Beranda / CEO / JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM / PERGI KE KANTOR KALINGGA

Share

PERGI KE KANTOR KALINGGA

Penulis: Sari N
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Semenjak tahu alasan sebenarnya mengapa Tama begitu membencinya, membuat semua kejadian yang menimpa hidupnya menjadi sangat jelas dimata Zahra. Dulu dia selalu bertanya kenapa Tama begitu bersemangat ingin sekali menerimanya sebagai alat pelunas hutang? Kenapa laki-laki itu terus saja menghukumnya bahkan sampai menyiksanya? Zahra tidak pernah menyangka sama sekali jika semua ini terjadi karena kesalahpahaman di masa lalu.

Zahra ingin sekali membuktikan pada Tama jika dirinya tidak bersalah. Dia ingin sekali membuktikan jika dirinya tidak terlibat dalam kasus penganiayaan yang menimpa Tasya. Tapi bagaimana caranya? Sedangkan apapun yang dia katakan tidak berpengaruh pada laki-laki itu. Keyakinannya atas semua bukti yang sudah dia dapat, begitu besar. Sehingga Tama tidak bisa digoyahkan sama sekali.

"Hmm, Tasya kenapa kakakmu begitu keras kepala? Apa yang harus aku lakukan agar kakakmu bisa percaya jika aku tidak bersalah," gumam Zahra pelan.

"Ada apa Nak?"

Suara seorang wanita tua be
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   CALON NYONYA MUDA

    Zahra masuk ke dalam gedung perusahaan Kalingga dengan tangan yang terus mendorong kursi roda Ibu Naya. Pandangan gadis itu menunduk saat dia menyadari jika para karyawan disana sedang memperhatikannya dan sesekali berbisik-bisik dengan mata yang tertuju kepadanya. Dengan gelagat seperti itu, semua orang juga tahu jika mereka sedang membicarakan Zahra."Angkat kepalamu Zahra! Ibu tidak suka jika pandanganmu menunduk di hadapan mereka semua. Ibu ingatkan sekali lagi jika kamu adalah calon istri pemilik perusahaan Kalingga's Group. Ibu tidak suka jika kamu merendah seperti itu," titah Ibu Naya. Inilah salah satu alasan kenapa Ibu Naya setengah memaksa Zahra untuk berkunjung ke kantor perusahaan Kalingga. Wanita tua itu ingin Zahra belajar untuk membiasakan diri berhadapan dengan mereka, para karyawan bawahan Tama. Zahra harus tahu bagaimana caranya bersikap di depan para pegawai itu mengingat hari pernikahannya dengan Tama yang tinggal tiga hari lagi.Ibu Naya tahu jika kantor sudah di

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   WAKTUNYA JUJUR

    Ketiga orang itu masih berdiri di samping. Tama mencari sang penanggung jawab acara untuk mencari tahu apakah acara tersebut terbuka untuk umum ataukah tidak. Sudah tergambar raut ceria di wajah Ibu Naya saat mereka melihat banyak sekali anak kecil yang lucu di sana. Sejak dari dulu, Ibu Naya memang sangat suka anak kecil. Biasanya dulu, dia juga selalu bermain ke panti asuhan bersama dengan Tasya dan bermain bersama mereka.Berbeda dengan Ibu Naya, raut wajah Zahra malah tegang. Kedua matanya membulat dan keringat dingin mulai mengucur di dahinya. Bagaimana tidak? Dia melihat logo restoran yang mensponsori acara tersebut adalah logo restoran di mana Leo bekerja sekarang. Sesekali dia menatap wajah Tama dan juga Ibu Naya. "Bagaimana ini? Apakah Kak Leo ada di dalam? Apa yang harus aku lakukan agar mereka tidak masuk ke dalam acara ini?" gumam Zahra dalam hati.Berhasil menemukan sang pemilik acara, Tama pun memilih berjalan mendekatinya sendiri untuk meminta izin ikut bergabung bersa

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   MENJAUHLAH

    Zahra masih diam mematung memperhatikan Leo yang sibuk dengan jajaran anak-anak panti. Sejak dari tadi, Leo juga tidak sadar jika sedang diperhatikan oleh seorang gadis padahal jarak diantara mereka tidak terlalu jauh. Di dalam hati, Zahra terus berbicara sendiri. Mencoba merangkai kata-kata yang cocok untuk dia ucapkan pada Leo agar laki-laki itu tidak salah paham. Beberapa kali dia menggelengkan kepalanya sendiri saat dirasa ada sebuah kalimat yang salah atau menurutnya tidak cocok. Dan hal aneh yang sedang dilakukan oleh gadis itu, terlihat jelas di mata Tama dan juga Ibu Naya."Apa yang sedang dia lakukan?" gumam Tama lirih. Akan tetapi masih bisa didengar dengan jelas oleh sang Ibu."Dia sedang menyiapkan mental untuk memutuskan hubungannya dengan laki-laki itu," jawab Ibu Naya. Tama melirik ke arah sang Ibu."Ibu tahu mereka sepasang kekasih? Sejak kapan?""Beberapa hari yang lalu. Dan Ibu meminta Zahra untuk memutuskan hubungannya dengan laki-laki itu dan mengatakan padanya ji

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   MEMUTUSKAN HUBUNGAN

    Tama tersenyum menyeringai melihat wajah Leo yang memucat menatap kepergian wanita yang selama ini sangat dia cintai itu. Rasa bingung, kecewa, marah, semua menjadi satu. Masih banyak pertanyaan yang berputar di kepalanya akan tetapi dia tidak bisa mengungkapkannya karena gadis itu telah pergi.Perlahan Tama berjalan mendekati Leo. Kali ini dia mendekati laki-laki itu seorang diri dan meninggalkan sang Ibu beberapa langkah di belakangnya. Ibu Naya tidak keberatan karena dia mengerti memang harus Tama sendiri yang menyelesaikan sisanya."Bagaimana? Bukankah sudah aku katakan kepadamu tempo hari jika Zahra adalah milikku. Sekuat apapun usahamu untuk melepaskan gadis itu dari jeratan ku, kamu pasti akan gagal. Zahra, seluruh hidupnya dan juga masa depannya hanya milikku seorang," ucap Tama sedikit berbisik. Ada nada sombong dari balik ucapannya itu.Leo menoleh ke arah laki-laki itu. Sebuah tatapan tajam dan penuh amarah dia lontarkan pada Tama. Akan tetapi CEO Kalingga itu tidak getar s

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   HADIAH

    Zahra, Ibu Naya, Ibu Lita dan juga Ayah Daksa kini sedang duduk berkumpul di ruang tamu mansion. Empat buah gelas berisi air minum dan juga beberapa cemilan sudah siap di atas meja di depan mereka. Tampak Zahra yang menatap kedua orang tuanya dengan mimik yang penuh dengan tanda tanya. Sedangkan Ibu Naya menatap tajam kedua orang itu karena sesungguhnya dia tidak suka dengan kehadiran mereka."Calon menantuku belum pulang, Nyonya?" ucap Ibu Lita dengan senyum seorang penjilat."Hmm," gumam Ibu Naya. Dia benar-benar tidak bersemangat untuk berhadapan dengan orang tua dari calon menantunya itu. Akan tetapi dia juga tidak berani meninggalkan Zahra berdua bersama mereka karena dia takut Ibu Lita dan juga Ayah Daksa akan berhasil mempengaruhi sang calon menantu. Ibu Naya sangat tahu bagaimana polosnya Zahra."Ayah dan Ibu apa kabar?" tanya Zahra dengan senyum ramah. "Kami baik, Nak. Kamu juga sehat kan?" ucap Ayah Daksa."Iya Ayah. Aku sehat. Oh iya, ayah dan Ibu ada apa datang kemari?" t

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   RESEPSI PERNIKAHAN

    Tiga hari telah berlalu. Hari dimana Zahra dan juga Tama mengikat janji bersama ke dalam sebuah hubungan rumah tangga telah tiba. Proses akad nikah pun telah selesai dan berlangsung dengan lancar. Tidak ada rasa gugup di hati Tama bahkan laki-laki itu malah terkesan cuek.Kini Tama sedang bersiap di dalam kamarnya karena sebentar lagi acara resepsi pernikahan mereka akan berlangsung. Di depan cermin besar laki-laki itu berdiri. Pakaian pengantin berupa celana panjang hitam, kemeja putih yang dibalut dengan jas berwarna hitam, sebuah dasi kupu-kupu dan sedikit bunga hiasan di saku jas, membuat laki-laki ini terlihat semakin gagah. Rambut hitam yang tertata sangat rapi, jambang tipis dan jangan lupakan juga wajah tampan Tama yang semakin membuat siapapun yang melihatnya bisa sangat terpesona.Laki-laki itu menatap dirinya dari balik cermin tersebut dengan tatapan yang sangat tajam. Sebuah senyum menyeringai saat dirinya mengingat proses akad yang baru saja dia lakukan. Dia ingat saat

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   MALAM PERTAMA

    Tama dan juga Zahra sudah berada di tengah lantai dansa. Semua tamu undangan sengaja mundur untuk memberikan kedua pengantin ini ruang agar bisa berdansa berdua. Atas permintaan dari Ibu Naya yang menginginkan sang anak dan juga sang menantu menari romantis, akhirnya mereka berdua pun turun dari altar pelaminan.Mereka berdiri saling berhadapan dengan jarak yang begitu dekat. Kedua tangan Tama melingkar di pinggang Zahra sedangkan kedua tangan gadis itu melingkar di leher Tama. Mata mereka saling menatap satu sama lain. Zahra masih bisa melihat raut benci di kedua iris laki-laki itu.Irama musik romantis mulai mengalun. Perlahan sepasang pengantin ini mulai menggerakkan tubuh mereka ke kiri dan ke kanan. Tatapan mata di antara mereka tidak ada yang terlepas. Semua orang disana sampai berpikir jika Tama dan juga Zahra saling mencintai. Dan jangan lupakan juga Ibu Naya yang tampak sangat bahagia melihat pemandangan itu.Setelah dipersilahkan oleh Ibu Naya akhirnya beberapa pasangan yang

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   TAK ADA BAJU GANTI

    Tama berjalan mendekati Zahra. Tatapan matanya masih fokus menatap gadis itu. Membuat Zahra semakin salah tingkah."Mau apa Tuan Tama mendekatiku? Dia tidak akan memintaku yang aneh-aneh kan? Tidak akan mengambil hak nya sekarang kan? Bukankah dia bilang aku menikah dengannya hanya karena Ibu Naya?" batin Zahra bermonolog.Jantung Zahra semakin berdetak kencang saat tubuh laki-laki itu hampir saja menabraknya. Dengan cepat dia sedikit bergeser seolah memberikan ruang kepada Tama untuk berjalan. Walaupun tujuan gadis itu sebenarnya adalah untuk menghindari Tama.Melihat Zahra yang bertingkah sangat aneh, membuat Tama ngerutkan dahinya. Namun walaupun demikian, tak ada sedikitpun niat laki-laki itu untuk bertanya pada gadis yang sudah resmi menjadi istrinya tersebut. Dia terus berjalan melewati Zahra dan disitulah Zahra tahu jika Tama berjalan bukan untuk mendekatinya melainkan menuju lemari pakaian yang ada di belakangnya.Gadis itu menghela nafas panjang. Di dalam hatinya dia sedikit

Bab terbaru

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   AKHIR YANG BAHAGIA

    Tama berdiri di depan sebuah cermin besar di dalam salon tersebut. Rambutnya kini sudah sangat rapi dan juga pendek. Jambang dan kumis yang asalnya tebal, kini berubah menjadi tipis. Tak sadar, laki-laki itu pun tersenyum melihat penampilan barunya tersebut.“Bagaimana? Jadi terlihat segar kan?” tanya Zahra berjalan mendekati sang suami.“Hmm,” jawab laki-laki itu dengan jari tangan yang menyisir tipis rambut barunya.Zahra tersenyum. Dia lalu merangkul lengan sang suami dan menyandarkan kepalanya di sana.“Sekarang kamu tidak malu lagi jalan denganku, kan? Sekarang aku terlihat lebih muda,” ucap Tama memandang wajah sang istri dari balik cermin.Zahra mengangkat kepalanya untuk bisa mendongak melihat laki-laki itu. “Mas, sudah aku katakan, bukan? Aku tidak pernah malu untuk bersama denganmu. Aku tidak peduli dengan anggapan orang lain tentang kita. Karena sedih atau bahagia nya hubungan kita, kita sendiri yang tentukan dan kita sendiri yang rasakan. Bukan mereka.” Nada bicara Zahra

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   PENAMPILAN BARU

    Sebuah restaurant seafood yang sangat terkenal di kota itu menjadi tujuan pertama mereka. Sebuah restaurant yang memiliki tiga lantai itu berukuran sangat luas. Zahra bahkan sampai menganga sesaat ketika dirinya menginjakkan kakinya di tempat tersebut. Berbagai gambar menu yang disajikan menjadi penghias dinding berwarna emas itu. Semuanya benar-benar tampak sangat menarik dan tentu saja menggugah selera.“Ini restaurant, kan?” tanya Zahra dengan mata yang terperanjat. Tama tersenyum lalu menarik tubuh sang istri agar lebih menempel dari sebelumnya.“Iya sayang. Ini restaurant seafood nomor satu di kota ini,” jelas laki-laki itu.“Hmm wajar saja. Penampakkannya sangat mewah layaknya sebuah istana seperti ini. Mungkin hanya masyarakat kalangan atas saja yang bisa datang kemari,” jawab Zahra. Kedua matanya masih menyapu semua ornamen yang melekat di dalam ruangan tersebut.Tama memajukan bibirnya lalu berbisik, “Kamu belum melihat spot paling mahal di restauran ini.”Zahra mengalihkan

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   BULAN MADU

    “Bagaimana dokter?” tanya Tama. Laki-laki itu membantu sang istri duduk di kursi di sampingnya.Pagi itu Tama membawa Zahra untuk memeriksa kondisinya pasca pemukulan yang dilakukan oleh Nufa beberapa minggu yang lalu. Setelah melakukan proses pengecekan panjang, hari ini adalah hari terakhir mereka datang. Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Tama memang sedikit berlebihan. Dia bahkan sampai memaksa sang dokter untuk memeriksa seluruh tubuh bagian dalam sang istri dengan berbagai alat.Awalnya dokter keluarga itu merasa bingung karena sesuai dengan apa yang dia ketahui, kecelakaan yang menimpa Zahra tidaklah separah itu. Akan tetapi mau bagaimana lagi. Dia tahu jika yang memintanya itu adalah CEO Kalingga’s Group. Seseorang yang paling tidak suka jika keinginannya dibantah. Apalagi ini menyangkut seseorang yang sangat laki-laki itu cintai.“Semua jenis pemeriksaan yang anda inginkan sudah kami lakukan, Tuan Tama. Dan hasilnya tetaplah sama. Nyonya Zahra baik-baik saja. Bahkan hasil dar

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   SADAR

    Di dalam sebuah kamar yang memiliki ukuran cukup besar. Sinar matahari sudah mulai merambat masuk melewati kaca jendela yang memang sengaja dibuka. Walaupun demikian, wangi aroma terapi yang dipasang di dalam ruangan tersebut tidak memudar. Udara pagi yang sejuk mulai terasa menusuk di pori-pori kulit seseorang yang ada di dalam sana.Seorang gadis yang sejak semalam terbaring di atas kasur, matanya mulai mengerjap. Kelopak mata yang masih tertutup itu mulai menunjukkan sebuah pergerakan halus. Dan beberapa saat kemudian, Zahra membuka matanya dengan sempurna. Penglihatan yang awalnya kabur, perlahan berubah menjadi jelas. Namun demikian, kondisi tubuhnya yang masih sangat lemas, membuat wanita itu tidak bisa bergerak dengan bebas.“Di-dimana ini?” ucap wanita itu lirih. Mencoba untuk berpikir, membuat luka di bagian belakang kepalanya kembali terasa sakit. Membuat Zahra meringis kesakitan.Mendengar ada suara di dalam kamar sang majikan, pelayan yang ditugaskan untuk menjaga istri da

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   MERUBAH BERKAS

    Pengacara Aldi masih diam menunduk. Dia bahkan tidak berani memandang Rey maupun Nufa yang selama ini menjadi atasannya. Sudut matanya hanya bisa melirik Tama yang duduk dengan tegak di sampingnya. Kedua tangannya dilipat di depan dada dengan sorot mata tajam yang langsung menembus jantung sang pengacara.Laki-laki itu menelan salivanya dengan kuat. Dia sadar jika dirinya kini sedang berada di tengah harimau dan singa. Entah mana yang harus dia pilih, yang jelas keduanya benar-benar sangat berbahaya baginya.“Pengacara Aldi,” panggil Rey kembali. Kali ini dengan nada suara yang sedikit naik.“I-iya tuan,” jawab pengacara Aldi terbata. Keringat dingin semakin terlihat jelas berseluncur di dahinya.“Ayo, keluarkan surat-surat itu! Surat yang menyatakan jika seluruh aset dan juga kekayaan Kalingga sudah jatuh ke tanganku,” titah Rey.“Benar pengacara. Ayo cepat tunjukkan pada laki-laki sok berkuasa ini. Cepat katakan jika sekarang dia sudah berubah menjadi tikus got yang tak memiliki apa

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   AYO BUKTIKAN

    “Silahkan dokter?” ucap Tama. Dia langsung membawa Zahra pulang ke mansion dan meminta dokter keluarga untuk memeriksanya.Sang dokter melakukan pemeriksaan secara detail dan juga teliti. Dia tidak mau melakukan sebuah kesalahan apalagi ini menyangkut istri dari seorang CEO besar. Di sampingnya, Tama masih setia berdiri, memperhatikan sang istri yang masih terkulai tak berdaya. Pakaian yang semula berlumuran darah, sudah dia ganti. Tama melakukannya sendiri karena sejak kejadian Nufa, rasa kepercayaannya kepada para pelayan di mansion menjadi berkurang. Dia takut jika masih ada orang suruhan Rey yang tinggal disana. “Bagaimana, dokter?” tanya laki-laki itu saat melihat sang dokter sudah selesai memeriksa. Dokter tampan itu pun tersenyum.“Tidak apa-apa, Tuan Tama. Kondisi istri anda yang belum sadar, bukan karena ada kesalahan tapi memang itu akibat obat yang diberikan oleh dokter yang memeriksa sebelumnya,” jelas sang dokter keluarga. Tama menghela nafas lega.“Jadi, kira-kira kapan

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   SUDAH TAHU

    “Jika kamu berani menembak Rey, maka aku juga berani untuk menghabisi istri tercintamu ini,” ancam Nufa setengah berteriak.Rey dan juga Tama sontak menoleh ke arah sumber suara. Mereka melihat Nufa yang sedang menggenggam sebuah gunting dan bersiap untuk menancapkannya di dada Zahra yang belum juga sadarkan diri. “Coba saja kalau berani, Tama!” ucap Nufa lagi. Tama menatap tajam kedua mata tua sang kepala pelayan. “Dari sejak dulu, aku tidak pernah takut padamu ataupun juga pada Yudha - ayahmu.”Tama sadar jika ancaman Nufa bukan hanya gertakan saja. Dia tahu jika wanita paruh baya itu bisa saja berbuat nekad. Mereka sudah pernah menghabisi sang Ibu secara bersih. Sehingga semua bukti menjelaskan bahwa Naya meninggal karena sakit. Tama tahu jika pasangan bibi dan keponakan ini tidak bisa dianggap remeh.Perlahan laki-laki itu menurunkan senjatanya. Melihat Tama yang sepertinya menyerah, dengan cepat Rey berdiri dan mencuri senjata milik sang CEO. Kini suami istri itu berada di bawah

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   BERKELAHI

    Senja sudah berakhir. Langit terang telah berubah menjadi gelap. Akan tetapi sampai detik ini Tama masih belum juga menemukan kabar keberadaan sang istri. Laki-laki itu mengemudikan kendaraannya dalam keadaan yang frustasi. Sesekali dia memukul kemudi mobil dengan keras dan sesekali dia juga menjambak rambutnya sendiri.Setelah mendapatkan pengakuan dari penjaga mansion, Tama langsung melajukan kendaraannya keluar dari rumah besar tersebut. Beberapa staf kantor pun sempat dia hubungi untuk mencari tahu tentang Rey akan tetapi mereka semua tidak tahu. Yang mereka katakan hanya satu yaitu Rey keluar dari kantor dengan cepat dan terburu-buru.“Aku berjanji padamu Rey, aku berjanji demi mendiang ayah dan juga ibuku, jika sampai kamu menyentuh Zahra sedikit saja, aku akan membunuhmu,” gumam Tama dengan sorot mata yang tajam.Fokus laki-laki itu membuyar saat dia mendengar ponselnya yang berdering. Dengan cepat dia mengangkat panggilan tersebut.“Bagaimana, Alex?” tanya Tama pada orang diba

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   ZAHRA MENGHILANG

    Jam sudah menunjukkan pukul empat sore saat mobil yang dikendarai oleh Tama sampai di halaman parkir mansion. Setelah bertemu dengan Kiran dan menyelesaikan masalahnya dengan pengacara Aldi, laki-laki itu memilih untuk langsung pulang ke rumah saja, tanpa menyempatkan diri ke kantor. Dia sudah tahu apa yang sedang terjadi disana dan Tama akan membiarkan Rey bersenang-senang sesaat sebelum besok dia akan membalikkan keadaan.Seperti biasa para pelayan berjajar di depan pintu untuk menyambut sang CEO. Namun ada yang aneh disana. Di dalam barisan para wanita itu, Tama tidak melihat sosok Nufa dan juga sang istri - Zahra. Kedua mata laki-laki itu seketika melirik ke atas. Menatap pintu kamarnya yang masih tertutup.“Hmm, mungkin dia ketiduran lagi karena lelah,” ucap laki-laki itu dalam hati.Sebuah senyum terukir manis di bibir Tama saat dia membayangkan tubuh mungil sang istri yang sedang terbaring di atas kasur. Entah kenapa tapi semenjak hubungan diantara mereka membaik, membuat Tama

DMCA.com Protection Status