“Diam Adel! Kamu tidak tau apa-apa! Dan hargai Bunga sebagai istri papa!.. dan kamu Marta! Apa yang kamu lakukan?! Kamu sudah mencekoki anak-anak untuk membenciku dan Bunga!”“Mama Marta tidak mencekoki kami pa, tapi papa dan Bunga yang salah! Jangan menangis kamu Bunga! kamu penyebab semua ini! Kamu sudah menghancurkan hidup keluargaku!” Adel begitu emosi. Ia bahkan tidak punya belas kasih dengan tangisan Bunga.“Jangan berani melawan papa! dan jangan pernah menghina Bunga, atau mau seluruh fasilitas kamu papa tarik?!”Adel terdiam, Hanya isak tangisnya saja yang terdengar lirih.“Adel, ratih masuk ke kamar kalian! dan jangan ikut campur urusan orangtua!” perintah Erlangga kepada kedua putrinya. Adel dan Ratih menurut, mereka keluar dan menuju kamar masing-masing.“Bunga, maaf aku mau bicara dengan Marta sebentar, bisa tolong tinggalkan kami?”“Iya.” Bunga berlalu menuju kamarnya.Erlangga mengunci pintu dari dalam, lalu menghampiri Marta yang berdiri di dekat jendela kamar. Wajahnya
Bunga mendekati suaminya dan duduk disampingnya. Ia memeluk sang suami sembari mengecup bibirnya. Namun tak seperti biasanya, suaminya tak merespon sedikitpun. Biasanya suaminya akan membalasnya dengan lebih agresif. Bunga tersenyum dan kembali mengecup bibir suaminya lebih bergairah, tapi suaminya menolak dan mendorong tubuh Bunga perlahan.“Pak Er kenapa? Enggak suka?” Bunga terlihat kesal.“Bukan begitu sayang, aku lagi badmood, jangan sekarang ya, aku mohon.” Erlangga menatap kedua bola mata istrinya.“Enggak apa-apa.” Bunga sedikit kecewa karena hasratnya tidak terpenuhi. Ia lalu menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya.“Bunga, aku mau bertanya kepadamu. Apa selama ini, aku sudah memenuhi kebutuhan bathinmu dengan baik?”“Maksud Pak Er?”“Apa ... apa kamu terpuaskan selama ini? Aku sudah tua, dan aku takut kau merasa tidak puas denganku.” Erlangga bertanya dengan hati-hati.Bunga tersenyum dan membelai wajah suaminya dengan jemari lentiknya. “Pak Er, sangat ‘gagah’ dan ter
“Bukan aku yang membakar rumahmu Risma, tapi orangtuaku! Mereka juga yang membohongiku kalau kamu sudah meninggal dengan membawa Erlangga dihadapanku!”“Bohong kamu, kamu hanya pria kota yang hanya ingin menghisap madu perawan desa bodoh sepertiku!”“Tidak Risma, aku benar-benar mencintaimu, aku juga menikahimu dan berjanji akan kembali dari kota untuk menjemputmu. Tapi sayangnya, kedua orangtuaku tidak setuju dan menikahkanku dengan Irma. Saat pernikahanku, mereka menyuruh orang untuk membakar rumahmu! Bukan aku pelakunya Ima, jadi aku mohon maafkan aku Ima, aku menyesal, aku ingin kita bersama lagi seperti dulu.” Hadi wijaya menyentuh lengan Risma, tapi Risma menepisnya dengan kasar.“Jangan menyentuhku, aku bukan istrimu lagi. Dan ingat aku tidak sudi untuk kembali kepada pria pembunuh sepertimu! Aku minta, kembalikan annakku Elang, Hadi, dimana dia!”“Elang itu Erlangga, suami Aini!”“Kamu bohong Hadi!”“Aku serius, aku gak duwe anak karo si Irma. Bapakku sing ngganti jenenge Ela
“Sumpah Ima, aku ndak pernah ndemok wedo laen, (aku tidak pernah menyentuh wanita lain) cuma kamu satu-satunya wanita yang kucintai! Tolong, maafkan aku. Aku ingin menebus semua kesalahan dimasa lalu. Kembalilah Ima, aku akan memberitau Erlangga dan juga Irma.”“Cukup Hadi! Dengar, aku sudah sangat bahagia dengan hidupku sekarang, aku juga sudah mengubur dalam-dalam kenangan pahit bersamamu! Aku sekarang sudah menjadi Risma yang kuat, yang bisa meminjamkan bahunya untuk anak-anak asuh yang kucintai. Aku sudah jadi Risma yang tegar dan kuat, tak membutuhkanmu lagi Hadi! Sekarang pergilah, aku tak menyuruhmu untuk berterus terang kepada istrimu, karena hanya akan membuat sakit hatinya. Aku tak ingin menghancurkan pernikahanmu.”“Tapi aku tesih tresno, masih cinta sama kamu Ima. Jangan menghukum seperti ini. Semua bukan kesalahanku.” Hadi menitikan airmata. Pria berhati baja itu begitu menyesali semua yang terjadi.Risma menghela nafas panjang, dan menghembuskannya perlahan. “Hadi, cinta
Risma trenyuh melihat menantunya menangis, Ia lalu memapah tubuh Aini menuju kamar. Mereka lalu duduk ditepi ranjang.“Aini, tolong katakan, apa sebenarnya yang Erlangga katakan padamu, hingga kamu tidak mau kembali padanya. Kalau hanya kejadian bersama madunya, itu bukan penghianatan Aini, tapi mereka sama-sama punya hak sebagai suami istri. Maaf Ibu tidak bermaksud membela Erlangga, tapi berfikirlah dengan jernih, bahwa madumu juga punya hak atas suaminya begitu juga dengan Erlangga. Kamu harus memahami Aini.”“Aini ngert Bu, tapi kan tidak seharusnya mereka berbohong.”“Apa kalau mereka jujur kamu akan mengijinkannya? Ingat Aini, mereka tidak perlu ijin darimu untuk melakukan hal itu. Dalam ajaran agama kitapun tidak mengharuskan suami meminta ijin kepada istri pertamanya untuk berjima dengan istri mudanya. Cobalah mengerti akan kebutuhan biologis suamimu dan juga istri mudanya. Kamu dzolim kalau membiarkan mereka tidak saling memenuhi haknya. Apalagi istrimu masih gadis dan muda,
Risma mendatangi rumah putranya. Ia benar-benar tidak dapat menahan rasa rindu untuk bertemu dengan Elang kecilnya. Setelah 42 tahun berpisah, baru sekarang Ia tau kalau Erlangga adalah putranya. Pantas saja selama Ia bertemu dengan Erlangga seperti ada ikatan bathin yang sangat kuat. Erlanggapun mungkin merasakan hal yang sama, dari caranya memeluk diri Risma seolah ada sebuah magnet yang mampu menarik dari dalam dirinya.Pintu terbuka dan membuyarkan seluruh lamunan Risma. Muncullah Marta yang begitu terkejut dengan kedatangannya. Marta lalu mencium punggung tangan mertuanya dan memeluknya. “Ibu, bagaimana kabarnya?”“Baik Marta, apa ibu bisa bertemu dengan suamimu?”“Mmm apa ibu .... ““Tenang Marta, aku tidak akan berbicara kalau Elang itu putraku. Aku hanya ingin membantunya menyelesaikan masalah dengan Aini. Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja.” Risma mencoba meyakinkan Marta.“Ngobrol sama siapa kamu?” hadi wijaya mendekat kearah Marta, “Ima?!” wajah Hadi ijaya pucat. Ia
Risma merasakan kehangatan yang menjalar hingga ke jantungnya. Ingin rasanya kembali mendekap putranya dan tak ingin melepas lagi. Selama puluhan tahun Ia bertaruh rindu, merasakan kepiluan dan kepedihan.Namun asa nya tak tergerus oleh waktu. Cinta dan kasih sayang begitu besar dan tak menggoyahkan hati. Risma berusaha terus menengadahkan kedua tangannya keatas langit dan merendahkan diri dihadapan sang pencipta, untuk senantiasa memohon belas kasih sang pemilik jiwa, agar dapat memenuhi satu keinginannya, yaitu bertemu dengan Elang kecilnya.Risma sangat yakin dengan mencintai sang pemilik raga, maka keinginannya akan terwujud walaupun tak tau kapan masa itu akan tiba. Risma tak kenal lelah untuk senantiasa melangitkan do’a. Dan Kini Alloh membalas cinta mahluknya. Cintanya kepada sang pencipta tidak bertepuk sebelah tangan, keinginannya kini telah terwujud.“Bu Risma.” Erlangga menyentuh bahu Risma hingga membuyarkan lamunann ibu kandungnya.‘Maaf, saya kesini hanya untuk memberita
Hati Risma begitu lara. Ia tidak menyangka putranya akan meragukan kasih sayangnya tanpa meminta penjelasan apapun darinya. Risma tidak ingin hatinya bertambah perih, Ia memutuskan untuk pergi dari posisi yang menghimpitnya.“Tunggu ibu! Apa sampai saat ini anda tetap tidak punya belas kasih sedikitpun terhadapku! Apa aku begitu menjijikan hingga ibu tidak sudi memandangku!” seru Erlangga kepada Risma.Risma mengurungkan niatnya. Ia membalikkan badan dan menatap wajah putranya dengan sorot mata penuh ketulusan dan kerinduan. “Kamu salah Nak, kamu tidak pernah tau seberapa lelah aku berusaha mencarimu. seberapa deras airmataku disepertiga malamku, seberapa jauh kakiku melangkah menyusuri ibukota hanya untuk mencarimu. Cinta seorang ibu tidak pernah bisa terukur oleh apapun. Kasih sayang ibu tidak pernah terkubur oleh waktu. Aku mencintaimu Elang kecilku, aku menyayangimu dengan segenap jiwa ragaku. Walau kau tak disisiku, aku tetap bisa merasakan hidupmu, nafasmu dan juga darahku yang
Aini menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dan menutup mulutnya dengan bantal. Buliran bening membasahi pipinya. Sakit sekali rasanya. Terasa ada luka dalam dadanya. Walau berusaha untuk ikhlas tapi tetap saja sangat sulit menjalaninya. Mencoba mematikan rasa cinta juga tak semudah membalik telapak tangan. Pernikahan yang di jalani hampir separuh dari usianya. Tak mudah untuk melupakan kenangan indah begitu saja. Rasanya jijik kalau tubuh ini harus tersentuh oleh pria yang pernah merendahkan harga dirinya. Tangisan Aini semakin keras dan diapun berusaha untuk meredamnya.Terdengar pintu di buka dari luar. Aini buru-buru menghapus airmatanya dan berpura-oura tidur. Dia tahu pasti suaminya yang mendatanginya. Rasa kesal dalam hati masih belum bisa terlupakan. Seandainya bisa memilih, Aini tak mau kembali bersama suaminya. Namun rasa tanggung jawabnya sebagai orang yang telah menghancurkan rumah tangganya sendiri, Aini memilih untuk bertahan walau tak mudah. Ia akan mencoba memperbaiki s
Erlangga lalu beranjak dan mendekati ibu Aini, lalu mencium punggung tangan wanita yang seumuran dengan ayahnya. “Ibu, tolong restui kami.”“Iya Nak, ibu merestui kalian. Tolong, jangan sakiti lagi putriku lagi.”“Iya bu, saya janji.” Erlangga lalu memeluk ibu mertuanya.Warga yang berkumpul juga menjadi saksi penyatuan kembali dua hati yang pernah terpisah. Kebahagiaan tengah menyelimuti hati mereka. Duka lara telah lenyap dan berganti dengan kebahagiaan yang membayang di pelupuk mata.****Erlangga duduk santai bersama ketiga istrinya di ruang keluarga. Hatinya begitu lega. Masalah rumit yang menghampiri sedikit terurai. Istri pertama yang begitu dicintai telah menyatu kembali dalam bingkai suci. Erlangga begitu bahagia. Tak sedetikpun tatapan matanya lepas dari pandangannya.“Aini.”“Ya.”“Seperti yang telah aku katakan, Marta dan Bunga akan menempati rumah mereka masing-masing. Dan rumah itu masih di renovasi. Sebelum rumah itu jadi, aku mohon, tolong ijinkan mereka untuk tinggal
Bunga memegang tangan Aini, “Tidak tante, Pak Er suami tante, surga tante ada bersamanya. Tante yang harus kembali padanya, menjadi satu-satunya permaisuri. Bunga tidak punya hak apapun, biarkan Bunga yang pergi.” Ucap Bunga disela tangisnya. Ia melepas tangan Aini dan hendak berlari. Namun Aini menghentikannya dengan memegang lengan Bunga.“Jangan pergi, kamu juga punya hak terhadap suamimu. Hanya kamu yang bisa membuat Mas Erlangga bahagia. Percayalah pada tante. Jangan pernah meninggalkan suamimu.”“Tidak Aini, Kalau kamu bersikeras untuk bercerai, kami juga memilih untuk bercerai. Itu baru namanya adil!” ucap Marta tegas.“Tante Marta benar.”Erlangga melangkah mendekati ketiga istrinya. “Aini, aku janji akan berbuat adil kepada kalian. Aku akan memisahkan kalian. Rumah yang kita tempati akan menjadi milikmu, beserta separuh harta bersama yang kita peroleh saat hanya ada kita berdua. Aku akan segera mengurusnya ke notaris. Aku juga akan membelikan rumah kepada Bunga dan Marta, wala
“Tidak bisa begitu Aini! Erlangga tidak menghianati siapapun! Bunga juga istrinya. Dan jangan lupa, semua terjadi karena kebodohanmu yang membawanya masuk kedalam kehidupan rumah tanggamu, termasuk juga diriku! Apa artinya aku juga menghianatimu?!” Marta berusaha mengingatkan kesalahan fatal yang Aini lakukan.Aini terkejut dengan kehadiran Marta. Ia menggelengkan kepala lalu menunduk lebih dalam dan makin larut dalam tangis. Tubuh Aini terasa lemas lalu duduk dikursi kayu.Marta berlutut dihadapan Aini dan menggenggam kedua tangannya erat.“Aini, ingat, semua ide dari kamu. Dan saat itu Erlangga sudah menolak mentah-mentah keinginanmu. Dia manusia biasa yang pasti punya khilaf. Dia menolak, untuk menjaga hatinya hanya untukmu. Namun kamu mengabaikan dan terus mendorong suamimu untuk menikahiku dan juga Bunga. Tolong berfikirlah, Erlangga tidak pernah berkhianat. Hatinya hanya milikmu.”“Apa yang di lakukan bersama Bunga itu adalah kewajibannya sebagai suami dan juga memenuhi kebutuh
Rombongan para dermawan telah datang, Mereka mengendarai dua mobil mewah yang membuat berdecak kagum warga yang tengah menanti kehadirannya. Apalagi setelah rombongan turun dari mobil, benar-benar seperti melihat para bidadari yang sangat cantik dan seorang malaikat yang sangat tampan walaupun sudah cukup umur tapi penuh kharisma. Kulit mereka putih bersih bak mutiara. Benar-benar keluarga sempurna.Warga mengira-ngira tiga orang gadis yang seumuran dan berambut sama panjang itu kemungkinan anak dari pria tampan dan wanita berhijab yang teramat cantik. Namun aneh, satu dari tiga gadis itu menggandeng mesra lengan pria yang pantas menjadi ayahnya itu. Entahlah, mereka tidak peduli. Yang mereka inginkan adalah pembagian kotak nasi yang sudah membuat perut keroncongan.Setelah berbasa basi menyapa warga, para dermawan segera membagikan nasi kotak kepada warga yang mengelilingi mereka. Ada yang berpencar membagikan ke rumah warga yang tidak ikut berkumpul.Aini tersenyum menyaksikan warga
Marta turun dari mobil memakai pakaian kantor dan terlihat begitu cantik dan elegan. Benar-benar pantas menjadi seorang wanita karier yang sukses dalam pekerjaan dan urusan rumah tangga. Bukan hal yang baru bagi Marta, saat menjadi istri Yudi, Ia pun sudah sering menggantikan posisi suaminya saat sibuk dengan urusan pribadinya.Di tangan Marta, hotel milik Yudi makin ramai pengunjung. Gedung yang ada didalam hotelpun tidak pernah sepi dari penyewa. Marta melakukan pembenahan diseluruh aspek. Mulai dari perawatan kamar dengan menambahkan bunga hidup dan juga pemasangan wallpaper di dinding kamar, dengan tujuan membuat tamu betah berlama-lama menginap. Namun sayangnya, begitu hotel ramai, Yudi mengambil alih dan menyuruh Marta kembali menjadi ibu rumah tangga saja. Ia tidak suka dikalahkan oleh istrinya dalam segala hal.Marta masuk ke dalam rumah dengan pintu yang sudah terbuka. Ia melihat Erlangga tengah termenung disofa tamu. Marta mengecup punggung tangan suaminya lalu menghempaska
“Cari lebih teliti lagi. Sisir setiap sudut rumah yang ada disini! Tunjukan foto istriku! Siapa tau mereka ada yang pernah melihatnya! Kalau perlu tambah personil lagi! Kerja begitu saja tidak becus!” Erlangga begitu kesal. Rasa takut kehilangan Aini semakin mengikat bathinnya.“Baik pak, akan saya tambah personil lagi.”“Jangan hanya disatu titik saja! Perkampungan pemulung itu banyak! Sisir di setiap tempat, jangan sampai ada yang terlewat satupun! Aku tunggu di mobil, nafasku bisa sesak berada lebih lama disini!” tanpa menanti jawaban, Erlangga membalikkan badan dan melangkah meninggalkan Roni menuju mobil. Dia tidak kuat kalau harus menahan nafas lebih lama lagi.Erlangga duduk dibelakang kemudi. Sudah hampir satu jam dia menunggu tapi belum ada kabar juga. Berkali-kali Ia menelpon Roni, tapi masih nihil. Erlangga menepuk-nepuk setir. Sesekali Ia memukul kemudi dengan kesal dan menyugar rambutnya lalu menghela nafas dan menghembuskannya kasar. Rasanya sudah tidak sabar dengan semu
Erlangga dan Marta datang ke panti asuhan begitu mendengar kabar dari ibunya kalau Aini pergi dari panti asuhan untuk tinggal bersama keluarga kandungnya. Hati Erlangga tak tenang, semalaman matanya tak mampu terpejam. Kesedihan dan rasa takut kehilangan Aini benar-benar mengguncang jiwanya. Tak henti-hentinya Erlangga mengutuk dirinya sendiri yang sudah menyakiti Aini. Karena perbuatannya, kini Ia harus kehilangan jejak wanita yang sangat dicintai.Erlangga turun dari mobil dan berlari menuju ibu kandungnya yang tengah mondar-mandir di teras. Erlangga langsung memeluk ibunya dan menangis dibahunya. “Ibu, kenapa ibu tidak mencegah Aini pergi?”Risma melepas pelukan putranya. “Ibu sudah berusaha Nak, bahkan seluruh penghuni panti juga sudah berusaha mencegahnya, tapi Aini bersikeras untuk tinggal bersama keluarganya. Dan itu sudah menjadi haknya.”“Terus, dimana dia sekarang?”“Ibu juga tidak tau Nak. Aini sama sekali tidak mau memberitau ibu, dimana orangtuanya tinggal. Dia hanya bila
Aini tiba dirumah orantuanya disambut oleh keenam adik dan juga seorang kakak yang semuanya perempuan. Kakaknya hanya selisih satu setengah tahun dari usianya, Ia belum menikah. Saat Aini bertanya kepada Kakaknya kenapa belum menikah, Kakaknya hanya menjawab, bagaimana ada lelaki yang mau sama orang miskin seperti kakak. Yang ada hanya orang-orang kaya yang mau menikahinya secara kontrak, dan dia tidak mau.Walaupun mereka orang miskin, tapi kedua orantua mereka selalu mengajarkan nilai-nilai luhur dan juga menjaga martabat dan harga diri. Wajahnya memang cantik, tapi sayang belum bertemu dengan jodohnya.Adik-adik Ainipun sama belum ada yang menikah, mereka berumur 37, 32, 28, 25, 20 dan 16 tahun. Mereka rata-rata menjadi pemulung membantu ibunya dan juga ada yang bekerja sebagai buruh cuci di laundry.Keterbatas pendidikan mereka yang rata-rata hanya lulusan SLTP membuat mereka susah untuk mencari pekerjaan. Hanya si bungsu yang masih menempuh pendidikan di salah satu SLTA negeri. G