JANGAN LUPA FOLLOW @littleeva93 UNTUK INFO PO YA
THE MEETING
HILLARY berdiri di depan cermin untuk melihat penampilannya kali ini. Seperti biasa, ia selalu senang mendapati dirinya yang bisa dibilang menarik. Memiliki ayah dari Negara yang jauh dari negaranya serta ibu yang sangat cantik membuatnya mewarisi wajah yang bisa dibilang cantik. Dan ia bersyukur untuk hal yang satu ini. Hillary tersenyum, yang paling penting dalam hidupnya bukan itu. Bukan kecantikan secara fisik. Orang-orang menyukainya karena cara berpikir Hillary yang praktis dan tidak menyalahkan semua orang yang bersikap buruk padanya. Sebaliknya, ia memilih memaafkan daripada menghakimi. Termasuk apa yang telah dilakukan Jullio padanya. Ia tidak ingin membenci Jullio. Hillary sudah merelakan pria itu, jadi ia tidak akan mengingatnya lagi
Hari ini, tepat dua bulan berlalu sejak Hillary dan Jullio memutuskan untuk
JANGAN LUPA FOLLOW @littleeva93 UNTUK INFO PO YAMAY I KISS YOU?JULLIO melihat Gabrielle melintas. Wanita itu sepertinya sengaja melewatinya dan seolah tidak melihat dirinya dan Hillary di sana. Setelah mengecup pipi Hillary, Jullio melepas tangan gadis itu. Jullio menatap mata Hillary yang masih dipenuhi air mata. Ia mengusap air mata yang terjun dari pelupuk mata Hillary. “Aku pergi. Sekali lagi, maafkan aku.” Pria itu lalu berbalik dan meninggalkan Hillary di sana sendirian. Jullio sudah memilih Gabrielle. Dan ia tidak akan menyesali keputusannya.Begitu punggung Gabrielle terlihat, Jullio bergegas menghampiri wanita itu dan menyentuh tangannya. “Terima kasih.” Ucapnya tulus.“Maafkan aku, Jull.” Gabrielle menghapus jejak air mata di pipi Jullio. Jika saat ini mereka sedang tidak berada di rumah sakit, mungkin Gabrielle akan dengan senang h
JANGAN LUPA FOLLOW @littleeva93 UNTUK INFO PO YATHANK YOU.HILLARY merasakan jantungnya berdegup kencang. Tidak. Hillary tidak mungkin berpikir dirinya sedang jatuh cinta. Ia mungkin pernah jatuh cinta dengan Angkasa. Tapi itu dulu, dulu sekali. Sebelum ia bertemu dengan Jullio. Dan saat ia bertemu Jullio, perasaan itu musnah. Tergantikan perasaan untuk Jullio. Hingga kini, bahkan ia belum berani mengatakan kalau ia membenci Jullio. Dan pertemuannya dengan pria itu, membuatnya semakin mencintai Jullio. Bukannya membencinya. Meskipun menyakitkan melihat Gabrielle dan Jullio bersama, setidaknya Hillary bahagia melihat pria itu tidak lari dari tanggung jawabnya dan berusaha membuat Gabrielle dan anaknya bahagia.Anggukan lemah dari Hillary menjadi jawaban atas pertanyaan Angkasa. Gadis itu memberanikan diri menatap ke dalam manik mata Angkasa. Setelah Angkasa mencapai wajahnya, ia
JANGAN LUPA FOLLOW @littleeva93 UNTUK INFO PO YATHANK YOU.STUPID HEART.HILLARY mengembuskan napasnya perlahan. Senyumnya mengembang saat bel sekolah berdentang nyaring. Ada kebahagiaan yang tidak bisa ia sembunyikan dari siapa pun. Dan tampaknya, kebahagiaan itu juga dirasakan oleh sebagian besar murid di sekolahnya.Yap, hari ini, adalah hari terakhir ujian di sekolahnya. Setelah melewati serangkaian ujian yang membuatnya disibukkan dengan berbagai kelas dan mata pelajran, akhirnya Hillary bisa bernapas lega. Semuanya sudah dilewatinya dengan sangat baik. Hillary sudah berusaha semaksimal mungkin. Dan menurut perkiraannya, nilainya tidak akan mengecewakan. Sejauh ini, ia berhasil berada di posisi lima besar parallel. Freddy selalu menjadi nomor satu, lalu Axel dan disusul Elsa. Hillary nomor empat, tapi siapa peduli? Ia cukup puas dengan prestasi yang
JANGAN LUPA FOLLOW @littleeva93 UNTUK INFO PO YATHANK YOU.MY BABY.GABRIELLE meletakkan anaknya yang masih berumur satu bulan ke dalam box bayi setelah anak itu kenyang menyusu dan tertidur pulas. Wanita itu lalu berdiri seraya memandangi putranya dengan perasaan haru. Gabrielle tidak menyangka, ia sudah menjadi seorang ibu sekarang. Seroang ibu dari anak yang tidak diakui oleh ayahnya sendiri. Jika mengingat bagaimana dulu ia nyaris menggugurkan kandungannya, sering kali Gabrielle merasa bersalah. Anaknya tidak berdosa, semua yang terjadi adalah murni kesalahannya dan Gabrielle seharusnya malu jika ia menyesali kehadiran anak itu dalam hidupnya.Tanpa ia sadari, senyuman manis tercetak di wajah cantiknya. Gabrielle sekali lagi mengusap pipi bayinya sebelum melangkah keluar, meniggalkan putranya sendiri di dalam kamarnya.Dengan enggan, Gabrielle
JANGAN LUPA FOLLOW @littleeva93 UNTUK INFO PO YATHANK YOU.AUNTY HILL.HILLARY tertegun saat mendengar ucapan Gabrielle. Ia ingin meminta Gabrielle mengulangi kata-katanya, tetapi hal itu hanya akan menambah kecanggungan di antara mereka berdua. Anak ini bukan anak Jullio. Hillary tidak akan melupakan kata-kata itu. Sekali Gabrielle mengucapkannya. Cukup sekali dan berhasil membuatnya merasa jauh lebih baik. Ya, setidaknya itulah yang diharapkan selama beberapa bulan terakhir. Kerap kali Hillary berharap Jullio bukan ayah biologis dari anak yang dikandung oleh Gabrielle sehingga kelak mereka bisa kembali bersama. Karena sampai sejauh ini, Hillary masih sangat mengharapkan Jullio. Namun, fakta baru itu belum tentu mengubah keadaan menjadi jauh lebih baik. Hillary tidak boleh menyimpulkannya terlalu cepat.“Maaf?” Hillary berusaha meng
JANGAN LUPA FOLLOW @littleeva93 UNTUK INFO PO YATHANK YOU.THE PAIN.JULLIO mengembuskan napasnya perlahan. Pria itu menunggu sekian menit setelah mobil yang ditumpanginya berhenti di depan rumah. Seorang supir membuka pintu dan ia bergegas turun. Jullio berjalan perlahan melewati taman dan kolam kecil di depan rumahnya. Satu minggu berlalu sejak terakhir kali ia meninggalkan rumahnya dan situasinya masih sama seperti hari-hari sebelum ia pergi.Sesampainya di dpintu, Jullio melihat Gabrielle datang bersama putranya. Wanita itu menyunggingkan senyum terbaiknya. Meskipun awalnya Jullio mungkin membenci wanita itu, kini perasaannya tidak sama lagi. Jullio sudah memutuskan untuk menyukai Gabrielle dan menganggap wanita itu sebagai saudaranya. Dan bayi kecil dalam gendongan Gabrielle, Jullio bahkan sanggup menganggap anak itu putranya.&
ONCE AGAINHILLARY memejamkan matanya lagi saat merasakan sentuhan tangan Jullio di kepalanya. Entah sudah berapa lama mereka tertidur. Setelah puas melepas kerinduan, Jullio dan Hillary terlelap begitu saja dengan tubuh masih saling bertautan. Hillary berada di atas tubuh kekar Jullio, salah satu posisi yang membuat keduanya memiliki satu sama lain dan mustahil dipisahkan."Jam berapa sekarang?" gumam Hillaru di dada Jullio."Entah. Apa kau mau pulang?" Jullio balik bertanya. Tangannya mengusap rambut lembut Hillary. Dan meski tubuhnya merasa keram karena harus menahan beban gadis itu, Jullio tidak keberatan sama sekali dengan semua itu.Hillary menggeleng. "Aku bisa mengakan kepada Harry kalau aku menginap di rumah temanku."Senyum Jullio terbit. "Apa kau mau menginap di sini?"Hillary mengangkat wajahnya, memandang Jullio yang masih menyunggingkan senyuman. "Kalau boleh aku mau tinggal di sini lagi.""Rumah ini milikmu, sayang."
A GREAT PLANJULLIO membuka mata perlahan saat mendengar getaran ponsel di nakasnya. Rasanya, sudah lama sekali ia tidak tidur senyenyak ini. Ini kali pertama Jullio merasa seluruh bagian dari dirinya sangat ringan bak kapas sehingga mungkin saja ia terbang saat tertiup angin. Seulas senyum terpancar dari bibi Jullio. Pria itu bergegas mengambil ponsel dan melihat siapa yang menghubunginya sepagi ini.Hillary. Ah, sepagi ini Jullio sudah dibuat bahagia hanya karena melihat nama yang tertera di ponselnya. Jullio mengangkat panggilan dari kekasihnya. Rasanya menyenangkan sekali bisa kembali memanggil Hillary kekasihnya lagi. “Selamat pagi, sayang.” Gumam Jullio dengan suara serak khas bangun tidur.“Selamat pagi, calon suami.” Sahut Hillary dari seberang.Mendengar hal itu, Jullio lantas tertekekeh. Ia tidak menyangka kalau Hillary akan memanggilnya seperti itu. Sama sekali tidak. Rasanya, baru kemarin mereka berbaikan setelah hampir