Share

BERBOHONG

Penulis: Sari N
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Hmm, baiklah kalau begitu. Ada yang ingin kami tanyakan tentang Tuan Satria,” tanya inspektur polisi itu.

Mendengar nama Satria, keringat dingin mulai muncul di tubuh Zahra. Apalagi di depannya kini ada sosok Tama yang menjadi dalang dari kematian Satria.

Gadis itu mengalihkan pandangannya menatap laki-laki yang masih tenang menyeruput segelas cappucino itu. Dia tampak sama sekali tidak terganggu dengan apa yang diucapkan oleh polisi baru saja.

“Sepertinya orang ini memang psikopat,” batin Zahra.

“I.. iya.. ada apa ya Pak?” tanya Zahra dengan sedikit gugup. Dia kembali menatap para polisi itu lagi.

“Begini nona Zahra, kami mendapat laporan dari kedua orang tua Tuan Satria bahwa Tuan Satria belum juga kembali ke rumah sampai sekarang. Mereka kehilangan jejak sama sekali. Dan dari informasi yang kami dapat jika Tuan Satria terlihat terakhir kali adalah bersama dengan anda. Apakah itu benar?” tanya inspektur polisi.

Zahra terdiam sejenak. Pandangannya bolak-balik antara Tama dan juga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Cacak Endik
selalu enak untuk dibaca alurnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   DIIKUTI

    "Apa kamu yakin bisa pulang sendiri? Jika kamu mau aku bisa mengantarkanmu sampai depan rumah," ajak Leo. Laki-laki itu sangat khawatir karena dia melihat sejak kedatangan polisi dan juga CEO perusahaan Kalingga's Group tadi, Zahra menjadi lebih pendiam dari biasanya."Tidak usah Kak. Aku bisa pulang sendiri kok. Ini kan masih sore, masih terang," jawab Zahra sambil tersenyum."Apa kamu baik-baik saja, Ra? Aku benar-benar mengkhawatirkanmu. Sejak dari pagi tadi, tingkahmu berubah. Sangat berbeda dari biasanya," tanya Leo lagi. Lagi-lagi Zahra tersenyum menanggapi rasa cemas sang teman."Aku beneran gak apa-apa Kak. Serius. Ya sudah, aku pulang dulu ya," pamit Zahra pada akhirnya. Leo hanya bisa melihat gadis itu yang berjalan semakin menjauh."Ayolah Leo, mau sampai kapan kamu akan jadi pengecut seperti ini? Cepat katakan cintamu pada Zahra! Tapi bagaimana dengan Satria? Ah, beberapa hari ini laki-laki itu tidak pernah datang kemari kan? Jadi apa salahnya jika aku tikung dia dari bela

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   JALAN SORE

    Seperti yang sudah direncanakan tadi malam, hari ini sepulang kerja Zahra pergi bersama dengan Leo. Sejujurnya berjalan sore hari berdua dengan seorang laki-laki membuat dirinya sedikit paranoid. Bayangan kejadian dulu bersama dengan Satria adalah sebuah memori yang tak bisa dihilangkan begitu saja. Itu sebabnya, kali ini dia menggunakan pakaian yang lebih tebal dari biasanya. Zahra sengaja menggunakan dua buah jaket untuk menutupi tubuh bagian atasnya. Bukan dirinya tidak percaya kepada Leo akan tetapi dia hanya takut kejadian buruk sebelumnya akan terulang. Bukankah sebelumnya dia juga sangat percaya kepada Satria?“Sudah siap?” tanya Leo kepada Zahra yang baru saja keluar dari kamar mandi kedai untuk berganti pakaian.Gadis itu mengangguk. Melihat pakaian yang dikenakan oleh Zahra, membuat Leo sedikit mengernyitkan dahinya.“Apa kamu sakit?” tanya Leo kemudian.“Tidak,” jawab Zahra singkat sambil menggelengkan kepalanya.“Lalu kenapa menggunakan jaket berlapis seperti itu? Sore in

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   MENERIMA LEO

    “Zahra, aku ingin bicara suatu hal yang penting,” ucap Leo. Gadis itu masih menatap laki-laki di depannya dalam diam.“Zahra, aku tidak tahu apa ini adalah waktu yang tepat atau tidak, tapi sejujurnya jika aku tidak melakukannya hari ini, aku takut jika aku tidak akan mendapatkan waktu lagi.""Ada apa Kak? Kenapa jadi serius seperti ini sih?" ucap Zahra yang mulai tidak sabar dengan kata-kata pembuka Leo.Laki-laki itu memejamkan matanya lalu menarik nafas dalam. Kedua tangannya masih menggenggam kedua tangan Zahra."Zahra, aku mencintai kamu. Maukah kamu menjadi kekasihku?" ucap Leo pada akhirnya. Jantungnya berdegup dengan sangat kencang seolah dirinya sedang melakukan perang saja.Zahra terdiam. Dia tidak menyangka sedikitpun jika Leo akan menyatakan cinta kepadanya. Sejujurnya bagi Zahra sendiri, Leo itu sudah seperti kakak kandung sendiri. Dan sekarang ketika laki-laki itu menyatakan cintanya, sungguh membuat gadis ini bingung."Aku tahu kalau kamu baru saja putus dari Satria. Ak

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   MANSION

    Akhirnya setelah berpikir panjang, Zahra pun memutuskan untuk ikut dengan Rey pergi menuju mansion Tama. Dia tidak mau jika sampai mereka kehilangan rumah peninggalan sang Ibu dan dia juga tidak mau jika kedua laki-laki itu menyeret dirinya seperti mereka menyeret koper roda miliknya tadi.Zahra kini sedang duduk di kursi tengah diapit oleh kedua orang laki-laki. Sedangkan Rey duduk di depan bersama seorang sopir yang mengendarai mobil tersebut. Sepanjang perjalanan, pikiran Zahra sangat kacau. Rasa takut, bingung, gelisah, semua menjadi satu. Dia bahkan berusaha keras untuk merangkai kata-kata yang sepertinya baik untuk dia tanyakan kepada Tama saat mereka bertemu nanti. Dia sangat berharap jika Tama akan menyuruhnya kembali pulang ke rumah.Setelah melewati beberapa jam perjalanan, mobil itu pun telah sampai ke sebuah mansion yang sangat luas. Zahra bahkan sampai melongo saat melihat ukuran tempat tinggal tersebut."Bagaimana bisa orang memiliki rumah sebesar ini? Ini bahkan lebih b

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   HUKUMAN

    "Apa kamu lupa statusmu Zahra?" teriak Tama sambil berdiri. Satu tangannya menunjuk ke arah gadis itu. Tubuh Zahra semakin gemetar. Jantungnya berdetak cepat. Dia sangat ketakutan.Air mata tanpa terasa kembali jatuh. Melihat tatapan mata tajam nan melotot dari Tama membuat gadis itu tak bisa berkata apa-apa lagi. Walaupun sebenarnya hati kecilnya masih bertanya apa yang sudah dia lakukan? Penghianatan apa yang dimaksud oleh laki-laki di depannya ini?"Baik. Sepertinya kamu memang tidak mengerti apa yang aku maksud. Akan aku jelaskan," ucap Tama. Laki-laki itu kembali berjalan mendekati Zahra. Semakin dekat, terus semakin dekat. Merasa takut jika laki-laki itu akan menyakitinya, Zahra mundur beberapa langkah. Akan tetapi bukannya berhenti, Tama terus saja berjalan mendekati wanita itu. Hingga saat punggung Zahra menempel ke dinding di belakangnya, gadis itu tidak bisa bergerak kemana-mana lagi. Kini jarak diantara mereka hanya tinggal beberapa sentimeter saja.Tubuh Zahra yang hanya s

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   HARI PERTAMA

    "Hai sayang. Sudah tidur belum? Aku masih kangen sama kamu. Aneh ya, padahal seharian penuh kita bersama dan baru beberapa jam yang lalu kita berpisah. Tapi hati ini rasanya kangen banget sama kamu. Sayang apa aku boleh telepon? Aku ingin dengar suara kamu" Zahra mematung. Air mata yang sejak dari tadi sudah berhenti, kini mulai muncul kembali saat dia membaca pesan yang dikirimkan oleh sang kekasih. "Kak Leo…" gumam gadis itu. Zahra teringat dengan kata-kata dari Tama yang memerintahkan dirinya untuk mengakhiri hubungannya dengan laki-laki itu. Dia bingung bagaimana mengatakan semuanya kepada Leo. Seandainya saja bisa, dia tidak ingin mengakhiri semuanya. Walaupun cinta di dalam hatinya belum sepenuhnya milik laki-laki itu akan tetapi dia akan terus berusaha untuk bisa mencintai Leo dengan tulus. Gadis itu menunduk ketika sebuah pesan dari laki-laki yang beberapa jam yang lalu menjadi kekasihnya itu kembali muncul. "Sayang, kenapa kamu diam saja? Kenapa kamu tidak membalas pesan

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   SUDAH TAHU

    Tepat pukul 11 siang, Zahra terbangun dari tidurnya. Matanya perlahan mengerjap menyesuaikan bias cahaya yang masuk. Dengan tubuh yang masih sedikit lemas, dia bangkit lalu duduk di atas tempat tidur itu. Sedikit meregangkan tubuhnya disana."Hmm, jam berapa ini?" gumam Zahra masih dengan mata yang sipit."Jam 11 siang nona Zahra."Suara bariton yang begitu menggelegar terdengar di telinga Zahra, membuat gadis itu membuka matanya lebar-lebar karena dia tahu siapa pemilik suara itu. Rasa ngantuk yang semula masih tersisa, kini seolah lenyap begitu saja. Zahra menoleh ke arah samping dan dia melihat Tama sedang duduk tegak di salah satu kursi yang ada di sana. Tatapan matanya sangat tajam dengan mimik wajah yang mengerikan. Gadis itu kembali kesulitan menelan salivanya."Nyenyak tidurnya?" ucap Tama lagi. Nadanya memang normal tapi memiliki kekuatan intimidasi yang cukup kuat. Membuat Zahra kembali merasakan ketakutan pada dirinya."Maaf Tuan," jawab Zahra sambil menunduk.Tama berdiri

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   MENCOBA KABUR

    Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 9 malam. Zahra masih melaksanakan tugasnya memijat kaki Tama yang terduduk di kursi. Selama ini interaksi diantara mereka berdua memang selalu terjadi di luar kamar Tama. Entah kenapa tapi laki-laki itu tidak ingin Zahra menginjakkan kakinya ke dalam kamarnya. Dan hal itu tertulis jelas di lembaran aturan pekerjaan yang harus gadis itu lakukan selama menjadi pelayan pribadi Tama.Tama tampak memejamkan matanya. Sepertinya rasa kantuk sudah mulai menyerangnya. Zahra sedikit terkejut saat merasakan ponsel yang dia simpan di saku celananya bergetar. Zahra yakin jika itu adalah pesan dari sang kekasih."Bagaimana ini? Itu pasti chat dari Kak Leo? Apa Kak Leo sudah ada di belakang mansion?" ucap Zahra dalam hati. Kedua matanya terus melirik ke arah wajah Tama yang masih saja menyeramkan di benaknya.Setelah beberapa saat, salah satu tangan Tama terangkat memberikan isyarat agar Zahra berhenti memijatnya. "Tugasmu sudah selesai hari ini. Kembalilah ke

Bab terbaru

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   AKHIR YANG BAHAGIA

    Tama berdiri di depan sebuah cermin besar di dalam salon tersebut. Rambutnya kini sudah sangat rapi dan juga pendek. Jambang dan kumis yang asalnya tebal, kini berubah menjadi tipis. Tak sadar, laki-laki itu pun tersenyum melihat penampilan barunya tersebut.“Bagaimana? Jadi terlihat segar kan?” tanya Zahra berjalan mendekati sang suami.“Hmm,” jawab laki-laki itu dengan jari tangan yang menyisir tipis rambut barunya.Zahra tersenyum. Dia lalu merangkul lengan sang suami dan menyandarkan kepalanya di sana.“Sekarang kamu tidak malu lagi jalan denganku, kan? Sekarang aku terlihat lebih muda,” ucap Tama memandang wajah sang istri dari balik cermin.Zahra mengangkat kepalanya untuk bisa mendongak melihat laki-laki itu. “Mas, sudah aku katakan, bukan? Aku tidak pernah malu untuk bersama denganmu. Aku tidak peduli dengan anggapan orang lain tentang kita. Karena sedih atau bahagia nya hubungan kita, kita sendiri yang tentukan dan kita sendiri yang rasakan. Bukan mereka.” Nada bicara Zahra

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   PENAMPILAN BARU

    Sebuah restaurant seafood yang sangat terkenal di kota itu menjadi tujuan pertama mereka. Sebuah restaurant yang memiliki tiga lantai itu berukuran sangat luas. Zahra bahkan sampai menganga sesaat ketika dirinya menginjakkan kakinya di tempat tersebut. Berbagai gambar menu yang disajikan menjadi penghias dinding berwarna emas itu. Semuanya benar-benar tampak sangat menarik dan tentu saja menggugah selera.“Ini restaurant, kan?” tanya Zahra dengan mata yang terperanjat. Tama tersenyum lalu menarik tubuh sang istri agar lebih menempel dari sebelumnya.“Iya sayang. Ini restaurant seafood nomor satu di kota ini,” jelas laki-laki itu.“Hmm wajar saja. Penampakkannya sangat mewah layaknya sebuah istana seperti ini. Mungkin hanya masyarakat kalangan atas saja yang bisa datang kemari,” jawab Zahra. Kedua matanya masih menyapu semua ornamen yang melekat di dalam ruangan tersebut.Tama memajukan bibirnya lalu berbisik, “Kamu belum melihat spot paling mahal di restauran ini.”Zahra mengalihkan

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   BULAN MADU

    “Bagaimana dokter?” tanya Tama. Laki-laki itu membantu sang istri duduk di kursi di sampingnya.Pagi itu Tama membawa Zahra untuk memeriksa kondisinya pasca pemukulan yang dilakukan oleh Nufa beberapa minggu yang lalu. Setelah melakukan proses pengecekan panjang, hari ini adalah hari terakhir mereka datang. Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Tama memang sedikit berlebihan. Dia bahkan sampai memaksa sang dokter untuk memeriksa seluruh tubuh bagian dalam sang istri dengan berbagai alat.Awalnya dokter keluarga itu merasa bingung karena sesuai dengan apa yang dia ketahui, kecelakaan yang menimpa Zahra tidaklah separah itu. Akan tetapi mau bagaimana lagi. Dia tahu jika yang memintanya itu adalah CEO Kalingga’s Group. Seseorang yang paling tidak suka jika keinginannya dibantah. Apalagi ini menyangkut seseorang yang sangat laki-laki itu cintai.“Semua jenis pemeriksaan yang anda inginkan sudah kami lakukan, Tuan Tama. Dan hasilnya tetaplah sama. Nyonya Zahra baik-baik saja. Bahkan hasil dar

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   SADAR

    Di dalam sebuah kamar yang memiliki ukuran cukup besar. Sinar matahari sudah mulai merambat masuk melewati kaca jendela yang memang sengaja dibuka. Walaupun demikian, wangi aroma terapi yang dipasang di dalam ruangan tersebut tidak memudar. Udara pagi yang sejuk mulai terasa menusuk di pori-pori kulit seseorang yang ada di dalam sana.Seorang gadis yang sejak semalam terbaring di atas kasur, matanya mulai mengerjap. Kelopak mata yang masih tertutup itu mulai menunjukkan sebuah pergerakan halus. Dan beberapa saat kemudian, Zahra membuka matanya dengan sempurna. Penglihatan yang awalnya kabur, perlahan berubah menjadi jelas. Namun demikian, kondisi tubuhnya yang masih sangat lemas, membuat wanita itu tidak bisa bergerak dengan bebas.“Di-dimana ini?” ucap wanita itu lirih. Mencoba untuk berpikir, membuat luka di bagian belakang kepalanya kembali terasa sakit. Membuat Zahra meringis kesakitan.Mendengar ada suara di dalam kamar sang majikan, pelayan yang ditugaskan untuk menjaga istri da

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   MERUBAH BERKAS

    Pengacara Aldi masih diam menunduk. Dia bahkan tidak berani memandang Rey maupun Nufa yang selama ini menjadi atasannya. Sudut matanya hanya bisa melirik Tama yang duduk dengan tegak di sampingnya. Kedua tangannya dilipat di depan dada dengan sorot mata tajam yang langsung menembus jantung sang pengacara.Laki-laki itu menelan salivanya dengan kuat. Dia sadar jika dirinya kini sedang berada di tengah harimau dan singa. Entah mana yang harus dia pilih, yang jelas keduanya benar-benar sangat berbahaya baginya.“Pengacara Aldi,” panggil Rey kembali. Kali ini dengan nada suara yang sedikit naik.“I-iya tuan,” jawab pengacara Aldi terbata. Keringat dingin semakin terlihat jelas berseluncur di dahinya.“Ayo, keluarkan surat-surat itu! Surat yang menyatakan jika seluruh aset dan juga kekayaan Kalingga sudah jatuh ke tanganku,” titah Rey.“Benar pengacara. Ayo cepat tunjukkan pada laki-laki sok berkuasa ini. Cepat katakan jika sekarang dia sudah berubah menjadi tikus got yang tak memiliki apa

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   AYO BUKTIKAN

    “Silahkan dokter?” ucap Tama. Dia langsung membawa Zahra pulang ke mansion dan meminta dokter keluarga untuk memeriksanya.Sang dokter melakukan pemeriksaan secara detail dan juga teliti. Dia tidak mau melakukan sebuah kesalahan apalagi ini menyangkut istri dari seorang CEO besar. Di sampingnya, Tama masih setia berdiri, memperhatikan sang istri yang masih terkulai tak berdaya. Pakaian yang semula berlumuran darah, sudah dia ganti. Tama melakukannya sendiri karena sejak kejadian Nufa, rasa kepercayaannya kepada para pelayan di mansion menjadi berkurang. Dia takut jika masih ada orang suruhan Rey yang tinggal disana. “Bagaimana, dokter?” tanya laki-laki itu saat melihat sang dokter sudah selesai memeriksa. Dokter tampan itu pun tersenyum.“Tidak apa-apa, Tuan Tama. Kondisi istri anda yang belum sadar, bukan karena ada kesalahan tapi memang itu akibat obat yang diberikan oleh dokter yang memeriksa sebelumnya,” jelas sang dokter keluarga. Tama menghela nafas lega.“Jadi, kira-kira kapan

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   SUDAH TAHU

    “Jika kamu berani menembak Rey, maka aku juga berani untuk menghabisi istri tercintamu ini,” ancam Nufa setengah berteriak.Rey dan juga Tama sontak menoleh ke arah sumber suara. Mereka melihat Nufa yang sedang menggenggam sebuah gunting dan bersiap untuk menancapkannya di dada Zahra yang belum juga sadarkan diri. “Coba saja kalau berani, Tama!” ucap Nufa lagi. Tama menatap tajam kedua mata tua sang kepala pelayan. “Dari sejak dulu, aku tidak pernah takut padamu ataupun juga pada Yudha - ayahmu.”Tama sadar jika ancaman Nufa bukan hanya gertakan saja. Dia tahu jika wanita paruh baya itu bisa saja berbuat nekad. Mereka sudah pernah menghabisi sang Ibu secara bersih. Sehingga semua bukti menjelaskan bahwa Naya meninggal karena sakit. Tama tahu jika pasangan bibi dan keponakan ini tidak bisa dianggap remeh.Perlahan laki-laki itu menurunkan senjatanya. Melihat Tama yang sepertinya menyerah, dengan cepat Rey berdiri dan mencuri senjata milik sang CEO. Kini suami istri itu berada di bawah

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   BERKELAHI

    Senja sudah berakhir. Langit terang telah berubah menjadi gelap. Akan tetapi sampai detik ini Tama masih belum juga menemukan kabar keberadaan sang istri. Laki-laki itu mengemudikan kendaraannya dalam keadaan yang frustasi. Sesekali dia memukul kemudi mobil dengan keras dan sesekali dia juga menjambak rambutnya sendiri.Setelah mendapatkan pengakuan dari penjaga mansion, Tama langsung melajukan kendaraannya keluar dari rumah besar tersebut. Beberapa staf kantor pun sempat dia hubungi untuk mencari tahu tentang Rey akan tetapi mereka semua tidak tahu. Yang mereka katakan hanya satu yaitu Rey keluar dari kantor dengan cepat dan terburu-buru.“Aku berjanji padamu Rey, aku berjanji demi mendiang ayah dan juga ibuku, jika sampai kamu menyentuh Zahra sedikit saja, aku akan membunuhmu,” gumam Tama dengan sorot mata yang tajam.Fokus laki-laki itu membuyar saat dia mendengar ponselnya yang berdering. Dengan cepat dia mengangkat panggilan tersebut.“Bagaimana, Alex?” tanya Tama pada orang diba

  • JERAT OBSESI SANG CEO KEJAM   ZAHRA MENGHILANG

    Jam sudah menunjukkan pukul empat sore saat mobil yang dikendarai oleh Tama sampai di halaman parkir mansion. Setelah bertemu dengan Kiran dan menyelesaikan masalahnya dengan pengacara Aldi, laki-laki itu memilih untuk langsung pulang ke rumah saja, tanpa menyempatkan diri ke kantor. Dia sudah tahu apa yang sedang terjadi disana dan Tama akan membiarkan Rey bersenang-senang sesaat sebelum besok dia akan membalikkan keadaan.Seperti biasa para pelayan berjajar di depan pintu untuk menyambut sang CEO. Namun ada yang aneh disana. Di dalam barisan para wanita itu, Tama tidak melihat sosok Nufa dan juga sang istri - Zahra. Kedua mata laki-laki itu seketika melirik ke atas. Menatap pintu kamarnya yang masih tertutup.“Hmm, mungkin dia ketiduran lagi karena lelah,” ucap laki-laki itu dalam hati.Sebuah senyum terukir manis di bibir Tama saat dia membayangkan tubuh mungil sang istri yang sedang terbaring di atas kasur. Entah kenapa tapi semenjak hubungan diantara mereka membaik, membuat Tama

DMCA.com Protection Status