kekuasaan, dan siapa yang berkuasa dialah yang memegang kebebasan. Begitulah kiranya rantai kehidupan yang saat ini tercipta. Buah dari keinginan dan hasrat yang tak ada habisnya. Setiap orang berlomba mencapai kesempurnaan untuk mengejar kekebasan tertinggi. Namun, tahukah mereka arti sejati dari sebuah kebebasan?***"Bydd yr Enaid Sanctaidd bob amser yn effro yn y Corff Mawr." (Jiwa Suci akan selalu terjaga dalam Raga sang Agung)Rachel, sang Jiwa Suci yang terlahir dalam Raga Sang Agung. Inang yang paling tepat untuk kekuatan terakhir dari para Velaryon. Kekuatan kuno yang selama ini menjaga alam semesta.Namun, mereka kadang lupa, bahwa selain para kekuatan kuno nan agung, ada entitas lain yang lebih luar biasa di banding mereka. Sang Jiwa Suci. Cahaya terang itu berpendar keluar d
Di empat penjuru kerajaan Crator, ke-empat Guardians yang tersisa perlahan bangkit. Ada sebuah dorongan dalam diri mereka untuk mengeluarkan kekuatan mereka ketika cahaya ungu pekat itu memenuhi langit. Perlahan, Trisula Aquamarie, Tombak Mitah, Pedang Shadowfall dan Belati Snowbell menunjukkan kekuatannya. Keempat guardians itu memejamkan mata mereka di waktu yang hampir bersamaan dan perlahan cahaya masing-masing armor menyelimuti mereka. Dengan cahaya itu kekuatan masing-masing guardians meningkat secara bersamaan. Ketika kekuatan itu telah berkumpul cahaya itu melesat ke langit, memunculkan cahaya biru, hijau, coklat, dan putih menyatu dengan langit gelap di atasnya. Untuk sejenak gejolak petir itu berhenti. Sejenak, sebelum gelombang besar bencana datang. Angin berhembus kuat menyelimuti Crator. Menerbangkan appaun yang bisa di bawanya. Puing-puing reruntuhan, pohon dan tanaman, kereta, kuda, dan bahkan manusia. Segalanya ikut terbawa oleh amukan angin yang muncul tiba-tiba.Te
Rachel menatap tubuh Sigrid yang penuh luka. Entah berapa kali wanita itu terus mengulang kesalahan yang sama, membalas setiap kali Rachel mengobati lukanya. Niat awal Rachel untuk mengingatkan Sigrid atas rasa sakit berulang yang terus wanita itu torehkan pada penduduk Crator, tapi sayangnya wanita itu seperti tak menunjukkan sedikitpun rasa penyesalan. Rachel ingin mmebuat wanita itu mengingat rasa lelah dan ketakutan karena ancaman yang berulang, tapi Sigrid terlihat sangat berambisi untuk membalas Rachel di setiap kesempatan.‘Kenapa kemarahan wanita ini tak kunjung padam? Kehidupan seperti apa yang sudah dia lalui sebelumnya?’ batin Rachel bertanya-tanya.Rachel kembali menyentuh puncak kepala Sigrid, tapi kali ini sebelum wanita itu bangkit menyerang sebuah rantai hitam muncul dari tanah dan mengikat Sigrid.Arrghhh ... Sigrid menggeram marah dan meronta. “Menyerahlah maka hukumanmu akan lebih cepat selesai,” ucap Rachel.“Kau! Atas hak apa kau memiliki hak menghukumku? Kau sam
Seringai tipis muncul di wajah Sigrid. Hanya beberapa saat sebelum tawa melengking wanita itu terdengar menggema di kastil Enver. Ha... ha... ha... “Kalian semua sama saja,” tukasnya. Sigrid menatap Rachel dengan ekspresi mengejek. Terlihat tenang namun juga menghina di saat yang sama. Sedangkan dalam dada itu sedang ada gemuruh kemarahan yang sedang dia tahan. “Jadi, selain menghukumku kau tidak memiliki tujuan lain datang kemari?” tanya Sigrid. “Sepertinya Para Velaryon itu benar-benar memberikan perhatian istimewa padaku.” Sumpah serapah dan hinaan keluar dari mulut wanita itu. Segala bentuk cercaan dan berbagai macam umpatan dia layangkan pada Rachel dan sosk Velaryon. Rachel hanya diam. Satu tangannya bergerak di atas halaman kastil dan tanaman tumbuh di sekitarnya, membentuk sebuah tempat duduk dari sulur tananam dengan bunga-bungan berwarna ungu dan hitam. Dengan kedua tangan dia letakkan di dada, Rcahel mundur
Katakanlah Rachel kejam, tapi dia memang ‘harus’. Dikepala gadis itu ada banyak hal aneh yang terus bermunculan. Ingatan tentang kehidupan lain dari berbagai sosok yang tidak Rachel kenal. Kekejaman sosok Neith ketika memimpin perang Wylan. Kesedihan Amethys yang tersisih dari para bintang. Kesepian yang terasa dari benak Sassafres. Bahkan kemarahan Sigrid juga bisa Rachel rasakan sekarang. Emosi-emosi itu sedikit banyak mulai mempengaruhi pandangan dan perasaan Racgel terhadap setiap hal yang ada di hadapannya. Dikedalaman samudera, air bergejolak kuat. Mendoron dan menekan tubuh Sigrid yang tak bisa melawan tapi wanita itu masih hidup. Wanita tiu masih bertahan meski tidak bisa melawan. Semakin dalam mereka menyelami samudera semakin terang pula cahaya Aquamarine di sekitar mereka. Hingga Rachel tiba di sebuah altar bawah laut. Jangan tanya bagaimana Rachel bisa tahu, ada sesuatu di kepala Rachel yang memberinya petunjuk. Mungkin Caelum The God of Sky atau bisa jug
Cahaya fajar terlihat di ufuk timur. Cahaya kemarahan yang telah di tunggu-tunggu setelah malam panjang yang hadir tiba-tiba. Helaan nafas lega hampir terlihat pada seluruh penduduk Crator saat mereka berhasil melewati satu malam yang mencekam. Malam dimana kerajaan mereka mungkin akan musnah karena kebangkitan sosok dalam ramalan.Suatu penuh suka cita terlihat dirumah rumah yang penduduknya mulai saling memeluk dalam isak tangis penuh kelegaan. Tanpa mereka ketahui, bahwa nasib mereka baru saja mulai di tinjau pagi ini.*** Cahaya matahari pagi menyinari pegunungan Mithre dengan sinar hangat. Cahaya terang keemasan itu jatuh tepat di atas rumput hijau segar yang dipenuhi embun di setiap pucuknya. Indah, tapi ingat bahwa sebelum itu ada rumput hitam mematikan tumbuh sebelumnya.Rachel berdiri di sana, kali ini dia telah bertekad menyelesaikan segalanya. “Kau benar-benar terlalu membanggakan dirimu sendiri, Rae,” sentak Sigrid. Wanita itu bangkit dan
Percayalah Rachel tak mengerahkan segala kemampuannya kala itu untuk mengalahkan Sigrid. Bukan karena dia tidak mampu, melainkan karena Rachel tak ingin ramalan Putri Emerald menjadi kenyataan. Rachel harus tetap bisa mengendalikan diri dan kekuatannya hingga dia selesai berurusan dengan Sigrid. Rachel tak yakin ke mana Sigrid pergi, dia hanya melesat terbang mengikuti jejak kekuatan milik wanita itu yang menuntunnya meninggalkan Atiria. Ketika Rachel melesat di atas langit, cahaya ungu terlihat memandang mengikutinya. Layaknya ekor meteor yang jatuh ke bumi. Orang-orang di bawahnya yang melihat cahaya ungu melesat di atas mereka semakin ketakutan sebab mereka yakin bahwa kali ini, Amethys benar-benar telah bangkit sempurna. Rachel berhenti di sebuah dataran tinggi di pegunungan yang terlihat tak asing dimatanya. Padang rumput hitam sejauh mata memandang dengan aroma aneh yang mengusik indera penciuman. “Mithre,” desis Rachel menyadari dimana dia berada. Rachel menelisik ke sek
Cahaya terang menyinari tempat itu. Sepanjang mata memandang hanya ada langit tak bertepi dan padang rumput luas tak berpenghuni. Hanya terdengar desau angin dan suara samar burung di kejauhan.Di antara ilalang yang bergoyang pelan, seorang gadis tengah berbaring. Rambut coklat keemasannya yang panjang menyatu dengan tanah kecoklatan di sekitarnya. Kulit putih pucatnya berpendah layaknya dilapisi oleh kerlip bintang yang berpendar memantulkan cahaya. Satu tagan gadis itu menutupi kedua matanya. Ketika tangan itu perlahan terangkat, mata gadis itu terbuka pelan memperlihatkan mata coklat keemasan terindah yang pernah ada. Terang dan dalam. Seakan mata itu mampu melihat menembus apapun yang ada di depannya.Gadis itu perlahan bangkit, menarik kedua kakinya dan membawa tubuh tinggi semampainya bangkit. Gaun putih pucat gadis itu perlahan melambai bersama dengan hembusan angin.Satu tangan gadis itu kembali terangkat. Jemari lentiknya bergerak menyentuh udara kosong di depannya. Satu ket
“Diantara ribuan bintang, ada banyak yang terang penuh sinar. Dilingkupi kehangatan dan membawa kebahagiaan. Namun, di satu sudut langit ada sosok yang kelam. Tersembunyi dalam kegelapan. Penuh rahasia dan kesepian.”“Dia hanyalah satu dari bagian langit yang memutuskan untuk menyendiri. Diam jauh dari pandangan. Sebagai pengamat tanpa turun tangan. Namun, sekiranya dia datang maka percayalah bahwa dia telah habis kesabaran.”*** “Lihat ini Rachel! LIHAT!!” teriakan Sigrid menggema memenuhi langit. “Lihatlah bagaimana aku menghanguskan mereka! Lihat bagaimana aku menghancurkan kerajaan yang kalian jaga! Ha... ha... ha... .”Kening gadis itu berkerut. Otaknya tengah berputar. Dengan rasa pening yang tiba-tiba menghantamnya dia mencoba melesat secepat mungkin mengejar sosok Sigrid.‘Kau tak akan bisa mengalahkannya’ suara Sassafras terdengar di telinga Rachel. Naga itu masih terhubung dengannya.“Aku bisa!” tegas Rachel dalam gumaman pelan.Langit gelap itu telah menghitam sempurna. Bu