Mereka sekarang sedang berada di mobil untuk perjalanan pulang ke Jakarta. Joni yang biasanya diam hari ini terlihat mengomel pada Dewa karena Dewa susah dibangunkan dan mandinya lama. Bahkan Citra juga jadi ikut kesal sendiri dengan tingkah Dewa.“Lo tau kan kalo bangun siang ntar rezeki lo dipatok ayam?”“Alah itu cuman dongeng ibu-ibu buat nakutin anaknya.”“Ngga bego. Buktinya duit gue lebih banyak dari elo. Duit Arkan lebih banyak dari elo.”“Lo mah bandinginnya duit mulu. Males gue.”“Makanya lo berubah. Kalo lo jadi anak baik gue juga ngga bakal ngomel gini.”“Lo, mama sama papa emang cuman sayang sama Arkan doang. Sama gue ngga.”“Emang!”Citra yang mendengar keributan antara Dewa dan Joni hanya menutup telinganya. Dia sudah je
Seminggu berlalu. Kasus HP Group masih belum selesai. Kasus ini masih menggantung atas permintaan Dariel. Dariel masih ingin mencari bukti lain, padahal menurut yang lain bukti yang dimiliki Dariel sudah cukup kuat menjebloskan para pelaku.Semua polisi tidak bisa berkata apa-apa saat Dariel mengatakan, “Dalang dari semua ini belum ditemukan.”Bukankah Dariel cukup kurang ajar? Dia seolah menitipkan para tahanan pada polisi.Dariel sebenarnya sudah tau siapa pelakunya, hanya saja tidak bisa langsung mengungkapkan pelakunya begitu saja pada polisi. Bisa saja nanti malah jadi boomerang padanya. Ternyata bukti yang diberikan Bram sangat membantu Dariel.Benar apa yang diucapkan Bram, Dariel harus membawa HP Group menjadi perusahaan peringkat atas untuk mengalahkan perusahaan digdaya itu, orang itu memiliki super power yang belum bisa Dariel tandingi.[10.43] Dariel : Kita semua berkumpul di apartemen Arin jam 12 siang ini.Isi pesan yang dikirim Dariel di grup chat Komunikasi Kasus.*Se
Pagi ini Arin dan Citra sedang bersiap untuk berangkat kerja. Mereka sudah bersiap untuk berangkat ke kantor baru. Sedangkan Lili sudah berangkat duluan, selain karena tokonya lebih jauh juga karena Lili harus menggunakan angkutan umumKenapa ngga diantar lagi sama Joni? Karena masa cuti Joni sudah habis. Jadi sekarang Joni kembali bekerja di damkar dan sedang meminta untuk mutasi ke Jakarta.Arin dan Citra berdoa, semoga saja hari pertama mereka bekerja di perusahaan baru berjalan lancar.Di dalam mobil Citra, “Aneh ngga sih kita masuk kerja pas acara peresmian?” tanya Arin.“Iya juga, ya. Harusnya kan ada pelatihan dulu.”“Hah… Gatau lah. Ngikut aja kita. Mungkin kalo kamu kan ada basic sekretaris, sedangkan aku? Ngga ada sama sekali.”“Nyantai aja, Rin. Kalo ada yang kamu ngga ngerti nanti telepon aku aja.”“Siap bosku…”*Sesampainya di hotel bintang 5 tersebut, Citra memarkirkan mobilnya di lahan parkir khusus karyawan.Gapapa lah ya parkir disini, orang bentar lagi juga jadi kar
Mereka berempat sedang berkumpul di cafe depan hotel. Mereka menunggu instruksi dari Seno untuk mengikuti acara peresmian nanti jam 2 siang. Mereka duduk bersama dan hanya memesan minum saja.“Aku deg-degan banget, mbak. Bagaimanapun ini pertama kali kerja.” -- Fatma“Ohhh… Kamu fresh graduate?” -- Saskia“Iya.” -- Fatma“Nyantai aja. Kalo ada yang mau ditanyain nanti ke Citra aja. Dia dulunya sekretaris juga.” -- Arin“Kita bikin group chat aja lah yuk. Jadi nanti kita sharing sama curhat disana.” -- Saskia“Nanti kita ajakin yang 3 sekretaris yang udah duluan kerja itu juga, biar bisa sharing juga.” -- Arin“Boleh tuh. Aku agak deg-degan juga, soalnya jadi sekretaris direksi.” -- Citra“Emang sebelumnya jadi sekretaris apa mbak?” -- Fatma“Sekretaris Direktur. Udah ngga usah tegang. Kita nyantai aja. Mudah-mudahan aja atasan kita pada baik.” -- Citra“Aamiin.” -- Arin, Fatma dan SaskiaSetelah ngobrol beberapa saat dengan mereka, Arin lihat jika Saskia orangnya dewasa, anggun dan le
Silakan kepada pak Bani selaku Direktur, pak Putra sebagai Direktur Personalia dan bu Dian sebagai Direktur Keuangan untuk maju ke depan mendekati pita.MC itu menyuruh para petinggi High Society Hotel untuk ke depan menuju pita peresmian. Mereka bertiga berjalan dan berdiri berjejer di dekat pita peresmian. Lalu panitia peresmian memberikan masing-masing gunting yang sudah dihias kepada mereka.Boleh dipegang ya pak bu pitanya. Dalam hitungan ketiga boleh potong pitanya sama-sama.Mereka memegang pita dihadapannya.Satu…Dua…Tiga…Saat hitungan ketiga, mereka memotong pita tersebut bersama.Prok… Prok… Prok…Seluruh orang yang datang di acara peresmian High Society Hotel ini bertepuk tangan semua. Semua orang bersuka cita atas dibukanya hotel ini.Dengan dipotongnya pita tersebut maka telah resmi dibukanya High Society Hotel untuk umum. Jadi untuk kalian yang akan menginap di High Society Hotel nikmati harga promo mulai dari Standard Room hingga Presidential Suite. Promo ini hanya b
“Cit. Cepetan telepon mas Dewa. Takutnya nanti Dariel kepo ke mas Dewa.” titah Arin pada Citra.“Bentar.” Citra memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Dia langsung mengeluarkan ponselnya dalam tasnya. Citra langsung menghubungi Dewa. Hanya dalam deringan pertama Dewa sudah mengangkat telepon dari Citra. Citra me-load speaker telepon tersebut.‘Yes Beb.’“Mas lagi dimana?”‘Lagi di kantor bos Dariel. Bareng sama Mr. Richard. Mas cuman berduaan aja sama Mr. Richard dan ngga ada cewek satupun. Jadi ngga usah cemburu.’“Apaan sih, mas. Ngga usah se-detail itu. Lagian siapa coba yang cemburu. Ngarep”‘Takut kamu ngga percaya. Ntar kita berantem. Ga sanggup aku tuh.’“Mulai deh lebaynya.”‘Hahaha… Kenapa, say tumb
Rombongan direksi dan direktur itu sedang berkunjung ke setiap wilayah kerja karyawan hotel. Dimulai dari tempat resepsionis, kitchen, ruang istirahat staff, ruang cuci, ruang staff office dan lainnya.Setelah itu rombongan tersebut sedang berkumpul di ruang istirahat di lantai 50, di lantai tempat ruangan direksi berada. Dariel, Andrew, Bani dan Frans sedang mengobrol bersama.“Gimana si Bram? Kapan dia keluar?” tanya Frans“Nunggu si Ben di tangkep dulu, Frans.” balas Andrew dengan santainya. Dia duduk menyender pada sofa sambil memainkan ponselnya. Mungkin sedang memeriksa berkas HP Group.“Suruh anak marketing lu lebih giat lagi promosiin hotel. Biar kasus HP ketutup. Promosiin yang bagus-bagus aja. Di cek juga ulasan, kalo ada yang aneh-aneh nyangkut pautin sama HP report aja.” titah Frans pada Bani. Bani bingung dengan perintah Frans ini, karena dia sudah mel
Di ruang tengah apartemen, Arin, Dariel, Lili dan Citra berkumpul bersama.“Cit. Pak Putra yang Direktur Personalia. Tau, kan?”“Ya. Kenapa?”“Aku jadi keinget Putra yang di SFC. Tapi kepribadian mereka beda banget.”“Iya bener. Putra SFC yang ceplas-ceplos sama pak Putra HS yang ganteng kalem plus berwibawa.” banding Citra sambil membayangkan 2 orang dengan kepribadian yang berbeda itu.Citra dan Arin terkekeh membayangkannya.“Ck. Malah ngomongin cowok lain. Ini. Disini. Cowoknya ngga diajak ngobrol sama sekali” cemburu Dariel menyindir Arin yang dari tadi malah membicarakan duo Putra.Memang dari tadi Arin tidak mengajak ngobrol Dariel karena Dariel hanya fokus pada ponselnya. Wajah Dariel sangat fokus menatap ponselnya, Arin hanya tidak ingin mengganggu Dariel yang sepertinya sedang mengerjakan pekerjaan kantor.Citra dan Lili menahan tawanya. Mereka melipat bibirnya dan pura-pura sibuk pada ponsel masing-masing setelah mendengar Dariel yang protes.“Dari tadi kamu sama Lili main
Fatma dan Saskia menatap Dewa dan Citra yang cukup diam malam ini. Terlihat jika Citra memang tenang, tapi Dewa kebalikannya, Dewa sangat gugup. "Mas? Kok masih belum dimakan?" tanya Citra pada Dewa. Piring Dewa masih penuh dengan makanan. Biasanya Dewa sangat lahap memakan santapan makan malam dimana menu utama di resto hotel ini adalah steak. Citra sangat tahu jika Dewa sangat menyukai makanan yang berbahan protein itu. "Iya, yang," patuh Dewa. Dewa akhirnya memakan steak itu dengan lahap. "Oh ya Fatma, Saskia nanti anter ke supermarket, yuk. Ada yang mau mbak beli," ajak Citra pada Fatma dan Saskia. "Ok, mbak," Pikiran kotor Fatma dan Saskia berkelana kemana-mana. Apa mbak Citra mau beli kondom, ya? Testpack, mungkin? Ngga mungkin deh, masa ngelakuin sekali langsung buncit. Sehari juga belum. Mungkin mbak Citra mau beli obat kuat buat mas Dewa, tapi emang ada di Swiss? Itulah pikiran-pikiran kotor yang keluar dari kepala Fatma dan Saskia. "Mas, mau ikut, ngga?" tanya Cit
"Sudah 2 hari kita di hotel. Aku bosen, yang...." keluh Dewa pada Citra.Dewa saat ini berada di kamar hotel Citra. Dewa tiduran di kasur dan Citra sedang memainkan ponselnya di sofa.Fatma dan Saskia sedang berada di kamar Fatma. Mereka berdua hanya diam di kamar dan menonton drakor secara marathon."Sabar. Arin kirim chat satu jam yang lalu, dia bilang kalo dia lagi di bandara dan akan boarding satu jam lagi,""Chicago-Swiss berapa jam penerbangan, sih?""Mas cek google aja coba,"Dewa menuruti perintah Citra untuk cek di google. Dia mengambil ponselnya yang dia simpan diatas nakas"WHAT??? 9 JAM????" teriak Dewa dan duduk tiba-tiba.Citra terkejut mendengar teriakan Dewa, dia mengusap dadanya. "Ya ampun, mas. Jangan teriak-teriak gitu. Aku kaget.""Ini 9 jam loh, yang. Iya kalo 9 jam kita langsung jalan-jalan, kalo ngga?" ucap Dewa cemberut.Citra melirik jam yang ada di dinding, "Ya ngga bakalan bisa langsung jalan-jalan. Orang mereka bakalan nyampe hotel tengah malem,""Arrggggh
Andrew berjalan keatas panggung. Suasana ballroom yang awalnya penuh dengan suara berbincang dari para pengusaha itu seketika senyap. Mereka fokus melihat Andrew yang ada disana."Good evening everyone. Thank you for coming to this party that I have organized. Everyone here must be very familiar with the state of HP Group in the past year...." Andrew terdiam dan melihat orang-orang yang ada di ballroom sebelum melanjutkan pidatonya. "Yes, as you all know we were at a low point in our company, but we are grateful that we were able to get through it and still survive. I can say that this is one of our best achievements. Speaking of achievements .... I'm not talking about being ranked as the world's number 1 entrepreneur or anything, but an achievement where we can survive the downturn and even we can still hope to continue to grow. There is no such thing as getting tired and giving up. Cheers." Andrew mengangkat gelas yang berisi red wine yang daritadi dia pegang dan meminumnya sedikit,
Arin berdiri di depan cermin di kamar hotelnya. Gaun yang dia kenakan saat ini adalah gaun dengan model off shoulder berwarna ungu tua dengan gradasi hitam. Rambut Arin hanya disanggul sederhana.Cantik. -- batin Arin tersenyum dengan percaya diri untuk menutupi kegugupan yang sedang dia alami sekarang. Berkali-kali Arin menghembuskan napasnya.Tiba-tiba saja Lili datang dan merangkul pundak Arin. Lili menumpukan kepalanya ka pundak Arin, "Kakak tegang, ya?" tanya Lili terkekeh melihat kegugupan Arin.Arin mengangguk sambil meringis."Tenang aja, kak. Kakak kan udah sering ketemu sama ayah sama om-om nya kak Dariel," tenang Lili beberapa kali mengusap punggung Arin."Kondisinya beda, Li. Meskipun kakak itu sekretarisnya pak Bram, terus kenal pak Frans sama pak Andrew juga tapi ya tetap aja beda. Apalagi pak Andrew yang notabenenya ayah Dariel, bahkan pak Andrew jarang nyapa kakak di hotel. Kalo pak Frans sama pak Bram sih udah sering," keluh Arin.Lili memutar tubuh Arin menghadapnya,
Bandara hari ini cukup ramai, terutama hari ini adalah weekend."Kamu udah coba telpon Saskia?" Tanya Dariel pada Arin. Beberapa kali Dariel cek jam tangan miliknya. Satu jam lagi pesawat akan lepas landas. Memang masih ada waktu, tapi jika datang lebih awal akan lebih baik.Tidak henti-hentinya Arin bertukar pesan dengan Saskia di aplikasi hijau, "Udah, aku lagi chat-an sama Saskia. 15 menit lagi dia nyampe," jawab Arin masih dengan berbalas chat dengan Saskia.Hari ini mereka akan berangkat ke Swiss dan Chicago.Arin, Dariel, Lili, Joni dan Sean akan pergi ke Chicago. Sedangkan Dewa, Citra, Fatma, dan Saskia akan berangkat ke Swiss. Sesuai dengan rencana jika rombongan Chicago akan datang ke Swiss setelahnya.Awalnya Sean akan berangkat bersama keluarga Frans dan Bram, tapi dia akhirnya membatalkannya, karena akan sangat kikuk jika pergi bersama mereka.15 menit berlalu, tapi belum terlihat tanda-tanda kedatangan Saskia.Mereka masih menunggu Saskia di ruang tunggu keberangkatan pes
"Cukup meresahkan mendengar aduan dari tetangga-tetangga disini. Apalagi kalian bukan mahrom," ucap pak RT.Sekarang Arin, Lili, Dariel dan Joni berada di rumah pak RT. Ini merupakan ide Arin untuk mendatangi rumah pak RT, yakni meminta ijin agar Joni dan Dariel bisa menginap di rumah mereka. Awalnya Arin sudah mencoba untuk tidak memikirkan gunjingan-gunjingan para tetangga pagi ini, tapi tetap saja dia merasa salah bagaimanapun Dariel dan Joni bukanlah warga disana."Iya pak, saya mau minta maaf. Saya ingin melakukan ijin tapi karena kami baru sampai jam 2 malam, lalu tadi pagi kami langsung ziarah, jadi baru bisa sekarang untuk melakukan ijin kesini," ringis Arin menyadari kesalahannya."Jika sebelumnya kalian tidak sampai menginap jadi tidak terlalu membuat khawatir warga disini, tapi jika sekarang kalian menginap jadi ya banyak gunjingan sana-sini. Saya pribadi tidak mempermasalahkan jika kalian menginap disini, dengan datangnya kalian meminta ijin pada saya setidaknya saya jadi t
Bab 139 : Ziarah dan perihal kakek-nenekSetelah Arin memijat punggung dan pundak Dariel semalam menggunakan alat pijat lumba-lumba, kondisi tubuh Dariel cukup membaik dari yang awalnya pegal-pegal karena kelelahan menyetir sekarang sudah tidak terlalu pegal. Meskipun masih terasa pegal, tapi tidak seburuk semalam.Jam 7 pagi sekarang. Keadaan rumah Arin cukup ramai. Bukan hanya di dalam rumah, tapi diluar rumah juga sangat ramai. Yup, diluar rumah Arin ada beberapa tetangga yang penasaran dengan siapa yang datang ke rumah Arin, secara disana terparkir mobil mewah dan elegan. Sangat jarang ada mobil mewah yang datang ke desa mereka. Memang beberapa kali Arin dan Lili menggunakan mobil Joni atau Citra saat akan berziarah, tapi mobil Joni dan Citra tidak semewah mobil Dariel.Banyak ibu-ibu yang sengaja nongkrong di sebrang rumah Arin karena saking penasarannya.Lili mengintip dari jendela, "Kak, ngga ada kerjaan banget deh itu ibu-ibu ngeliatin rumah kita," ucap Lili kesalArin yang s
Seperti permintaan Dariel 2 hari lalu, akhirnya Arin, Lili, Dariel dan Joni pergi berangkat ke kampung halaman Arin dan Lili. Dalam keadaan lelah sepulang kerja, Arin dan Lili langsung terlelap tidur di kursi belakang, sedangkan Dariel dan Joni duduk di depan, mata mereka masih melek.Dariel memang sengaja tadi hanya masuk kerja setengah hari. Setelah istirahat makan siang, dia pulang ke rumah untuk istirahat dan tidur. Begitu pula dengan Joni. Dia sudah tidak menjadi seorang pemadam kebakaran lagi, tapi dia membantu toko milik keluarganya jadi waktu yang dia miliki juga cukup luang.“Rencana mau lamar Lili kapan?” tanya Dariel pada Joni yang sedang menyetir.“Sudah saya lamar. Kedua orang tua saya sudah melamar Lili pada Arin untuk saya. Jadi sekarang Lili itu tunangan saya, bukan pacar saya.”“Kapan?”“Sudah lama. Bahkan mama yang ngebet ingin Lili jadi istri saya. Dia yang suruh buru-buru.”“Kan sudah dapat lampu hijau buat nikah. Kenapa ngga langsung nikah aja?”“Lili ingin Arin y
Dewa mendapat lemparan bantal.“Bos!”“Gue lagi tidur. Beraninya lo bangunin gue?” teriak Dariel.Bagai singa yang tertidur dan dipaksa bangun. Begitulah Dariel sekarang.Arin, Lili dan Joni kaget mendengar teriakan Dariel dari dalam kamar. Mereka bertiga berbondong menuju kamar Arin.“Apa-apaan ini?” sentak Arin dari pintu kamar. Dia menggeleng melihat bantal tidur miliknya ada di lantai.Arin lihat Dewa hanya diam saja. Begitu juga Dariel. Dariel masih tiduran di atas ranjang Arin.“Wa,” panggil Joni.Dewa melirik ke belakang tubuhnya. Dewa mendekati Arin dan berdiri di belakang Arin.“Bos Dariel lempar bantal ke gue. Padahal gue cuman bangunin dia,” rajuk Dewa dengan wajah memelas. Dewa mengadu pada Arin agar terhindar dari amukan Dariel.“Mas Dewa aku suruh bangunin kamu. Kita makan bareng sekarang,” titah Arin. Setelah mengucapkan itu, Arin melengos dan kembali ke meja makan. Dewa tersenyum pongah ke hadapan Dariel.Sumpah. Dariel kesal setengah mati melihat wajah menyebalkan Dew